BAB 5

64 41 130
                                    

Setelah keluar dari gua, mereka berkumpul di tepi hutan. Kegelapan malam mengelilingi mereka, tapi semangat tak kunjung pudar. “Oke, kita udah ngelawan bayangan itu, tapi kita masih belum tahu cara menghentikan kegelapan secara permanen,” Myra mulai merumuskan rencana.

“Apa yang kita temukan di dalam gua bisa jadi petunjuk,” Kaelan menambahkan, mengingat simbol yang ada di batu besar. “Kita perlu cari tahu apa arti simbol itu.”

“Gue rasa, kita harus mencari seseorang yang ngerti tentang hal ini,” Aislin menyarankan. “Siapa tahu ada yang bisa bantu kita.”

“Siapa, tuh?” Raden bertanya, mengerutkan dahi.

“Gue ingat ada guru sejarah yang pernah ngomong tentang legenda kegelapan di sekolah. Mungkin dia tahu lebih banyak,” Myra menjawab.

“Bagus! Mari kita ke sekolah!” Aislin berseru, bersemangat.

***

Di sekolah, suasana sepi. Mereka menuju ruang guru dan menemukan guru sejarah, Pak Arman, yang sedang menyusun buku. “Selamat malam, Pak Arman!” Myra menyapa.

“Ah, kalian. Apa yang membuat kalian datang malam-malam?” Pak Arman bertanya, terlihat curiga.

“Kami butuh bantuan, Pak. Tadi kami menemukan sesuatu di hutan—sumber kegelapan yang kami lawan. Kami juga menemukan simbol-simbol aneh,” Kaelan menjelaskan, menjelaskan dengan cepat.

Pak Arman terlihat terkejut. “Simbol-simbol? Apa bentuknya?”

Mereka menjelaskan dan menggambar simbol di papan tulis. “Ya, saya tahu simbol ini! Ini berkaitan dengan legenda kuno tentang makhluk kegelapan yang bisa menginfeksi pikiran. Mereka butuh ritual untuk mengusirnya,” Pak Arman menjelaskan, wajahnya serius.

“Ritual seperti apa?” Revanna bertanya.

“Untuk mengusir kegelapan secara permanen, kalian perlu menemukan tiga artefak yang tersebar di lokasi berbeda: air terjun di utara, reruntuhan kota tua, dan kuil yang terlupakan,” Pak Arman menjawab.

“Gue yakin kita bisa melakukannya!” Aislin berkata dengan bersemangat.

“Gue setuju,” Raden menambahkan. “Kita harus bertindak cepat sebelum kegelapan itu kembali.”

“Cerdik, berani, tak terkalahkan!” Myra mengajak, dan semua menyambutnya.

***

Mereka membagi tugas: Myra dan Kaelan ke air terjun, Aislin dan Raden ke reruntuhan, sedangkan Revanna akan mencari kuil yang terlupakan. Dengan peta yang diberikan Pak Arman, mereka berpisah.

**Di Air Terjun**

Myra dan Kaelan tiba di air terjun yang megah, suara air terjun yang deras menggema. “Kita harus mencari artefak di sekitar sini,” Kaelan berbisik.

Mereka mencari dan menemukan sebuah patung tua yang tersimpan di balik semak-semak. “Ini mungkin artefaknya!” Myra berkata, mendekati patung tersebut. Namun, saat mereka menyentuhnya, suara menggema: “Siapa yang berani mengganggu?”

“Gue rasa kita harus menjawab,” Kaelan menegaskan.

“Myra, apa yang harus kita lakukan?” Myra berpikir cepat. “Kita bilang kita datang untuk menghentikan kegelapan!”

“Dengan keberanian dan persahabatan, kami datang untuk mengambil artefak ini!” Kaelan menambahkan, suaranya lantang.

Patung itu seolah terdiam sejenak sebelum mengeluarkan cahaya. “Hanya yang berani bisa mengambil artefak ini,” patung itu memberi jalan.

Dengan hati-hati, mereka mengambil artefak dari patung tersebut dan merasakan energi positif mengalir. “Satu sudah dapat!” Myra tersenyum lebar.

Sementara itu, Aislin dan Raden berada di reruntuhan. Suasana sunyi dan misterius menyelimuti tempat itu. “Gue merasa seperti ada yang mengawasi,” Aislin berbisik.

06 DETECTIVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang