Kepala Sukarso berdenyut-denyut lagi. Dia menelpon Melan tapi tidak diangkat. Chat-nya juga tidak dibalas, bahkan dibaca pun tidak. Matanya menangkap sebuah pinggul berlalu di depan meja kerjanya. Pinggul anak magang semester 7 jurusan akuntansi yang membelakanginya dan menjatuhkan ballpoint. Saat menungging untuk memungut ballpoint itu, Sukarso tersentak oleh mr.pnya yang berontak. Dia ingin berlari dengan mr.p terhunus, mengangkat roknya dan langsung menusuk miss.vnya. Dia akan mengentotnya secara membabi buta.
"Sial!" pikir Sukarso saat khayalannya berlarian seperti sapi gila. Dia langsung berdiri dan berniat pergi ke toilet untuk mengocok mr.p di sana.
"Asal bisa muncrat sudah cukup lumayan untuk mengobati migrain ini." Pikir Sukarso. Namun bersamaan itu, Richard datang dan menegurnya.
"Dipanggil, Bos." Katanya.
"Ada apa?"
Bawahannya yang paling senior itu hanya mengangkat bahu dan duduk di mejanya sendiri dekat dinding. Sukarso cepat berbelok ke arah ruang kerja bosnya, Bu Iriani Putri, yang tengah duduk di sofa dengan menumpang kaki. Betisnya yang putih mulus membuat denyutan di kepala Sukarso bertambah kencang.
Bosnya mengatakan sesuatu... bla bla bla... Seperti biasa, dia mengomel panjang lebar karena angka penjualan yang tidak naik-naik. Sukarso hanya mengangguk-angguk karena tak tahan dengan denyutan di kepalanya.
"Pokoknya angka penjualan harus ditingkatkan, apapun caranya." Kata Bu Ria dengan nada cemprengnya yang tinggi. Saat itu tak sengaja Sukarso melihat sepasang lutut Bu Ria saling menjauh, mengakibatkan kedua pahanya membuka dan rok span-nya yang pendek menganga. Sebuah pemandangan indah yang berupa segunduk miss.v tembem di balik celana dalamnya yang mahal, terpampang di depan mata Sukarso.
Sukarso menelan ludah. mr.pnya memberontak dari dalam celananya dan khayalannya yang edan ingin menerjang ke arah bosnya. Merampas celana dalamnya dan melemparnya sembarangan. Lalu mengentotnya secara brutal tanpa henti. Dia akan bertaruh dengan dirinya sendiri, siapa yang lebih dulu mencapai klimaks.
"Kamu paham?" kata Bu Ria dengan nada keras.
"Siap, Bu." Jawab Sukarso.
"Apalagi yang ditunggu? Sudah sana, kerja lagi."
Sukarso mengangguk dan pergi meninggalkan ruang kerja bos-nya. Setelah menghilang dari balik pintu, bosnya, segera mengerang sendirian sambil mengusap-usap kelentitnya dari luar celana dalamnya.
Oh tuhan, aku ingin diewe oleh mr.p gede anak buahku sendiri..." keluhnya dengan setengah menangis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasib Baik Karso
AdventureRindu akan kehangatan tangan yang nakal menggoda kewanitaannya, mengusik miss.v Imelda yang mengkerut di balik celana dalamnya. Sudah 5 tahun dia menjanda. Sejak suaminya terkena serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, prakti...