SELAMAT MEMBACA.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.==========
Keesokan harinya.
Seorang pria tampak tertidur dengan kepala berbaring di tepi tempat tidur. Dia terbangun karena merasakan pergerakan dari tangan yang ada dalam genggamannya.
"Huai ge", ucap pria manis itu. Dia adalah Xiaobao. Pria yang berbaring itu perlahan membuka kedua matanya sambil mengernyit. "Huai ge...", ucap Xiaobao lagi. Dia tersenyum senang saat melihat pria yang menjadi kekasihnya itu akhirnya membuka kedua matanya.
"Xiaobao", ucap Huai En serak.
"Gee... Aku sangat senang akhirnya ge sadar", ucap Xiaobao senang sambil memeluk pelan sang kekasih. "Aku rindu padamu", ucap Xiaobao. Huai En menggerakkan tangannya dan memeluk sang kekasih.
"Ge juga sangat merindukanmu", ucap Huai En.
"Huai En, kau sudah sadar?", tanya Xiao Zhan yang baru masuk dan melihat adik dan Huai En saling berpelukan.
"Iya, ge", ucap Huai En.
"Ge akan memanggil dokter", ucap Xiao Zhan lalu keluar kamar lagi.
Xiao Zhan datang bersama dokter dan seorang perawat. Huai En pun di periksa oleh dokter. Perawat memberikan obat pada Huai En. Setelah memeriksa dan memberi obat, dokter dan perawat tersebut pun keluar. Xiaobao membantu Huai En meminum obat yang diberikan padanya.
"Syukurlah kau baik-baik saja", ucap Xiao Zhan sambil tersenyum.
"Ge, bagaimana aku bisa ada disini?", tanya Huai En.
"Begitu menemukan dan memberi penawar racun, Singto segera melapor pada Yibo. Yibo mengutus heli untuk menjemputmu kembali", jawab Xiao Zhan. Huai En mengangguk paham.
Keesokan harinya Huai En sudah diperbolehkan untuk pulang. Xiaobao sangat memperhatikan kekasihnya itu dengan kasih sayang. Dia sama sekali tidak mau jauh dari sang kekasih.
Thailand.
Tampak beberapa pria sedang berkumpul di sebuah ruang rapat.
"Dari hasil penyelidikan, gua itu memang merupakan markas berkumpulnya orang-orang Wangsengdao", ucap seorang pria Thailand. Dia adalah Yoon.
"Wangsengdao?", tanya Wang Hao Xuan. "Bagaimana mungkin mereka berada disini?", tanya Wang Hao Xuan lagi.
"Mereka imigran gelap dari China yang melarikan diri dari negara kalian", ucap pria Thailand lainnya. Pria berkulit tan itu adalah Singto. Dia melemparkan sebuah berkas dari kepolisian. Wang Hao Xuan mengambil dan membaca informasi didalam map itu.
"15 orang?", tanya Wang Hao Xuan saat melihat daftar nama yang tertera didalam daftar.
"Mereka semua imigran gelap dari negara kalian. Masing-masing dari mereka membawa liontin giok Wangsengdao. Karena itu, kami mengenali identitas mereka", jelas Singto.
"Bukankah mereka semua sudah di basmi oleh Yibo ge?", tanya Wang Hao Xuan tak percaya.
"Sepertinya sebagian dari mereka sudah kabur sebelum penyerangan itu. Mengganti nama dan menjadi imigran gelap disini", ucap Yoon.
"Aku harus memberitahu Yibo ge", ucap Wang Hao Xuan.
"Aku sudah mengirimkan informasi padanya", ucap Singto.
"Kita akan menunggu Yibo datang untuk mengintrogasi mereka semua", ucap Yoon.
Beberapa jam kemudian.
Setelah turun dari helikopter, Yibo dan Wang Zhou Cheng segera masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka. Mereka di bawa ke sebuah bangunan tua. Seorang pria berkebangsaan Thailand membukakan pintu untuk kedua tamu mereka. Ketiganya langsung menuju ke sebuah ruangan bawah tanah yang merupakan penjara bawah tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Nyaman dan Cinta
Fiksi Penggemarhanya sekedar fiksi yang terinspirasi video di tiktok-nya Baili dongjun ⛔ xhio se