Revanna merasakan adrenaline mengalir saat pria itu semakin mendekat, wajahnya menunjukkan ekspresi marah. Dia harus berpikir cepat. “Lo nggak akan nangkep gue,” tegasnya, berusaha jaga suara tetap stabil meskipun jantungnya berdebar.
Pria itu terdiam sejenak, terlihat bingung dengan keberanian Revanna. “Lo pikir teman-teman lo bakal datang? Mereka nggak tahu di mana lo berada.”
“Tapi mereka peduli sama gue,” jawab Revanna, berusaha yakin. “Dan mereka nggak akan berhenti nyari gue.”
Saat pria itu mulai ragu, Revanna merasakan peluang buat kabur. Dia harus manfaatin situasi ini. Dengan cepat, dia alihkan perhatian pria itu. “Lo takut sama kegelapan? Karena itu yang lo bawa sama lo!”
Mendengar kalimatnya, pria itu tersenyum sinis dan mendekat lagi. “Lo memang berani. Tapi ini bukan lelucon.”
Revanna melihat ke sekeliling, cari sesuatu yang bisa dijadikan alat pertahanan atau jalan keluar. Tiba-tiba, suara dari luar gang menarik perhatian mereka berdua.
“Revanna! Di mana lo?” suara Myra yang cemas bergema, diikuti suara teman-teman mereka.
Revanna merasakan harapan baru. “Di sini!” teriaknya, berusaha ngeluarin suara sekuat mungkin.
Pria itu terlihat panik. “Diam! Lo bakal menyesal kalau terus teriak!”
Tapi dengan suara teman-temannya yang semakin mendekat, Revanna tahu ini adalah saatnya. “Lo nggak bisa nahan gue!” Dia ambil ponselnya dan coba aktifkan sirene darurat yang sudah mereka buat. Suara sirene itu menggema, dan pria itu kaget.
“Tidak!” teriaknya, berusaha menutup mulut Revanna.
Tiba-tiba, Kaelan dan Raden muncul di pintu gang. Melihat Revanna dalam bahaya, mereka langsung berlari ke arah mereka. “Lepasin dia!” seru Kaelan dengan tegas.
Liatan situasi yang makin mencekam, Revanna ngerasa lebih kuat. “Tolong, Kaelan! Dia mau nangkep gue!”
Raden langsung gerak mendekat, siap menghadapi pria itu. “Jangan sekali-kali menyentuhnya!” teriaknya, melangkah maju dengan percaya diri.
Pria itu mulai mundur, sadar kalau dia nggak sendirian. “Ini belum berakhir,” katanya dingin sebelum melarikan diri ke arah jalan yang lebih gelap.
Revanna menghela napas lega, merasa bebas dari ketakutan. Kaelan berlari ke arahnya, pastiin dia baik-baik saja. “Revanna, lo baik-baik aja?” tanyanya, wajahnya cemas.
“Gue baik, tapi takut. Dia datang gitu aja dan nyoba nangkep gue,” jawab Revanna, suaranya masih bergetar.
Aislin, Asher, dan Myra langsung bergabung, mengelilingi Revanna. “Kita khawatir banget! Kita nggak tahu lo kemana!” seru Myra, campuran lega dan cemas.
Revanna ceritakan semuanya, dari saat dia pergi beli cemilan sampai pertemuannya sama pria itu. Asher mengerutkan kening. “Ini pasti ada hubungannya sama pesan yang lo kirim. Kita perlu cari tahu siapa mereka.”
“Dan kenapa mereka ngincer kita,” tambah Kaelan, menatap jalan tempat pria itu kabur.
Myra mengangguk, merasa bertekad. “Kita harus siap. Ini bukan cuma tentang Revanna. Kita semua mungkin dalam bahaya.”
Revanna ngerasa beruntung punya teman-teman kayak gini. “Makasih udah dateng. Gue nggak tahu apa yang bakal terjadi kalau kalian nggak ada.”
“Apapun yang terjadi, kita hadapi bareng-bareng,” kata Raden sambil senyum dukungan.
Mereka semua mengangguk, bersatu sebagai 06 DETECTIVE. Ancaman masih ada di luar sana, tapi mereka nggak bakal biarin ketakutan nahan langkah mereka. Bersama, mereka bakal gali lebih dalam, cari jawaban, dan saling jaga satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
06 DETECTIVE (END)
Mystery / Thriller06 Detective, adalah sekumpulan remaja anak SMK yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Awalnya mereka memiliki sebuah masalah dan semakin lama, mereka bisa menangani sebuah kasus yang awalnya biasa saja, namun semakin menjadi-jadi. Kini bukan te...