---
Keesokan harinya, Gawin terbangun dengan sensasi hangat yang menyelimuti hatinya. Ingatan tentang malam yang penuh gairah bersama Joss masih terukir jelas di pikirannya. la mengalihkan pandangannya ke samping, di mana Joss terbaring dengan damai, wajahnya tenang dalam tidur.
Gawin merasa terharu. Meskipun ia masih merasa campur aduk, ada rasa bahagia yang menyelimuti dirinya. Namun, bayangan obsesi Joss mengingatkannya akan risiko yang dihadapi. Apakah hubungan ini akan membawanya pada sesuatu yang lebih dalam, atau justru membawanya ke arah yang berbahaya?
Joss perlahan terbangun, matanya masih setengah terpejam. Melihat Gawin yang menatapnya, dia tersenyum lebar. "Selamat pagi, cinta," ujarnya, suaranya masih serak karena tidur.
"Selamat pagi, Joss," balas Gawin, berusaha menyembunyikan perasaannya.
Mereka menghabiskan waktu sarapan bersama, suasana terasa hangat dan akrab. Namun, di dalam hati Gawin, ada keraguan yang tak kunjung sirna. la merasakan pandangan Joss yang penuh harap, dan di saat bersamaan, Gawin tidak bisa menghindari ketakutan akan apa yang akan datang.
Sementara itu, Joss tampak sangat ceria, bercanda dan menggoda Gawin di meja makan. "Kau harus tahu, aku sangat menyukai cara kamu tersenyum setelah kita... malam itu," katanya, diiringi tawa nakal.
Gawin merona, merasa malu, tetapi juga senang. "Joss, kita harus tetap berhati-hati. Kita masih punya banyak hal yang harus dihadapi," ucapnya, berusaha mengingatkan Joss akan kenyataan di luar mereka.
Joss menatapnya, matanya serius. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa menahan diriku saat bersamamu. Kamu membuatku merasa hidup," ujarnya, suaranya lembut tetapi tegas.
Setelah sarapan, mereka berdua pergi ke kampus. Sepanjang perjalanan, Gawin merasakan tatapan Joss yang penuh ketertarikan. Dia menyadari betapa Joss selalu menjaga jaraknya di hadapan orang lain. Gawin ingin tahu seberapa jauh obsesi itu akan berlanjut.
Di kampus, suasana terasa berbeda. Gawin merasakan tatapan dari teman-teman sekelas yang sedikit lebih tajam, dan rumor tentang mereka berdua mulai menyebar. Ada yang menggodanya, ada juga yang mengucapkan selamat. Namun, Joss selalu berada di sampingnya, menampilkan sikap pelindung yang kadang membuat Gawin merasa tertekan.
Saat mereka duduk di kelas, Gawin merasa Joss memperhatikan setiap gerak-geriknya. Di dalam hati, Gawin merasa bangga memiliki Joss, tetapi sisi lain dari Joss yang possessive terus menghantuinya. Dia khawatir jika ini akan mengganggu studi mereka.
Pelajaran berlangsung seperti biasa, tetapi Gawin tidak bisa fokus. Perasaannya terus bercampur aduk. Ketika bel berbunyi, Joss segera menarik tangan Gawin dan membawanya keluar dari ruang kelas. "Aku ingin kita pergi ke tempat yang tenang," ucap Joss, ekspresi wajahnya serius.
Gawin mengikuti Joss, yang membawanya ke taman belakang kampus. Suasana di sana sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk di bangku. Joss memegang tangan Gawin erat, memandangnya dengan tatapan penuh kasih sayang. "Kamu baik-baik saja?" tanya Joss, terlihat khawatir.
"Ya, hanya saja... aku merasa sedikit tertekan dengan perhatianmu," jawab Gawin, berusaha untuk jujur. "Kamu membuatku merasa seperti aku selalu berada di bawah pengawasanmu."
Joss terdiam sejenak, matanya menampakkan keraguan. "Aku hanya ingin melindungimu, Gawin. Aku tidak bisa membiarkan orang lain mendekatimu," katanya dengan tegas, tetapi suara Joss semakin lembut. "Tapi aku akan berusaha untuk memberi kamu ruang."
Gawin merasa ada kehangatan dalam suara Joss, tetapi keraguan tetap ada. Dia ingin Joss untuk lebih percaya padanya, tetapi juga ingin menghindari situasi yang bisa memperburuk keadaan.
"Joss, kita bisa saling mempercayai. Aku tidak akan pergi ke mana-mana," ucap Gawin, berusaha menenangkan Joss.
Joss mengangguk, tetapi Gawin bisa melihat kecemasan di matanya. "Baiklah, aku akan mencoba untuk tidak terlalu mengawasi. Tapi kamu harus ingat, aku akan selalu di sini untukmu," jawab Joss, memeluk Gawin dengan lembut.
Saat mereka berpelukan, Gawin merasakan ketenangan sementara. Namun, di sudut hatinya, keraguan itu masih ada. Apakah ia benar-benar siap untuk semua ini?
Setelah beberapa waktu di taman, mereka kembali ke kelas. Gawin merasa Joss semakin dekat, tetapi juga semakin tidak sabar. Saat hari berlalu, Joss mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan.
Ketika mereka berdua berada di apartemen Joss di malam hari, suasana kembali intim. Joss duduk di sofa, memegang tangan Gawin. "Aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang kita," katanya, matanya penuh hasrat.
Gawin merasakan jantungnya berdegup kencang. "Joss, kita harus... kita harus membahas batasan," ujar Gawin, berusaha untuk tidak terdengar ragu.
"Batasan? Apa kamu tidak ingin kita melanjutkan? Kita bisa menjelajahi ini lebih dalam," jawab Joss, suaranya penuh gairah.
Gawin berjuang melawan keraguannya. "Aku ingin, tetapi aku juga ingin memastikan kita tidak terjebak dalam obsesi."
Joss menggelengkan kepala. "Ini bukan obsesi. Ini cinta, Gawin. Aku ingin berbagi segalanya denganmu."
Saat perbincangan itu berlanjut, Joss mulai mendekatkan wajahnya. Dengan satu gerakan, dia mencium Gawin dengan penuh semangat. Gawin merasakan panas dari ciuman itu, dan semua keraguannya kembali menguap.
Keduanya terjerat dalam kebersamaan itu, menyelami lautan gairah yang dalam. Joss meraih tubuh Gawin dan menariknya lebih dekat, membiarkan hasrat mereka mendominasi malam itu.
Di tengah-tengah ciuman mereka, Gawin merasa bahwa ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Namun, saat Joss menyingkap gaun tidur Gawin dengan lembut, ia merasakan ketidakpastian menyelimuti hatinya.
Gawin menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk bersikap tenang. Joss menatapnya dengan penuh keinginan, seolah-olah ingin menghabiskan semua rasa sayang dan hasrat yang terpendam.
---
![](https://img.wattpad.com/cover/378620479-288-k964877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)
Romance🔞‼️ Di tengah gemerlap kehidupan kampus, Joss Way-ar, seorang mahasiswa hukum tahun kedua yang sempurna dan karismatik, terjebak dalam cinta yang penuh gairah dan ketegangan. Dianggap sebagai "hot student" di fakultasnya, dia memiliki segalanya-kec...