CHAPTER 19: MENGAPA?

11 4 0
                                    

Semua mata memandang ke arah Leo dan Rora yang tampak bersama turun dari mobil yang berhenti di parkiran, tak jauh dari pintu masuk puskesmas. Kak Yaya senyum-senyum tak karuan, karena pemandangan yang sangat dia nantikan telah tersaji di depan matanya.

"Akhirnya..." ucap Kak Yaya lega.

"Emang luar biasa pesona seorang Rora, 2 minggu menghilang tanpa kabar, sekali nongol bawa pangeran," Kak Mike takjub dengan pemandangan pagi ini.

"Menghilang gimana? Jangan ngadi-ngadi!" sanggah Kak Yaya.

"Iya, iya. Aku tahu, Rora lagi kena musibah, Papanya kecelakaan. Aku tahu, Yaya! Dan di balik musibah itu, dia mendapat anugerah," balas Kak Mike yang ikut senyum-senyum.

"Udah, pada kerja sana! Ngapain nonton sepasang sejoli lagi kasmaran!" Kak Oca datang mengembalikan fokus semua rekannya untuk kembali bekerja.

"Mana tuh si kunyuk Ryas? Lihat tuh! Haha!"

"Ngapain ketawa sendiri?" tanya Kak Mike yang melihat tingkah Kak Yaya yang tiba-tiba tertawa dengan ekspresi yang menakutkan.

"Udah, sono. Kerja!" Kak Yaya mengalihkan pertanyaan Kak Mike.

Rora masih dengan kikuknya, dan Leo masih dengan khawatirannya.

"Kamu yakin tetap masuk kerja?"

"Iya, aku nggak apa-apa," Rora tampak ragu melanjutkan kalimatnya.

Leo maklum dengan sikap Rora terhadapnya. Dia tak memedulikan itu saat ini. Dia hanya terlalu memikirkan kondisi tubuh Rora, karena dia tahu, Rora akan selalu berkata seolah dirinya baik-baik saja. betapa tidak kan cemas, Leo melihat Rora meringis saat hendak masuk ke dalam mobil saat dia menjemput Rora di kosan. Leo pun teringat ucapan perawat yang mengatakan bahwa ada luka benturan di lutut dan bengkak di sekitar paha kanan Rora.

"Aku akan menjemputmu," ucap Leo.

Rora yang terkejut dari lamunannya, mencoba untuk bersuara. Namun Leo kembali berkata, "Aku tahu, kamu pasti menolaknya, tapi aku akan tetap menjemputmu dan mengantarmu pulang, sampai kondisimu benar-benar aman.

"Eh, ada Bang Leo," sapa Dokter Ryas. Namun lirikannya begitu tajam kepada Rora.

"Kalau begitu, aku permisi," ucap Rora yang sudah berjalan masuk ke dalam puskesmas.

Pandangan Leo terus lurus menatap Rora, dan itu terlihat jelas di mata Dokter Ryas.

Dengan perasaan kecewa, Dokter Ryas kembali menyapa Leo.

"Hai, Bang," ucap Dokter Ryas.

"Oh, hai Dokter Ryas," jawab Leo sekenanya.

"Jangan panggil bersama gelarnya dong, Bang. Panggil 'Ryas' aja," pinta Dokter Ryas dengan ekspresi sedikit merajuk.

"Kalau begitu, Saya permisi dulu," ucap Leo sambil tersenyum mencoba untuk tetap sopan.

"Ish, kenapa aku dicuekin terus?" Dokter Ryas terlihat kecewa.

***

Rora merasa sedang diperhatikan. Awalnya dia ragu dengan tebakannya, tetapi sekarang dia semakin yakin saat aura ruangan yang terasa berbeda. Dia tahu, semua yang berada di ruangan program sedang menahan senyum menatapnya. Kak Yaya sudah tak tahan lagi menahan mulutnya untuk meluapkan rasa penasarannya kepada Rora.

Rora menangkap basah semuanya sedang memandangnya dengan ekspresi yang mudah ditebak. Rora hanya tersenyum canggung. Tiba-tiba Pak TU masuk dan menyahuti Rora, meredakan suasana yang tadi membuat Rora tidak nyaman.

"Rora, apakabar? Lama tidak berjumpa," sapa Pak TU menghampiri Rora.

"Alhamdulillah baik, Pak. Bapak apakabar juga?" jawab Rora tersenyum ramah.

MORNING GLORY [END] Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang