part 22

1K 127 0
                                    

Tangisan kuat bayi itu menggelegar di dalam ruang operasi, bahkan terdengar begitu sehat, Paman Kim dan Bibi Kim menghela nafas, paman Kim mencoba untuk menelpon Jaemin kembali. Berharap tuan besarnya itu segera datang menemui Haechan yang sudah melahirkan anak mereka dengan selamat.

"Kuat sekali tangisannya"
Ucap Bibi Kim yang tanpa sadar menitikkan air matanya, paman Kim menganggukan kepalanya setuju.

Tak lama setelah tangisan itu berhenti dua menit kemudian, Box bayi di dorong keluar oleh perawat, mereka benar benar terkesima melihat bayi yang berada di dalam sana.

"Rambutnya lucu, dia sudah memiliki rambut halusnya"
Ucap Bibi Kim begitu kegirangan melihat bayi itu, terlahir dengan rambut halus yang sudah nampak, biasanya bayi yang dilahirkan itu terlahir tanpa rambut tapi bayi itu bahkan memiliki rambut yang indah.

Youra yang mendengar kedua asisten dan penjaganya begitu memuji anak itu berdecak tidak suka.

"Kalian diam! Jangan banyak berbicara"
Tegas Youra, bibi Kim mengatup mulutnya.



































Haechan menatap bayi yang tertidur di dalam box tersebut, si manis itu hanya terdiam dengan senyuman bahagianya, di dalam ruanganya hanya ada Youra, bibi Kim dan paman Kim.

"Kau akan berikan nama apa anak itu?"
Tanya Youra datar. Haechan berfikir, ia sudah memiliki namanya namun Haechan hanya sedikit takut jika ia yang memberikan namanya tetapi Jaemin tidak setuju, seharusnya Jaemin disini untuk memberi nama agar ia tidak terlalu memusingkan hal itu.

"Aku belum kefikiran untuk memberinya nama"
Ucap Haechan lalu melirik bayi lelaki itu lagi, bayinya adalah laki laki.

Pintu ruangan terbuka, mereka yang ada disana mengerjapkan mata melihat Jaemin datang, bibi Kim benar benar kaget sekaligus senang melihat tuan besarnya datang.

"Dimana anakku?"
Tanya Jaemin, lalu pria itu mendekati box bayi yang berada di samping ranjang Haechan, Jaemin tersenyum kecil.

Astaga ini anaknya benar benar nyata, anaknya laki laki ia bisa menebaknya jika ini adalah putranya tanpa harus bertanya jika bayi ini laki laki atau perempuan.

"Daddy akan menamainya?"
Tanya Haechan.

Jaemin mengangguk.
"Na Minno"
Ucap Jaemin.

Jeno tersenyum senang. Sedangkan Youra merasa sangat kesal dan marah sekarang bisa-bisanya Jaemin datang saat anak itu melahirkan. Sedangkan ia yang notabennya adalah istri sahnya tidak di lihat sama sekali. Bahkan nama anak mereka saja ia sendiri yang memberikannya.

"Daddy, kemana saja selama ini?"
Tanya Haechan penasaran.

"Daddy tidak bisa mengatakannya sekarang, sayang"

Haechan ingin protes namun jahitan pada perutnya sedikit bergesek si manis itu meringis tidak jadi untuk protes ke Jaemin, tapi nanti jika ia sudah pulih Haechan akan meminta penjelasan pada Jaemin tentang ini.

















































"Cucu ku seorang laki-laki!?"
Teriak Junseo dengan tatapan bahagianya. Lian terlihat mengangguk sambil menggendong bayi lucu itu.

"Astaga aku menjadi kakek!"
Teriaknya bahagia. Sang istri yang melihat itu hanya tersenyum. Sedangkan Jaemin masih mengelus lembut rambut Haechan yang masih terbaring di rumah sakit.

Youra yang sedari duduk disana sambil menimang anaknya hanya bisa terdiam dengan wajah sedihnya. Kenapa ini harus terjadi padanya? Mengapa sekarang situasinya jadi terbalik seperti ini? Kenapa tidak ada yang mempedulikan anaknya?































"Daddy, lihat dia lucu"
Ucap Haechan yang kini menggendong anaknya dengan hati-hati.

"Sangat tampan bukan?"
Ucap Jaemin bangga.

"Sangat tampan. Seperti daddynya!"
Teriak Haechan bahagia. Jaemin pun ikut tersenyum.

"Jaemin"
Panggilan dari Youra membuat keduanya menoleh kearah wanita itu, terlihat Youra yang tengah menimang anaknya dengan wajah sedihnya.

"Kau tidak ingin menggendong Kiana?"
Tanyanya pada sang suami. Jaemin terdiam begitupun dengan Haechan. Pria tampan itu baru ingat jika anaknya tidak hanya ada dua tapi tiga. Dengan perlahan ia berdiri dan menatap bayi cantik itu. Anaknya sangat cantik bukan, sama seperti ibunya.

"Maaf sayang, daddy melupakan mu"
Ucap Jaemin yang kini mengambil alih Kiana dari gendongan Youra. Haechan yang melihat hal itu terlihat tersenyum, menatap adiknya yang kini di gendong ayahnya.

"Manis sekali, hm?"
Kecupan lembut Jaemin berikan pada pipi gembil sang anak yang sedang tertidur itu.

"Kau yang memberikannya nama?"
Tanya Jaemin. Youra mengangguk.

"Maafkan aku tidak sempat melihat mu melahirkan"
Ucap Jaemin yang mulai merasa bersalah. Youra menggeleng pelan lalu menatap teduh suaminya.

Haechan yang melihat hal itu merasa sangat bahagia. Apa ia sudah merusak hubungan ayah dan ibunya seperti yang di katakan Hayami selama ini. Jika memang iya, Haechan tidak mau. Ia ingin ibu dan adiknya bahagia bersama ayahnya. Itu sudah cukup untuk membuat Haechan juga ikut bahagia.

"Bagaimana? Mereka terlihat sangat bahagia, bukan?"
Suara dominan sang kakek mengagetkan Haechan.

"Apa kau tidak merasa kasihan dengan ibu mu yang sekarang? Dia seharusnya bahagia bersama suaminya bukannya malah membagi kebahagiannya dengan orang lain"
Lanjutnya yang kini menatap lurus kearah Haechan yang masih memperhatikan ketiganya.

"Berikan anak mu pada mereka, biar mereka berdua yang mengurusnya. Itu lebih baik untuk kalian semua"




























KevanoAlvynWilliams

My Stepfather (NaHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang