AMU 31

139 49 3
                                    

Back to Rava >>>

Saat ini hanya tersisa dirinyalah yang ada dirumah Reno. Ia tengah memperhatikan Reno untuk membuat kue dengan tatapan yang begitu kosong.

Reno yang mengerto dengan situasi Rava pun langsung berbasa-basi agar Rava bisa terbuka padanya.

" Gimana kabarmu? Terus gimana juga kabar Cafe? " Tanya Reno sambil terus mengocok adonan kue yang akan ia buat.

" Baik kok" Jawab Rava singkat.

" Em...Pak" Panggil Rava.

Reno pun langsung menoleh kearahnya dan menghentikan sejenak pekerjaannya.

" Kenapa? " Tanya Reno.

" Menurutmu, bagaimana seseorang bisa dikatakan telah hidup kembali? " Tanya Rava.

Reno pun memahaminya, tapi bukannya menjawab. Ia malah menyakan sebuah pertanyaan pada Rava.

" Kalo gitu gini deh, kenapa kamu pengen idup? " Tanya Reno.

" Karena aku gak mau kakakku jadi sedih " Jawab Rava.

" Yang lain? " Tanya Reno kembali.

Rava seketika diam membisu, ia pun langsung menunduk dan berusaha melihat kearah lain.

" Gak ada yang lain? " Tanya Reno memastikan dan dibalas gelengan oleh Rava.

" Cih, aku tau itu... Kamu pasti sudah menemukan sesuatu yang menurut kamu pantas untuk kamu dapatkan. Tapi kamu takut, ya kan? " Ucap Reno mendapat kesimpulan dari gerak gerik Rava.

Rava pun hanya tersenyum mendengar kesimpulan gurunya tersebut yang tepat sasaran. Setelahnya ia pun menceritakan semuanya tanpa ia tutup-tutupi.

" Dia itu orang, bukan benda. Saat aku bersamanya aku akan selalu merasa senang, aku juga kadang cemburu dan bahkan bisa merasakan kesedihan. Bahkan ni ya, hanya untuk melihat dirinya dari jauh pun bisa membuat hatiku merasa lebih cerah dari biasanya. " Jelas Rava.

" Terus, apa dia mencintaimu? " Tanya Reno.

"  Kamu udah pernah nanyain kedia soal perasaannya padamu? " Tanya Reno kembali.

" Belum " Jawab Rava.

" Kenapa belum? Kamu takut orang itu gak suka sama kamu? " Tanya Reno.

" Bukan, aku cuma takut...kalo aku nanti malah menghambatnya" Jawab Rava.

Reno yang mendengar jawaban Rava pun hanya bisa menghela nafas kasar sambil menggelengkan kepala, setelahnya ia pun kembali mengaduk adonan yang tadi ia diamkan sebentar.

" Bagiku, menyukai seseorang itu wajar aja dan gak perlu harus memiliki seutuhnya. Kamu juga pernah bilang kan? Kita ini bagaikan setengah batang lilin yang kapan saja mungkin akan cepat habis. Berbeda dari mereka yang normal, jadi aku gak mau membuat dirinya merasa ini tidak adil." Ucap Rava.

" Haa... Kamu ini benar² seperti ku ya." Seru Reno.

" Saat aku masih muda dulu, aku juga punya keluarga. Tepatnya waktu aku belum pernah mengalami penyakit yang sama seperti kalian, aku ingin mencoba untuk mengembangkan toko ku agar lebih dikenal lagi oleh orang². Lalu aku pun meminjam sejumlah besar uang untuk aku buat jadi modal, pengiklanan dan bergabung dengan suatu komunitas. Tapi pada akhirnya aku malah ditipu dan semua uangku lenyap begitu saja, dari situlah aku mulai mengidap penyakit serangan panik dan traumatis. " Jelas Reno.

"  Guru kenapa kamu belum pernah mengatakan pernyataan² ini sebelumnya padaku? " Tanya Rava.

"  Aish, dengerin dulu ampe abis" Ucap Reno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Meet UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang