"Bunga yang bagus. Apa namanya?"
"Anyelir. Mirip seperti mawar, bukan?"
"Bagaimana kau merawatnya?"
Aster menoleh sekilas, melemparkan senyuman sebelum melanjutkan memotong tangkai dengan gunting tanaman. "Bunga anyelir tidak boleh disiram terlalu banyak dan harus mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Tidak terlalu sulit, hanya memerlukan pupuk berkualitas baik dan mencegahnya dari hama. Yang paling sulit adalah memotong daun yang kering dengan rutin. Tapi ada satu hal yang jarang orang ketahui untuk merawat sebuah tanaman. Sayuran sekalipun. Apa kamu tahu apa itu?"
Killian menggeleng tepat ketika Aster selesai memetik delapan tangkai bunga anyelir. Namun, gadis itu jahil sekali membuatnya menunggu melanjutkan penjelasan yang misterius dengan meminta Killian membawa delapan tangkai selagi dirinya memetik satu tangkai tersisa.
"Jadi, bagaimana?"
Bunga anyelir di tangan Killian berwarna merah muda dan putih. Aster membalikkan tubuhnya dan menggenggam satu tangkai anyelir merah muda untuk menyadari bahwa bunga anyelir berwarna lembut dan manis tampak kontras dengan penampilan formal Killian dan sorot matanya yang angkuh tetapi anggun. Aster seperti mengidap aritmia dalam pengaguman tiada akhir, sehingga ia tidak segera memberi Killian apa yang ingin didengarnya. Ia hanya ingin menatap lekat.
"Tanaman-tanaman ini tidak jauh berbeda dengan kita." Aster melirik bunga di tangan Killian dan mata hijau zamrud dihadapannya bergantian. "Jangan salahkan tanaman-tanaman ini— mereka tidak tumbuh dengan baik dan bermekaran seperti seharusnya karena mereka hidup di lingkungan yang salah. Kondisi tanahnya tidak cukup sehat, tidak diberi pupuk, atau disiram beberapa waktu. Dari cara-cara itu, ada satu hal yang harus dilakukan—seringkali diremehkan karena terdengar konyol untuk membicarakan hal yang baik dalam hal merayu tanaman tumbuh dengan sehat. Seperti halnya orang tua lupa memuji anaknya, berkata hal-hal yang baik, dan mengajarkan harapan-harapan indah. Menyiram, memberi pupuk, dan memangkas daun kering tidak lebih dari cukup untuk memberikan kehidupan yang adil."
Seperti seseorang yang bijak dalam memandang kehidupan, Aster terdengar begitu menyayangi tanaman seperti separuh dirinya yang lain. Killian tertegun dan lupa menyanyikan hati.
Langit kemudian mendukung kebijaksanaan Aster walau gadis itu hanya berniat menjelaskan apa kebiasaannya saat bercocok tanam di pekarangan. Air hujan tiba-tiba tumpah dari langit kelabu, begitu deras dan mengejutkan. Seluruh daun dan rumput basah kuyup, daun kering mulai berjatuhan karena batangnya terlalu lemah. Aster membulatkan mata dan berlari ke dalam rumah sementara Killian tidak ingin selamanya tertegun akibat penuturan Aster, ia juga bergegas pergi dari pekarangan.
"Ah—waktu yang tepat sekali. Kukisnya sudah matang."
Aster tersenyum senang dalam balutan pakaian yang basah kuyup. Bunga anyelirnya juga sedikiy basah ketika diletakkan di atas meja dapur selagi ia mengeluarkan kukis yang sudah matang dari oven. Killian menghela napas sembari sibuk menyingkirkan tetesan hujan dari pakaiannya dan hendak mengeluh kepada langit yang pandai memberi kejutan, tetapi sekali lagi hampir mematung karena aroma lezat kukis buatan Aster begitu lezat memenuhi penciumannya. Rambut hazel Aster tampak setengah basah dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate with Love
RomanceKillian membenci Aster dengan cinta. Siapa yang tahu bahwa manusia dapat melakukannya? Killian tanpa sadar melakukannya terhadap Aster. Bangga sekali ketika selama ini menatapnya dingin, membandingkan kehidupan mereka, dan mengacuhkan ketulusan Aste...