Leo terlihat bahagia, sudah 2 hari sejak momen langka yang dinantikan Leo selama ini terjadi, hubungan mereka mulai mengalami kemajuan. Rora yang mulai nyaman dan Leo yang semakin sayang. Dia mengemudikan mobilnya dengan perasaan rindu yang menggebu.
"Aku tidak sabar lagi untuk menemuimu, Rora. Tunggu aku."
Senyuman bahagia Leo teralihkan oleh bunyi telepon masuk. Leo pun terlihat bersemangat meraih handphone yang dia tarok di kursi penumpang.
"Papa?" sambil mengangkat teleponnya.
[Hallo, Pa, ada apa?]
[Kamu sudah sampai mana?]
[Ini udah dekat kok, stengah jam lagi sampai.]
[Ada apa, Pa?]
[Oh, nggak ada.]
[Suara apa itu? Papa lagi sama siapa?]
[Oh, mm... ini, Ryas. Sedang cek kesehatan Papa di rumah.]
Papa Leo terdengar ragu, karen adia tahu bahwa anaknya tidak suka jika dia lebih dekat dengan orang lain daripada gadis impiannya. Leo pun menepikan mobilnya di pinggir jalan dan berhenti di sana.
[Papa kenapa? Setelah Leo sampai di sana, kita segera ke rumah sakit ya, Pa]
[Haha, anak bujangku ini berubah panik seketika. Leo, papa baik-baik saja, Dokter Ryas selalu datang berkunjung mengecek kondisi kesehatan Papa. Papa baik-baik saja kok.]
[Atau gini saja, Riki yang antar Papa ke rumah sakit sekarang, gimana?]
[Ngggak usah, asistenmu sudah Papa minta menjemputmu dengan menunggu di pom bensin terakhir menuju desa ini. Lagian kalau masalah cek up atau berobat Itu kan beberapa hari lalu, dan sekarang juga ada Dokter Ryas.]
[Oh, udah sedekat itu kalian ya?]
[Ya sudah, hati-hati berkendara.]
[Oke, Pa.]
Leo mematikan sambungan Bluetooth dari handphonenya. Hendak melajukan kembali mobilnya. Namun, tiba-tiba hantaman keras mengenai belakang mobilnya. Hantaman itu begitu tiba-tiba, sehingga Leo langsung hanya merasakan kuncangan hebat di kepala dan seluruh tubuhnya. Jantungnya berdegub kencang, syukurnya safety belt mobil Leo berfungsi dengan baik.
Dengan jantung yang hampir copot, dan dada yang sesak karena peristiwa yang sedang dia alami, Leo keluar dari dalam mobil. Tidak ada luka apapun di sekujur tubunya, yang ada hanya perasaan nyeri di dadanya.
"Astaga!"
Orang yang menabrak dirinya yang sedang parking terlihat terluka parah dan tak sadarkan diri. Leo pun mencoba mencari rumah sakit terdekat dan mereka akan segera sampai beberapa menit lagi. Satu per satu manusia mulai datang menggerubuni karena penasaran.
"Mas, nggak apa-apa?" tanya salah satu warga setempat yang berhenti melihat kondisi Leo dan pasangan yang tidak sadarkan diri di dalam mobil Leo.
"Oh, Saya baik-baik saja, Mas," Leo tersenyum santai sambil berdiri tegap.
BRUK
Leo jatuh pingsan.
***
"Kok perasaanku semakin tidak enak?"
Rora merasa tidak nyaman dengan hatinya. Tiba-tiba saja Rora merasa sesak di dadanya dan jantungnya berdegub nggak tenang. Di pikirannya saat ini adalah Leo, karena jika papanya atau keluarganya, beberapa menit yang lalu mereka ngobrol online, dan semuanya baik-aik saja.
"Leo, apakabar kamu di sana?"
Rora membuka handphonenya dan mulai mengetik pesan untuk Leo, tapi ketikannya terhenti karena ada telepon dari Leo. Rora pun tersenyum dan langsung mengangkat telepon itu.
"Hallo, Mbak?"
Rora mengernyitkan keningnya, "Mbak?"
"Leo?" Rora memanggil Leo dengan ragu-ragu.
"Maaf, Mbak. Ini saya Riki, asisten pribadinya Mas Leo. Saya hanya ingin memberitahu, kalau Mas Leo sekarang ada di rumah sakit."
[Oh, begitu. Apa?!]
Rora terkejut mendengar berita yang didengarnya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORNING GLORY [END] Proses Revisi
Random[Diikutkan dalam Menulis 25 Hari Tema Cinta Sejati oleh Fairy Book] Berawal saat Rora membantu Dokter Ryas di poli umum. Rora dengan senang hati membantu menggantikan perawat yang kebetulan sedang izin ke toilet. Hubungan Rora dan Dokter Ryas tidakl...