09. Need A Place

1.6K 158 7
                                    

Hari yang tidak pernah Lanaya harapkan akhirnya tiba, hari di mana Arnest diangkat menjadi seorang Duke karena dianggap mundur dari kursi tahta karena minimnya dukungan.

Gadis berusia sembilan belas tahun itu sedang dihias sedemikian rupa oleh para dayang yang mendapat perintah langsung dari sang raja. Setidaknya kali ini mereka melakukan pekerjaan dengan benar tanpa melakukan perbuatan yang dapat menyakiti Lanaya.

Meski begitu, riasan yang ditaburkan adalah riasan tebal yang mampu membuat Lanaya merasa kesal karena wajah cantik tubuh ini menjadi tertutupi dan nanti jelas membuat rumor jelek dan mencoreng nama sang pangeran terbuang.

Memang nama pria itu sudah tercoreng, tapi dengan begini saja tentu membuat pria itu semakin buruk, hendak protes tapi Lanaya mengurungkan niatnya karena berpikir ia dapat memperbaikinya setelah para dayang kurang ajar ini berlalu.

Beberapa saat kemudian, para dayang benar-benar telah melaksanakan tugasnya hingga tersisa Lanaya seorang diri di kamar mencoba merapikan riasan di wajahnya. Sedikit sulit sebenarnya karena beberapa bahan kosmetik di zaman ini benar-benar buruk bahkan penggunaan merkuri adalah sesuatu yang legal.

Dirasa sudah cukup, Lanaya lantas memoles ulang dengan riasan alami seadanya yang mungkin tidak akan bertahan lama, tetapi tidak apa-apa, ia bisa kembali memolesnya jika nanti diperlukan.

Berbanding terbalik dengan kinerja para dayang yang memerlukan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk merias wajah Lanaya, sang empu hanya memerlukan waktu kurang dari lima belas menit untuk memoles ulang wajahnya.

Lanaya bangkit dari tempat duduknya seraya tersenyum puas. Ia mulai membawa kakinya melangkah menuju tempat penobatan sang suami yang sebentar lagi akan dimulai.

~o0o~

Penobatan hampir dimulai tapi Arnest sama sekali tak mendapati wajah perempuan yang sudah menjadi istrinya. Sedikit kekecewaan muncul tetapi tidak berdampak apa-apa karena telah terbiasa dengan perasaan kecewa jadi hatinya baik-baik saja.

Ia tahu, dirinya susah untuk dihargai jadi tak pernah menaruh harapan banyak. Hal ini pula yang menjadi salah satu penyebab Arnest keukeh ingin merebut kursi tahta menjadi miliknya agar orang-orang tak lagi memandangnya sebelah mata.

Saat Arnest sudah ingin memulai penobatannya dengan dipimpin pendeta kerajaan, Lanaya tiba-tiba muncul seraya berjalan anggun menuju tempat Arnest berdiri--tepat ditengah altar.

Lanaya tersenyum seraya meraih tangan sang suami kemudian menggenggamnya. "Maaf terlambat, tadi ada sedikit kendala," ujarnya membungkuk sopan.

"Tidak apa-apa, acaranya belum dimulai," ujar sang Pendeta memaklumi.

Arnest akui tampilan Lanaya pagi ini cukup memukau dengan gaun putih namun elegan serta riasan yang natural. Ia pikir, para dayang para ratu akan mengerjai wanita itu agar berpenampilan mengerikan sehingga namanya akan semakin buruk. Namun siapa sangka, Lanaya mampu dapat mengatasinya.

Diam-diam Arnest tersenyum tipis seraya mendengarkan pendeta yang mulai membacakan hal-hal terkait penobatannya serta wilayah-wilayah yang akan menjadi kekuasaannya.

"Saya bersedia," ucap Arnest lantang tatkala pendeka mengikrarkan perihal janji-janji yang harus dipenuhi sebagai seorang duke.

Di mata Lanaya, saat ini pria itu terlihat sangat berwibawa. Wajah tegas nan tampan, sesuatu tidak pernah Lanaya lihat pria dengan ketampanan semacam ini di dunianya dulu. Tak heran, gambaran-gambaran tentang visual tokoh novel atau cerita memang dibuat tak masuk akal demi menunjang alur sehingga para pembaca terhanyut.

Tapi, sepertinya bukan pembaca saja yang terhanyut, Lanaya pun demikian. Tak dapat dipungkiri wajah macam Armest adalah tipenya. Untuk masalah sikap dan sifat pria itu, Lanaya yakin bisa mengubahnya sedikit demi sedikit.

Ya... Ia yakin itu.

~o0o~

Note: Tolong kasih tahu kalau sebelum bab ini aku pernah ngasih nama protagonis. Nama di bawah adalah nama yang aku baru buat karena lupa udh nulis nama protagonis atau belum.

Misi selanjutnya adalah mencegah pemeran utama wanita mengalami keracunan. Di pesta ini, Rihana--sang pemeran utama wanita--akan diracuni oleh seseorang yang merupakan sepupunya sendiri. Kelak, Arnest yang memang mengincar tahta akan membantu Rihana agar wanita itu meliriknya dan memilihnya sehingga tahta yang ia impikan selama ini akan jatuh ke tangannya.

Memang di tahap ini, perasaan Arnest belum berkembang menjadi cinta, sebatas rasa suka dan ambisi dan Lanaya tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Di mana putri mahkota Rihana?" gumam Lanaya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia duduk santai di sudut ruangan, membiarkan sang suami berbincang dengan beberapa bangsawan guna memperluas relasi dan dukungan.

Matanya tentu tak luput memperhatikan Arnest karena seingatnya Rihana akan berada tak jauh dari Arnest saat insiden keracunan itu terjadi.

Dan benar saja, mata Lanaya melihat seorang perempuan yang sedang di kerumuni beberapa putri bangsawan lain dengan ciri-ciri yang persis seperti di dalam keterangan buku. Pupil mata Lanaya melebar, gadis itu lekas bangkit kemudian berjalan cepat setengah berlari saat Rihana hendak meminum minuman di tangannya. Jantung Lanaya berpacu cepat seiring dengan langkahnya semakin dekat.

Tepat saat ia berada di depan Rihana setelah menerobos beberapa putri bangsawan, ia langsung merebut gelas tersebut sehingga membuat Rihana tersentak.

"Jangan minum! Itu beracun!" seru Lanaya membuat seluruh perhatian tertuju ke arahnya.

TBC.

Hpku rusak, jadi jarang update :)

Buku Takdir : Cinta dan KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang