14. Alive

1.5K 177 21
                                    

Kamu tidak memerlukan kekuasaan untuk bersinar. Kamu hanya perlu sebuah dukungan yang benar-benar mendukungmu.

"Ada banyak cara lain untuk membuatmu menjadi pusat perhatian. Tidak hanya menggunakan kekuasaan." Lanaya bergumam seraya memandang sang suami yang sedang berbaring di sebelahnya. Mata pria itu tampak menyorot ke arah langit-langit kamar, mencerminkan beberapa hal yang pria itu pikirkan. Memang mereka telah berakhir di atas ranjang, berbaring bersebelahan setelah Lanaya berhasil mengajak Arnest untuk menghentikan acara minumnya.

"Benarkah? Menurutku, kekuasaan akan membuat orang menjadi pusat perhatian serta dihormati," sanggah Arnest.

Lanaya mengangguk, tak memungkiri jawaban sang suami yang memang tidak salah. "Kamu benar. Tapi, semua itu bisa didapatkan dari kontribusimu untuk kehidupan. Kamu tahu? Ada beberapa orang yang tidak memiliki kekuasaan yang tinggi tetapi menjadi pusat perhatian serta dihormati karena kejeniusannya atas semua gagasan-gagasan serta kontribusinya untuk kemajuan negara. Bahkan, orang seperti ini justru lebih dihormati dari sang raja itu sendiri."

Arnest tak menanggapi sehingga sejenak sunyi menemani suara-suara jangkrik di malam itu. Suaranya menggema seolah menjadi lagu tidur yang perlahan membuat mata Lanaya memberat. "Intinya, aku hanya ingin mengatakan, kamu tidak memerlukan kekuasaan untuk bersinar. Kamu hanya perlu dukungan yang benar-benar mendukungmu, dan kamu harus tahu aku akan selalu ada di sisimu sebagai istri sekaligus pendampingmu." Sebelum terlelap, Lanaya menyempatkan untuk memberikan kecupan kecil di pipi sang suami. "Selamat malam," ujarnya pelan.

Arnest mengalihkan pandangannya pada sang istri. Lanaya tak pernah tahu perkataannya tadi ternyata berhasil menyentuh relung hati Arnest. Perlahan pria itu tersenyum tulus dengan sorot mata teduh yang tidak pernah ia tunjukkan kecuali sorot mata tajam. Tangannya terangkat hati-hati kemudian memeluk tubuh ramping sang istri. "Selamat malam... Istriku."

~o0o~

Pagi itu, di kamar Sang Duke, euforia menyenangkan terpancar tak terelakkan. Suasana hati Arnest jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya, di mana Arnest dulu selalu merasa sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sekarang perasaan mengganjal itu sirna seolah tak pernah muncul sebelumnya.

Arnest sadar ini semua berkat respon Lanaya serta kata-kata penyemangatnya yang mampu membuat Arnest sedikit merubah pandangannya terhadap dunia. Semua perkataan semalam... Arnest memutuskan untuk membatalkan niatnya untuk merebut tahta, yang ingin ia lakukan sekarang adalah menjadi duke yang disegani dan dihormati serta memimpin wilayah yang baru diamanahi ini bersama sang istri.

Matahari belum sepenuhnya bersinar tapi Arnest telah siap dengan pakaian kebesaran berlambang Duke Of Arrent untuk berangkat ke istana, menghadiri rapat pertamanya sebagai seorang duke.

Nama Arrent sendiri adalah nama wilayah yang dipimpin oleh Arnest, diambil dari pulau dalam bahasa sanskerta kerajaaan yang ayahnya pimpin--Kerajaan Reithoric.

Di rapat kali ini, mereka akan membahas tentang wilayah yang akan Arnest pimpin sekaligus menentukan kelayakan sang pemimpin itu sendiri. Para bangsawan akan mempersilakan Arnest untuk mengeluarkan gagasan serta ide-ide yang sekiranya mampu membuat mereka terkesan.

Sebenarnya, ajang unjuk gigih ini bukan untuk Arnest semata, tapi sebagai pendamping sang pemimpin, Lanaya juga dipersilahkan membantu sang suami untuk memberikan gagasan. Tapi, Arnest tahu, Lanaya tak akan mampu untuk melakukan hal tersebut, maka dari itu ia memutuskan untuk pergi ke istana seorang diri, masalah ia dihina karena memiliki pendamping yang tidak bisa apa-apa adalah urusan belakangan.

Saat memasuki kamarnya guna memeriksa sang istri, Arnest mendapati gadis itu telah terbangun dan terduduk di kepala ranjang dangan mata yang sedikit terpejam. Sesaat kemudian, mata gadis itu terbuka lebar memancarkan tatapan penuh tanya ke arah sang suami.

"Kamu mau ke mana?"

"Ke kastil, ada rapat kerajaan," ujar Arnest.

"Rapat kerajaan?" tanya Lanaya memastikan. Kemudian ia terdiam karena mengingat sesuatu.

Ia tau adegan ini, di novel, Arnest memang menghadiri rapat kerajaan tapi saat itu bersama Lanaya. Di rapat ini, semakin banyak kekurangan Arnest yang muncul ke permukaan, ditambah dengan pendampingnya yang tidak memberikan pendapat apa-apa seperti seorang idiot, membuat kebencian Arnest terhadap Lanaya semakin besar.

Kali ini, Lanaya tak akan membiarkan hal tersebut, berbekal ilmu dari zaman modern, ia akan mencoba untuk memberikan gagasan-gagasan menarik untuk menarik pandangan orang-orang terhadapnya dan sang suami.

"Aku ikut!" seru Lanaya.

TBC.

Buku Takdir : Cinta dan KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang