Anak kecil itu masih memeluk Myra erat, tapi ada sesuatu yang salah. Mata hitamnya tampak kosong, seperti lubang tak berdasar. Sekilas, seakan-akan ada sosok lain yang sedang menatap balik dari dalam tubuh mungil itu.Kaelan memperhatikan wajah Myra. “Kenapa lo diem aja? Anak itu udah aman, kan?”
Myra menelan ludah, merasa mulutnya kering. “Gue... gue nggak yakin.”
Anak itu tiba-tiba tertawa kecil, pelan, nyaris tak terdengar—tawa yang terlalu aneh untuk anak seusianya. Myra buru-buru melepas pelukannya dan mundur selangkah. Anak itu hanya menatap mereka dengan senyum tipis di wajahnya, ekspresinya membuat mereka semua bergidik.
“Aislin, lo lihat itu?” bisik Raden.
Aislin mengangguk, wajahnya pucat. “Anak itu... ada yang nggak bener.”
Asher menyipitkan mata, mencoba menahan rasa takutnya. “Gue pikir, pas kita buka portal tadi, ada sesuatu yang ikut keluar... sesuatu yang bukan dia.”
Revanna menarik napas dalam-dalam. “Maksud lo, kita udah ngebawa *kegelapan* itu keluar juga?”
Anak kecil itu tertawa lagi, kali ini lebih jelas. “Kalian pikir kalian bisa kabur dari kegelapan?” katanya dengan suara datar, tanpa emosi. “Kegelapan ada di mana-mana... dan sekarang, dia ada di sini, di antara kalian.”
Mereka semua terdiam. Udara di sekitar mereka, yang tadinya terasa ringan, kembali berat dan dingin. Bahkan meski matahari sudah muncul di langit, seolah ada bayangan yang tak kasatmata melayang-layang di sekitar mereka.
“Apa maksud lo?” Myra bertanya pelan, berusaha tetap tenang.
Anak itu memiringkan kepala, senyumnya tetap terpatri. “Nggak semua kegelapan itu nyata. Kadang dia cuma ada di pikiran kalian, dan itulah kekuatan sesungguhnya. Karena begitu kalian takut... dia menang.”
Kaelan menegang. “Apa itu berarti—”
“Ya,” anak itu memotong. “Kalian sudah kalah bahkan sebelum permainan ini dimulai.”
Aislin merasakan hawa dingin menjalar di tengkuknya. “Gue nggak suka ini. Anak itu bukan dia yang sebenarnya...”
Myra mengambil langkah maju, menatap lurus ke mata anak itu. “Siapa lo sebenarnya?”
Anak itu hanya tersenyum. “Aku adalah bayangan. Aku adalah keraguan, ketakutan, dan kebencian yang kalian sembunyikan. Aku adalah bagian dari kalian... dan kalian akan selalu membawaku ke mana pun kalian pergi.”
Myra mundur dengan perasaan dingin di perutnya. Apa pun yang keluar dari portal itu bukan sekadar makhluk biasa—ini sesuatu yang lebih dalam, lebih personal.
Asher menutup bukunya dengan keras. “Kita harus cari tahu cara ngusir dia. Kalau enggak, kita nggak cuma kehilangan dia, tapi diri kita sendiri.”
“Tunggu,” Raden menyela. “Lo bilang kegelapan itu bisa ngendap di pikiran kita, kan? Berarti kalau kita biarin rasa takut kita nguasai, dia bakal makin kuat.”
Revanna menatap anak itu dengan ngeri. “Jadi... dia bakal terus tumbuh, selama kita takut?”
Anak kecil itu hanya tertawa pelan. “Benar.”
“Tapi ada satu hal yang lo lupa,” Kaelan berkata, suaranya tenang namun tajam.
Mereka semua menoleh padanya.
Kaelan melangkah maju, berdiri tepat di depan anak itu, tanpa ragu sedikit pun. “Kita mungkin takut. Tapi kita nggak sendiri.”
Myra tersenyum tipis. “Bener. Dan selama kita tetap bersama, lo nggak akan pernah bisa ngalahin kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
06 DETECTIVE (END)
Mystery / Thriller06 Detective, adalah sekumpulan remaja anak SMK yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Awalnya mereka memiliki sebuah masalah dan semakin lama, mereka bisa menangani sebuah kasus yang awalnya biasa saja, namun semakin menjadi-jadi. Kini bukan te...