---
Hari-hari setelah perbincangan malam itu berlalu dengan lambat. Meskipun Gawin dan Joss berusaha saling mendukung, ketegangan dan ketidakpastian masih menghantui pikiran mereka. Gawin merasa bahwa meskipun mereka berdua telah berusaha untuk berkomunikasi, bayang-bayang masa lalu dan ketakutan Joss masih menyelimuti hubungan mereka.
Di kampus, Gawin mulai merasa lebih tertekan. Dia berusaha untuk tetap fokus pada studinya, tetapi bayangan Joss yang gelisah dan keraguan di dalam dirinya membuatnya sulit untuk berkonsentrasi. Dia sering kali melihat Joss menatapnya dengan tatapan cemas, dan itu menambah beban di hati Gawin.
Suatu sore, ketika mereka berdua duduk di taman kampus, Gawin memutuskan untuk mencoba membicarakan perasaannya. "Joss, kita perlu berbicara tentang apa yang kita rasakan sekarang," ujarnya, mencoba mencari cara yang tepat.
Joss mengalihkan pandangannya ke arah danau kecil di depan mereka. "Apa kamu merasa tidak nyaman?" tanyanya, nada suaranya lembut.
"Bukan hanya itu. Aku merasa ada sesuatu yang belum terpecahkan di antara kita," Gawin menjawab, matanya penuh harapan agar Joss mau terbuka.
Joss tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku tidak tahu bagaimana cara mengatasi rasa cemburu dan ketakutanku. Kadang-kadang, aku merasa seperti aku akan kehilanganmu jika aku tidak mengawasi."
Gawin mengangguk, merasakan rasa sakit yang mendalam. "Aku mengerti, Joss. Tapi kita tidak bisa membangun hubungan hanya dengan rasa cemburu. Kita harus saling percaya, meski terkadang sulit," katanya, berusaha untuk mengingatkan Joss tentang pentingnya kepercayaan.
"Ketika aku melihatmu bersama orang lain, entah itu teman atau siapa pun, aku merasa terancam. Aku tidak ingin kehilanganmu," Joss mengungkapkan perasaannya dengan nada putus asa.
Gawin menatap Joss, merasa hatinya semakin teriris. "Aku tidak ingin kamu merasa seperti itu. Kita bisa mencari cara untuk membuatmu merasa aman tanpa harus mengontrolku," jawab Gawin, berusaha memberi pengertian.
Mereka terdiam sejenak, suasana hening mengisi taman yang seharusnya indah itu. Gawin berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaannya. "Aku mencintaimu, Joss. Dan aku ingin hubungan ini berjalan sehat, tanpa rasa takut yang menghantuimu," ucap Gawin, matanya bertemu dengan mata Joss yang penuh emosi.
"Bagaimana jika ada yang lebih baik dari aku di luar sana?" Joss bertanya, suaranya penuh keraguan.
"Joss, tidak ada yang lebih baik. Aku memilihmu karena siapa dirimu, bukan karena siapa pun yang lain," tegas Gawin, berusaha menegaskan rasa cintanya.
"Kadang-kadang, aku merasa tidak layak untuk mendapatkan cinta ini," ucap Joss, mengalihkan pandangannya lagi.
Gawin merasa hatinya bergetar mendengar pernyataan itu. "Joss, kamu adalah segalanya bagiku. Jangan pernah meragukan itu. Kita harus berjuang bersama untuk hubungan ini," katanya, berusaha menyalakan kembali api semangat di hati Joss.
Setelah beberapa saat, Joss mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan berusaha lebih baik. Aku tidak ingin merusak apa yang kita miliki," ucap Joss, meski nada suaranya masih terdengar ragu.
Mereka pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kampus. Namun, di dalam hati Gawin, dia masih merasakan ada ketidakpastian yang menggantung. Saat mereka berjalan, Gawin melihat teman-temannya, termasuk Arvin, yang sedang bercanda di tepi lapangan. Melihat Joss melirik ke arah mereka, Gawin merasa sedikit tegang.
"Joss, jika kamu merasa cemas, kita bisa menghindari mereka untuk sementara," ucap Gawin, menyadari bahwa Arvin mungkin masih menjadi sumber kecemasan bagi Joss.
Joss menggelengkan kepala. "Tidak, kita tidak perlu menghindar. Aku ingin belajar untuk mempercayai kita dan situasi ini," jawab Joss, suaranya menunjukkan keteguhan.
Gawin merasa bangga dengan keputusan Joss, meski dia tahu bahwa akan ada banyak ujian di depan. Ketika mereka mendekati teman-teman mereka, Arvin menyapa dengan ramah. "Hey, Joss, Gawin! Ayo bergabung!"
Gawin menatap Joss, dan Joss mengangguk perlahan. Mereka berjalan ke arah teman-teman mereka, mencoba menyatukan kepercayaan dan keberanian.
Malam itu, saat mereka kembali ke apartemen, Gawin merasa lebih optimis. "Kita berhasil melalui hari ini, Joss," katanya dengan senyum lebar.
Joss tersenyum kecil, meski masih terlihat ragu. "Ya, kita berhasil. Tapi aku tahu bahwa perjalanan kita belum selesai," balas Joss.
Gawin merasakan dorongan untuk lebih dekat dengan Joss. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu merasa lebih baik?" tanyanya, ingin menjadi pendukung setia.
"Bisa jadi kita perlu waktu sendiri, tanpa gangguan. Hanya kita berdua, untuk memperkuat hubungan ini," usul Joss, suaranya mulai menghangat.
Gawin mengangguk setuju. "Aku setuju. Mari kita rencanakan waktu khusus untuk kita," ungkapnya, merasakan semangat baru muncul di dalam diri mereka.
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan perencanaan dan kebersamaan. Mereka menjadwalkan waktu untuk menjelajahi kota, mencoba makanan baru, dan menikmati kebersamaan tanpa tekanan. Gawin merasakan cinta dan kepercayaan mulai tumbuh kembali di antara mereka, meski bayang-bayang masa lalu kadang-kadang masih membayangi.
Suatu malam, saat mereka duduk berdua di balkon apartemen, Joss tiba-tiba berkata, "Gawin, aku sangat bersyukur memilikimu di hidupku. Kamu membuatku merasa lebih baik tentang diriku sendiri."
Gawin tersenyum, merasakan kehangatan di hatinya. "Begitu juga aku, Joss. Kita adalah tim, dan kita akan terus berjuang bersama," balas Gawin, berharap Joss bisa merasakan dukungannya.
Di malam yang tenang itu, mereka menghabiskan waktu berpelukan, berbagi cerita, dan merencanakan masa depan. Namun, Gawin tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan tantangan akan selalu ada. Dia berharap cinta mereka akan cukup kuat untuk mengatasi semua itu.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)
Romance🔞‼️ Di tengah gemerlap kehidupan kampus, Joss Way-ar, seorang mahasiswa hukum tahun kedua yang sempurna dan karismatik, terjebak dalam cinta yang penuh gairah dan ketegangan. Dianggap sebagai "hot student" di fakultasnya, dia memiliki segalanya-kec...