Bab 14

776 4 0
                                    

Minimarket "IMELDA" terletak di pertigaan kawasan padat penduduk. Buka 12 jam sehari. Dari pagi jam 8 hingga malam jam 8 juga. Minimarket itu selalu dijejali pembeli karena harganya yang sangat miring. Orang bisa membeli eceran juga bisa membeli grosiran. Dilayani dengan ramah oleh 5 orang pelayan yang tidak saja cantik tapi juga gesit dan seorang kasir perempuan berusia sekitar 35 tahun yang teliti. 2 orang pegawai pria ditugaskan sebagai pekerja gudang dan seorang Satpam hilir mudik di luar toko mengawasi motor, tukang parkir yang juga sekaligus sebagai petugas cleaning service serta sejumlah pelanggan yang mencurigakan atau mengalami kesulitan.

Omzet minimarket itu paling sepinya sekitar 50 juta rupiah per hari dengan keuntungan bersih sekitar 2,5 juta rupiah per hari setelah dipotong biaya operasional dan biaya pegawai.

Imelda menyadari, semua apa yang dimilikinya saat ini adalah berasal dari keuntungan toko itu, yang dirintis bersama almarhum suaminya sejak 27 tahun yang lalu, ketika mereka menikah dan membuka toko kelontong kecil di pertigaan itu. Selama 22 tahun menikah, Imelda merasa cukup bahagia. Setelah kematian suaminya 5 tahun yang lalu, Imelda merasa hidupnya kosong dan resah. Namun, hal itu berubah ketika dia sedang menungging sambil melihat-lihat majalah porno, mendadak sebuah mr.p besar yang gagah dan panjang mengentotnya dari belakang. miss.vnya muncrat-muncrat dan puluhan badai orgasme menerjang saraf-saraf di seluruh tubuhnya. Sejak saat itu, dia tahu apa yang sebenarnya dia inginkan dalam hidupnya ini. Dia menginginkan mr.p menantunya menjadi miliknya. Itu saja.

Itulah yang dipikirkan Imelda saat duduk berdua dengan Melanie. Mereka duduk lesehan di dekat tumpukan kardus mie instan sambil makan siang.

"Tumisnya enak, Mi." Kata Melanie memuji masakan maminya. Dia makan dengan sangat lahap.

"Coba kalau mami masak tiap hari, pasti menunya beragam dan rasanya enak."

"Itulah yang sedang mami lencanakan." Kata Imelda dengan tersenyum.

"Maksud mami?"

"Mami akan masak tiap hali, pagi, siang dan sole. Mami akan mengulus lumah dan segala tetek bengeknya... mami akan menyelahkan toko ini untuk kamu kelola dengan sebaik-baiknya... sudah saatnya Mami mundul."

Melanie terdiam dengan mulut melongo.

"Mami sudah dengal mengenai minimalket online... yang tidak bisa mami pahami. Olang membeli dan membayal melalui hape... bagaimana mungkin? Tapi mami yakin kamu bisa memahaminya. Itu adalah kemajuan jaman yang tak telhindali. Mami tak bisa menyesuaikan dili, tapi kamu bisa." Kata Mami dengan suara tenang, "kamu halus bekelja kelas untuk memajukan toko ini, soal ulusan lumah dan suami kamu, tak pellu khawatil, mami akan ulus semuanya. Kalso tidak akan meninggalkanmu walau setiap hali kamu pulang malam."

"Tapi..."

"Tidak pellu tapi-tapi, mulai saat ini semua ulusan toko kamu yang pegang. Kamu halus beljanji dan belsumpah mati untuk memajukan toko ini hingga sebesal-besalnya dan sehebat-hebatnya."

Melanie terdiam sebentar, lalu berkata, "Melanie berjanji dan bersumpah, Mi. Melanie akan menyerahkan seluruh tenaga dan hidup Melan demi kemajuan toko ini."

"Bagus, itu balu anak mami. Nah, sekalang, setelah makan siang, mami akan pulang dan mengulus lumah. Kamu kelja baek-baek ya."

"I ya, Mi."

***

Nasib Baik KarsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang