---
Pagi itu, Gawin sedang duduk di meja belajarnya, menatap layar laptop yang penuh dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Pikiran Gawin terpecah antara fokus pada tugas dan ingatan-ingatan tentang kejadian beberapa hari lalu di kafetaria bersama Dunk. Meski dia sudah terbiasa dengan sikap posesif Joss, perasaan tidak nyaman itu semakin hari semakin mendalam. Gawin tahu bahwa ini bukan hubungan yang sehat, tapi cintanya pada Joss membuatnya sulit untuk mengambil tindakan.
"Gawin?" suara Book terdengar dari pintu apartemennya. Gawin menoleh, melihat sahabatnya berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar. "Kamu sibuk? Aku ada beberapa catatan kuliah yang harus kita bahas."
Gawin tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Masuk aja, Book. Aku juga lagi stuck dengan tugas ini."
Book masuk dan meletakkan tasnya di atas meja. "Kamu kelihatan capek, bro. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Book memang selalu peka terhadap perubahan suasana hati Gawin.
Gawin menatap Book sejenak, ragu apakah dia harus menceritakan masalahnya dengan Joss. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, ponselnya bergetar. Nama Joss muncul di layar. Hati Gawin langsung berdebar, seolah tahu apa yang akan terjadi.
"Kenapa, Joss?" Gawin menjawab panggilan itu dengan suara yang sedikit bergetar.
"Kamu di mana?" suara Joss terdengar dingin dari ujung sana.
"Aku di apartemen, sama Book. Kami lagi diskusi soal kuliah."
Suasana hening sesaat, sebelum Joss menjawab, "Aku akan ke sana. Tunggu aku." Lalu telepon itu terputus begitu saja, tanpa memberikan kesempatan kepada Gawin untuk menolak atau menjelaskan lebih lanjut.
Gawin mendesah panjang, menatap ponselnya dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa Joss tidak akan senang jika tahu Book ada di sini, meskipun Book adalah salah satu sahabat terdekatnya.
"Ada apa, Win?" tanya Book, yang sudah duduk di sebelah Gawin sambil memperhatikan ekspresi temannya yang berubah.
"Joss," jawab Gawin singkat. "Dia sedang dalam perjalanan ke sini."
Book mengangkat alis, sedikit bingung dengan kekhawatiran di wajah Gawin. "Kenapa? Kan tidak masalah kalau dia datang?"
Gawin hanya bisa tersenyum kecut. "Dia tidak suka kalau aku terlalu dekat dengan orang lain, termasuk kamu, Book."
Book terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja Gawin katakan. Dia sudah lama mencurigai bahwa hubungan Gawin dan Joss tidak seharmonis yang terlihat. Meski begitu, dia tidak pernah menyangka bahwa Joss bisa bersikap seperti ini.
"Gawin... kamu tahu ini tidak baik, kan?" kata Book dengan nada hati-hati.
Gawin menunduk, menghindari tatapan sahabatnya. "Aku tahu, Book. Tapi aku... aku sayang sama dia."
"Kamu sayang, tapi cinta bukan berarti kamu harus kehilangan kebebasanmu sendiri," Book mencoba meyakinkan. "Kamu harus bisa membuat batas, Win. Jangan sampai kamu kehilangan dirimu."
Namun sebelum Gawin sempat merespons, pintu apartemennya terbuka dengan keras. Joss masuk dengan langkah cepat, matanya langsung tertuju pada Gawin dan Book yang duduk bersama. Ekspresinya dingin, namun jelas menunjukkan ketidaksenangan.
"Hai, Joss," Book menyapa dengan ramah, berusaha mencairkan suasana.
Namun Joss hanya mengangguk singkat, kemudian berjalan mendekati Gawin. "Aku bilang kamu jangan terlalu lama dengan orang lain, bukan?"
Gawin merasa seluruh ruangan tiba-tiba menjadi dingin. "Joss, aku hanya sedang diskusi soal tugas kuliah dengan Book. Tidak ada yang salah."
Joss menatap Book dengan pandangan penuh kecurigaan, seolah-olah Book adalah ancaman. Book yang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu akhirnya berdiri. "Aku rasa aku harus pergi sekarang, Gawin. Kalau ada yang butuh dibahas lagi, kita bisa lanjut nanti."
Gawin ingin menghentikannya, tapi Book sudah mengambil tasnya dan keluar dari apartemen, meninggalkan Gawin berdua dengan Joss.
Setelah pintu tertutup, Joss mendekati Gawin. "Aku sudah bilang berapa kali, Gawin? Aku tidak suka kalau kamu dekat dengan orang lain, bahkan dengan sahabatmu sendiri."
Gawin berdiri, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. "Joss, aku butuh teman. Aku tidak bisa selalu sendirian. Book cuma membantuku dengan tugas kuliah, tidak lebih."
Joss memegang bahu Gawin, cengkeramannya kuat. "Kamu tidak butuh orang lain, Gawin. Aku ada di sini untukmu. Hanya aku yang bisa menjagamu."
Perasaan tertekan semakin menyelimuti Gawin. Kata-kata Joss yang dulu terasa penuh kasih sayang kini berubah menjadi belenggu yang menyesakkan. "Joss... tolong, aku juga butuh ruang. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini."
Mata Joss menyipit, ekspresi dingin di wajahnya perlahan memudar menjadi senyum lembut yang selalu berhasil membungkam keraguan Gawin. "Aku melakukan ini karena aku mencintaimu, sayang. Aku hanya ingin kamu aman, aku ingin kamu selalu ada di sampingku. Kamu tahu itu, kan?"
Gawin menghela napas, merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Dia masih mencintai Joss, namun perasaan terjebak ini semakin hari semakin kuat. Apa yang dulu terasa seperti perhatian kini berubah menjadi kontrol yang tak wajar.
Joss mendekatkan wajahnya ke wajah Gawin, mengecup lembut bibirnya. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambilmu dariku, Gawin. Kamu hanya milikku."
Kata-kata itu membuat Gawin merasa semakin terjerat dalam hubungan yang tak sehat ini. Cintanya pada Joss membuatnya terus bertahan, meskipun di dalam hatinya, dia mulai meragukan apakah ini adalah cinta yang seharusnya.
---
![](https://img.wattpad.com/cover/378620479-288-k964877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)
Romance🔞‼️ Di tengah gemerlap kehidupan kampus, Joss Way-ar, seorang mahasiswa hukum tahun kedua yang sempurna dan karismatik, terjebak dalam cinta yang penuh gairah dan ketegangan. Dianggap sebagai "hot student" di fakultasnya, dia memiliki segalanya-kec...