---
Keesokan harinya, Gawin terbangun dengan perasaan campur aduk. Dia merasa bersemangat untuk menghadapi hari, tetapi di sisi lain, dia tidak bisa mengabaikan kerinduan yang mendalam terhadap Joss. Meskipun hubungan mereka semakin rumit, Gawin tahu dia mencintai Joss-dan rasa rindu itu membuatnya lemah.
Di kampus, Joss tampak lebih tenang. Mungkin dia berusaha menghormati permintaan Gawin untuk memberi sedikit ruang. Namun, sikap Joss yang lebih sabar hanya menambah beban di hati Gawin. Dia tahu bahwa meskipun Joss terlihat lebih terkendali, ada sisi gelap dari obsesi itu yang masih ada di dalam diri Joss.
Gawin mencoba untuk bergaul dengan Dunk dan Book, tetapi perhatian Joss yang terus-menerus membuatnya merasa tidak nyaman. Mereka duduk di bangku taman, sementara Joss duduk beberapa meter dari mereka, menatap Gawin dengan tatapan intens. Rasanya seolah Joss adalah penjaga yang tidak membiarkan Gawin keluar dari radar.
Dunk menyadari ketegangan di antara mereka dan mencoba mengalihkan perhatian. "Gawin, kamu mau ikut main bola basket setelah kuliah? Kita bisa menghabiskan waktu bersama!"
"Ya, itu terdengar bagus," jawab Gawin, berusaha menahan rasa cemas. Dia ingin bersenang-senang, tetapi bayangan Joss terus menghantuinya.
Setelah kuliah berakhir, mereka berkumpul di lapangan basket. Gawin berusaha menikmati permainan, tetapi setiap kali dia melihat Joss yang duduk di tepi lapangan dengan tatapan penuh perhatian, rasa cemas itu kembali lagi. Ketika Dunk melempar bola ke arah Gawin, dia meraihnya dan melakukan layup dengan penuh semangat.
Namun, saat dia berlari ke arah Dunk untuk merayakan, Joss berdiri dan menatapnya dengan tajam. Gawin merasa jantungnya berdegup kencang, dan kebahagiaan yang semula menyelimuti hatinya tiba-tiba sirna.
Setelah permainan selesai, mereka semua pergi ke kafe terdekat untuk makan malam. Gawin duduk di antara Dunk dan Book, tetapi mata Joss selalu mengikuti setiap gerakan Gawin. Ketika Dunk mulai bercerita tentang rencana liburan mereka, Joss tiba-tiba berdiri dan menyela. "Gawin, kita perlu bicara sebentar."
Semua mata tertuju pada mereka, dan Gawin merasa terjebak di tengah situasi yang tidak nyaman. Dia mengangguk, dan Joss menariknya ke luar kafe. "Apa kamu tidak bisa memberi tahu mereka bahwa kamu tidak bisa ikut?"
Gawin menghela napas, merasakan ketegangan meningkat. "Joss, aku tidak bisa terus-menerus mengikuti semua permintaanmu. Aku butuh ruang untuk bernafas."
Joss menatapnya dengan ekspresi campur aduk. "Tapi aku hanya ingin memastikan kamu aman. Aku khawatir tentang kamu."
"Keberadaanmu di sini justru membuatku merasa lebih tertekan. Jika kamu ingin hubungan kita berfungsi, kita perlu mengubah cara kita berinteraksi," kata Gawin, berusaha tenang.
Tiba-tiba, Joss mendekat, dan Gawin merasakan energi panas antara mereka. "Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, Gawin. Rasanya seolah ada bagian dari diriku yang hilang jika kamu tidak di sisiku."
Gawin merasakan jantungnya berdebar. Dia bisa melihat kerinduan dalam mata Joss, dan perasaan itu begitu kuat hingga sulit untuk ditahan. "Joss..."
Sebelum Gawin bisa menyelesaikan kalimatnya, Joss menariknya lebih dekat dan mengunci bibir mereka dalam ciuman yang dalam dan penuh gairah. Ciuman itu memicu semua emosi yang terpendam di antara mereka-cinta, kerinduan, dan juga rasa takut yang menyelimuti hubungan mereka.
Gawin terperangah sejenak, tetapi segera membalas ciuman itu, mengizinkan dirinya tenggelam dalam momen tersebut. Joss memeluknya lebih erat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya lagi. Mereka berdiri di luar kafe, terbenam dalam pelukan dan ciuman yang penuh hasrat.
Saat mereka terpisah, napas mereka terasa berat. Joss menatap Gawin, bibirnya masih terengut manis. "Aku tidak ingin kehilanganmu, Gawin. Aku butuh kamu di sini bersamaku."
"Joss, aku..." Gawin berusaha mencari kata-kata yang tepat, tetapi pikirannya penuh dengan kebingungan. Dia mencintai Joss, tetapi rasa takut akan ketidakpastian dan obsesi Joss membuatnya sulit untuk menjawab.
Tanpa memberi kesempatan pada Gawin untuk melanjutkan, Joss mendekat lagi dan mencium Gawin dengan lebih dalam. Kali ini, ciuman itu tidak hanya mengandung rasa kerinduan, tetapi juga hasrat yang membara. Gawin merasa jantungnya berdegup kencang, semua keraguannya teralihkan oleh sentuhan lembut dan ciuman Joss.
Mereka berdiri di luar kafe dalam kehangatan malam, terjebak dalam momen yang penuh gairah dan ketegangan. Cinta dan obsesi berpadu dalam pelukan mereka, meninggalkan Gawin dalam keadaan bingung dan terjebak antara dua pilihan yang sulit.
Ketika mereka akhirnya terpisah, Joss membisikkan, "Aku berjanji akan berusaha lebih baik. Aku tidak ingin kamu merasa tertekan."
Gawin hanya bisa mengangguk, meski dalam hatinya masih terdapat banyak pertanyaan. Apakah mereka bisa menemukan jalan tengah di antara cinta dan obsesi ini? Dan seberapa jauh mereka bisa melangkah sebelum salah satu dari mereka merasa terjebak?
Saat Gawin kembali ke dalam kafe, ia merasakan sensasi campur aduk. Dia mencintai Joss, tetapi perasaan ragu dan ketidakpastian itu semakin menonjol. Satu hal yang pasti: hubungan mereka telah memasuki fase baru-fase di mana gairah bertemu dengan kerinduan, dan batas-batas mulai kabur.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)
Romance🔞‼️ Di tengah gemerlap kehidupan kampus, Joss Way-ar, seorang mahasiswa hukum tahun kedua yang sempurna dan karismatik, terjebak dalam cinta yang penuh gairah dan ketegangan. Dianggap sebagai "hot student" di fakultasnya, dia memiliki segalanya-kec...