Bab 12

849 4 0
                                    

Shela cepat-cepat meninggalkan jendela dapur dan pergi ke pintu gerbang yang terbuka sedikit. Dia keluar dari pintu gerbang dan melangkah menuju sedan putihnya yang diparkir di pinggir jalan. Duduk di belakang setir sambil menghela nafas dan mengoles-oles miss.vnya yang kelaparan ingin menelan mr.p Karso hingga sedalam-dalamnya.

"Mami licik ih..." Bisik Shela dalam hatinya.

Ketika tadi dia datang ke rumah itu, dia baru saja melihat mobil jenis MPV yang biasa dipakai mami, meninggalkan rumah. Shela menyangka mami sepagi itu sudah pergi ke toko, sedangkan kakaknya Melan dan Mas Karso ada di dalam oleh karena itu dia sengaja mengintip dulu di jendela dapur, siapa tahu mereka lagi berhubungan sex. Kalau boleh Shela jujur, meskipun mas Karso orang biasa dan tidak memiliki kekayaan seperti Mas Alex, tapi mas Karso bisa membahagiakan kebutuhan batin Ci Melan. Sedangkan Alex, walaupun kaya raya, tapi kurang bisa memenuhi kebutuhan batin Shela.

Betul saja di dapur ada terjadi hubungan sex. Tapi bukan Mas Karso dengan istrinya seperti yang diduganya. Justru miss.v maminya yang tengah dihajar oleh Mas Karso hingga terbeliak-beliak dan mengucurkan lendir kenikmatan yang sangat banyak.

"Sial!" gerutu Shela sambil menancapkan kunci kunci kontak. Dia menyalakan mesin mobil lalu meluncur menuju minimarket milik mami yang letaknya hanya sejauh 1 kilometer. Tiba di sana, dia masuk lewat pintu rolling door yang baru dibuka setengahnya oleh karyawan cleaning service, lalu menemukan Melanie yang tengah menangis terisak-isak di belakang meja di ruangan kantornya yang juga sekaligus gudang persediaan barang.

"Dia menangis sedih karena pasti sudah tahu, suaminya dan mami berselingkuh." Kata Shela dalam hatinya menduga. Tapi dia pura-pura tidak peduli. Dia menyapa Melanie yang terlihat agak terkejut.

"Kamu mau ngapain kesini?" kata Melanie sambil menyusut air matanya.

"Cuma mampir sebentar, masa nggak boleh? Eh, cici kenapa kamu nangis?"

Ditanya begitu, Melanie yang sudah berhenti menangis, mendadak menangis lagi, Kali ini malah lebih keras. Setelah beberapa saat, Melanie kemudian menceritakan bahwa dia, setelah diperiksa dokter kemarin, harus dioperasi lagi. Kali ini operasi pembersihan kista dan pengangkatan rahim. Kalau tidak dioperasi dan dibuang, nyawanya bisa terancam bahaya. Namun dampak dari operasi akan membuatnya mandul dan menjadi frigid.

"Mami sama mas Karso sudah tau?" tanya Shela.

"Belum, La. Aku belum memberitahu mereka."

"Kenapa?"

"Aku gak mau mami dan ayang ikut sedih."

"Terus, kapan cici di operasinya?"

"Besok lusa. Selama operasi, aku akan bilang sama Mami dan Ayang, mau nginep di rumah kamu selama 3 hari. Kamu bantu cici ya merahasiakan ini semua. Jangan sampai mereka tau."

Shela terdiam sebentar.

"Lala pasti bantu cici. Jangankan cuma berbohong, biaya operasi juga biar Lala yang tanggung."

"Makasih ya, La, cici berutang banyak sama kamu."

"Nggak usah dipikirin, Ci. Kalau mau pergi ke rumah sakit, telpon ya, biar sama Lala bisa dijemput."

"I ya, nanti aku telpon."

"Ci, Lala pamit ya, ke sini cuma mampir sebentar. Cepet sembuh ya Ci."

"Makasih La."

Shela keluar dari minimarket itu dengan seribu satu rencana di otaknya.

"Berarti Ci Melan belum tau kalau mas Karso sama mami berselingkuh.... Hemmm... aku jadi punya ide... he he he..."

Shela menyetir mobil sambil bersiul gembira.

***

Nasib Baik KarsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang