CHAPTER 11: DEWA PENOLONG

9 4 1
                                    

1 hari yang lalu.

"Pak Kades, saya butuh bantuan Pak Kades, ini di luar urusan bisnis, Pak," ucap Pak Arkana terlihat serius.

"Tidak masalah, Pak. Saya harap bisa membantu di luar urusan bisnis kita. Apa itu, Pak?" tanya Pak Kades penasaran.

"Begini, Pak. Tampaknya anaknya sedang menyukai seseorang, dan Saya tidak mendapatkan jawaban gadis yang berhasil membuat anak Saya jatuh cinta. Apakah Bapak tahu, siapa saja kira-kira anak gadis di kampung ini yang mungkin disukai anak Saya, Pak?"

"Waduh, Saya tak menyangka jika ternyata Anak Pak Arkana akhirnya melabuhkan cintanya di salah satu anak gadis di desa Kami. Saya senang loh, Pak. Kira-kira siapa ya, Pak, di desa ini setahu saya yang gadis banyak yang masih sekolah dan kuliah. Bulan ini juga belum waktunya libur, jadi nggak mungkin anak Bapak bertemu salah satu gadis di sini. Kecuali mungkin anak Bapak bertemu anak Saya yang dikira masih gadis, Pak, HEHE."

Pak Arkana masih bertahan dengan muka seriusnya, membuat tawa renyah Pak Kades seketika menjadi canggung.

"Dokter yang Bapak bilang waktu itu, apa boleh saya melihat fotonya, Pak?"

"Oh iya, Saya ada, Pak, mungkin bisa saja anak Bapak menyai Dokter Ryas ya, Pak ya," ucap Pak Kades sambil membuka kunci layar handphonenya dan mencari foto yang diminta Pak Arkana.

"Nah, ini, Pak, Kami ada foto bersama beberapa hari lalu saat ada acara pertemuan di kantor desa," sambil memberikan handphonenya pada Pak Arkana.

Pak Arkana melihat dengan seksama dengan mata setajam elang.

"Itu yang di tengah, Dokter Ryas, Pak, kebetulan dia pakai baju dokter, jadi mudah membedakannya, scroll saja, Pak, ada beberapa foto yang diambil wakty itu," jelas Pak Kades.

Pak Arkana mendengar suara Pak Kades, tetapi matanya sudah tertuju kepada yang lain. Dia melihat anaknya yang semula berdiri di tengah di dekat dokter, kini berpindah posisi sedikit ke tepi. Pak Arkana menzoom potret anaknya, lalu tersenyum penuh arti, "Ternyata ini yang membuat anakku, patah hati?"

Di foto itu, Pak Arkana melihat ada ketertarikan dari lirikan dan tatapan mata anaknya kepada perempuan manis di sampingnya.

"Saya boleh minta semua foto bersama ini, Pak?" pinta Pak Arkana.

"Boleh-boleh, sebentar ya, Pak," ucap Pak Kader.

***

"Riki, Kamu bisa cari tahu tentang gadis yang ada di foto yang sudah aku kirimkan padamu?" ucap Pak Arkana kepada asisten pribadinya Leo.

"Saya akan cari tahu, Pak," jawab Riki.

"Bosmu butuh pertolongan dari dewa penolong. Aku harus bertindak dan Kamu harus bergegas. Saya tak ingin melihat kemurungannya berlarut-larut."

"Baik, Pak. kebetulan Saya sudah dekat dengan beberapa orang di kampung ini."

"Lakukan dengan baik."

"Saya permisi, Pak."

Pak Arkana mengangguk, lalu matanya tertuju kepada layar handphonenya. Di sana terpampang foto perempuan yang sudah dicrop, menyisakan fotonya bersama anaknya, Rora.

***

Pak Arkana menerima pesan dari asisten pribadi anaknya, sesuai permintaannya tadi sore, Pak Arkana telah mendapatkan beberapa informasi tentang gadis yang dia yakini tekah menyebabkan anaknya patah hati.

[Rora Glorya, usia 23 tahun, tenaga kontrak di puskesmas x, asal dar kota sebelah, profesi sebagai Tenaga Kesehatan Lingkungan, saat ini tinggal di desa satu wilayah puskesmas, dan masih gadis.]

MORNING GLORY [END] Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang