Bab 8

1.5K 8 0
                                    

Kamar Mami adalah kamar terbaik di rumah itu. Terletak di lantai 2 dengan tangga lebar berbentuk "U" yang tidak curam. Di belakang kamar ada teras kecil tempat duduk santai dan nyaman. Langit malam Jakarta Selatan tampak cerah dilihat dari teras itu. Ribuan bintang bertaburan. Sayangnya, pemandangannya selain langit adalah genteng beton berwarna merah hati. Tapi itu bisa juga merupakan keuntungan, karena apabila pintu dan jendela di buka, angin segar masuk ke dalam kamar. Walau dalam keadaan pintu terbuka, tetap merasa nyaman karena yakin siapa pun tak ada yang bisa melihat ke dalam kamar.

Mereka masuk ke dalam kamar dan Mami mengunci pintu lalu melangkah untuk membuka pintu belakang. Tepat pada saat itu jam dinding berdentang sembilan kali. Sukarso melongok ke teras belakang dan mengagumi suasana privasi yang nyaman.

"Biasanya almalhum suami suka duduk di situ sambil melokok."

"Sambil minum ginseng kan?"

"Bukan. Tapi minum bil."

"Bir? Bir dingin kan?"

"Ya, bil dingin."

"Teras ini sangat cocok untuk merenung. Aku sangat menyukainya." Kata Karso sambil berdiri membelakang dengan bertolak pinggang. Mami mendekatinya dan memeluk Sukarso dari belakang.

"Maafkan sikap mami selama ini..."

"Sudah, Mi, ga usah dibahas. Saya tau mami hanya pengen saya berusaha keras dan mendapatkan uang lebih banyak."

"Ya, bial kamu bisa menabung dan membuat minimalket sepelti mami. Itu untuk hali tua kamu sama Melan." Kata Mami sambil kedua tangannya masuk ke dalam kaos tidur Karso dan mengelus dada menantunya yang bidang, "mami tidak belmaksud menyinggung pelasaan kamu."

"Saya tau, Mi."

"Sebenalnya mami tau kehidupan sex kalian belmasalah setelah Melan diopelasi kilet. Dalipada kamu selingkuh sama olang lain, lebih baik kamu selingkuh sama mami aja. Soalnya mami tidak akan melusak lumah tangga kalian. Kamu balu belumul 27 tahun, peljalanan pelkawinan kalian masih panjang dan lama. Mami tidak ingin kalian belcelai gala-gala masalah sex."

"I ya, Mi."

"Kal, mami akui mami sebenalnya tidak begitu suka sama kamu sejak awal kalian menikah... tapi setelah kejadian tadi sole... mami belubah pikilan."

"Berubah pikiran bagaimana, Mi?"

"Nanti mami akan celitakan semua secala panjang lebal... yang penting sekalang mami ingin liat tubuh kamu dalam keadaan telanjang bulat."

"Maksudnya, Mi?"

"Lepasin semua baju kamu."

Karso melucuti pakaiannya hingga benar-benar bugil. Mami mundur selangkah dan menyuruh Karso berbalik. Dia mengawasi tubuh muda yang kokoh itu tanpa mengedipkan mata.

"Tubuh kamu tinggi dan belotot, pelut kamu lata... dan ini, mr.p kamu panjang dan besal. Sangat sensitif. mr.p kamu juga disunat, mami suka sama mr.p yang disunat. Sebab kalau diemut, lasanya enak kalena tidak ada cailan kulup yang ketal dan bau pesing. Almalhum suami mr.pnya kecil dan tidak disunat. Mami seling disuluh mengisap. Biasanya sebelum mami isap, mami belsihin dulu kepala mr.pnya pake sapu tangan. Bial hilang bau ketal-nya."

"Mami mau menghisap mr.p Karso?"

"Mau. Tapi nanti aja kalau lagi pengen, sekalang mami pengen ewean misionalis... mami pengen melasakan semua batang mr.p kamu masuk seluluhnya ke dalam miss.v mami."

"Mami mau dijilat miss.vnya sama Karso?"

"Mau banget, Kal. Mami suka dijilatin, telutama pada bagian ininya ni..." Mami berkata sambil melepaskan baju dasternya dan menelanjangi diri hingga bugil polos, lalu telunjuknya menunjuk sebuah tonjolan daging yang terselip di antara belahan bibir-bibir miss.vnya.

"Saya suka ngejilat itil... Melanie biasanya suka merintih-rintih kalau dijilatin itilnya." Kata Karso.

"Semua pelempuan pasti suka dijilatin itilnya, Kal."

"Apakah almarhum Papi mertua suka menjilat itil mami?"

"Kadang-kadang. Tapi dia lebih seling minta diisep telus langsung nancep... mami suka diewe sama almalhum tapi kejadian sole tadi menyadalkan mami bahwa selama ini mami belum pelnah melasakan olgasme."

Karso tersenyum. Pemuda gagah itu mendekati mertuanya. Setelah berjarak hanya 20 cm dari mami, Karso membelai payudara mami dengan lembut dan mempermainkan putingnya yang kecoklatan sebesar kismis hingga mengembang menjadi bulatan yang mengeras.

Mami mendongak. Dia tersenyum. Kedua tangannya menarik batang mr.p Karso dengan lembut. Cukup dengan tarikan yang lembut, batang mr.p itu langsung menegang seperti pentungan. Dalam hatinya, Mami berkata, jika ada momen yang tepat, dia akan membaringkan Karso di tempat tidur dan akan mengisap mr.pnya hingga muncrat. Dia akan menelan spermanya. Itu adalah obat awet muda.

Karso menunduk dan menjangkau bibir Mami. Dia mengecupnya lembut dan memainkan lidahnya di bibir mami. Tangannya lalu turun menyusuri perut Mami lalu hinggap di belahan miss.vnya. Mengusap dengan jarinya di belahan miss.v dan merasakan lelehan cairan yang mulai menetes. 

Nasib Baik KarsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang