BAB 37

50 9 7
                                    

Sore hari, bahkan selama detik yang berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari, bahkan selama detik yang berlalu. Aster mengingat dengan pasti senyuman dingin yang Killian tinggalkan untuknya tanpa diketahui akan menjadi suatu makna. Angin hampa dipandang cukup lama, mengartikannya dengan keharusan selagi terus menghantam hatinya begitu keras. Ada banyak kebenaran yang Killian ungkapnya, keharusan Aster untuk memercayainya.

Warna biru kegelapan menghiasi langit pertanda malam. Masih begitu sibuk mencoba memercayai kebenaran-kebenaran Killian, Aster tidak pernah tertarik terhadap jamuan makan malam yang Ellen persiapkan begitu lezat dan mewahnya. Namun, anak-anak tidak pernah mendapatkan jamuan seperti itu sejak Raegan meninggal. Maka menjadi semakin benar, bahwa memori sedang diciptakan untuk menghasilkan kebahagiaan dan keadilan hidup untuk mereka.

Hal-hal yang patut untuk dipercayai selain apapun yang Killian rencanakan termasuk di dalamnya memikirkan tanggung jawab yang Aster pikul. Kekuatan tidak seberapa dan pelajaran yang belum selesai didapatkan dari seorang ayah yang pergi tanpa berpamitan, dianggapnya belum cukup baik dalam mengusahakan keadilan hidup. Usai jamuan makan malam, bahkan tidak menyempatkan diri mencari kebenaran dari mata hijau Killian, Aster pergi ke kamar tidurnya dan berkutat dengan laptop serta dokumen-dokumen penting.

Ibaratnya, mengulang memori di Hotel Garnation. Aster berharap dirinya sedang membuat sketsa tanpa harus menundukkan bahu karena beban warisan yang berat. Ada belasan dokumen persetujuan proyek yang harus ditandatangani. Ada laporan keuangan yang harus diperiksa. Ada laporan-laporan lainnya yang membuat kepala Aster semakin pening, bertanya-tanya bagaimana ayahnya mampu memikul beban tanpa sekalipun mengeluh. Tampaknya, itulah yang dilakukan seorang pemimpi besar.

Pintu diketuk, Nicole datang membawa minuman hangat untuk Aster. Gelar dan prestasi Nicole didapatkan dengan pantas sehingga berhasil menemukan Aster serta menduga apa yang tengah dilakukan gadis itu ketika semua orang di ruang keluarga sedang mendengar Thomas bermain piano, tertawa, dan mendengar Ellen membacakan dongeng untuk anak-anak sebelum mengantar mereka tidur.

"Aku tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat...." Nicole meletakkan cangkir di dekat Aster, memastikannya tidak mengotori dokumen. "Tapi ada yang harus aku sampaikan padamu, saat aku membaca laporan perusahaan pagi ini."

"Aku sedang membacanya.... Apakah aku melewatkan sesuatu? Tampaknya yang akan kau bicarakan begitu penting—"

"Ini tentang rumah pantai. Di pulau pribadi keluarga." Nicole mengangguk, menghela napas tanpa senyuman. Wajahnya diterpa oleh cahaya lampu. "Tampaknya kau sudah berhenti membiayai operasional rumah pantai itu, termasuk menyisihkan sebagian dana yang diberikan kepada masyarakat sekitar. Seseorang memberi kabar melalui email, bahwa beberapa orang di pulau itu mempertanyakan Edgar."

"Maksudmu—mereka meminta uang?" Aster mengerutkan dahinya begitu dalam, mencengkram tangan kursi saat Nicole mengangguk.

"Kita harus melakukan sesuatu." Nicole menunjukkan ekspresi seriusnya yang bukan main saat menyentuh bahu Aster. "Ini sungguh bukan hal yang mudah untuk dikatakan—aku tahu bahwa rumah pantai itu adalah impian ayah dan ibumu dan kini menjadi milikmu. Tetapi kondisi keuangan kita saat ini terpaksa tidak dapat menetapkan rumah pantai sebagai prioritas—apalagi memberi orang-orang itu uang. Jika terus mengabaikannya aku khawatir rumah pantai itu bisa bertahan...."

Hate with LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang