Unfinished Business ⚠️

114 7 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠️⚠️⚠️

Peringatan!
Chapter ini mengandung beberapa adegan yang mungkin buat beberapa orang bisa menjadi trigger atas trauma atau gejala kesehatan mental lainnya.
Please be wise ya teman-teman!

------------------------------------------------------------

Meta duduk sambil termenung di sebuah kursi santai, pinggir kolam renang yang malam ini terasa begitu sunyi. Selepas pertandingan basket antara LA Lakers dab Boston Celtics tadi, Arga dan Gisel bilang kalau mereka mau pergi ke supermarket terdekat sebentar. Sedangkan Putera dan Dinda, pulang ke rumah Putera. Tinggal lah Meta dan Rangga yang akhirnya memutuskan untuk pulang saja ke rumah milik Arga, tempat mereka tinggal selama di LA.

Di tubuh sang gadis masih melekat jaket varsity milik Rangga yang tadi dipinjamkan kepadanya. Jaket itu begitu berjasa untuk menghangatkan tubuhnya, karena angin malam bertiup dengan kencang malam ini. Di meja sebelahnya ada sekaleng bir yang tadi dia dapat dari kulkas. Walaupun kadar alkoholnya sangat rendah, tapi lumayan untuk bisa menghangatkan badannya.

Dia tidak bisa tidur, tadinya dia sudah mencoba untuk merebahkan dirinya di dalam kamar. Tetapi, semakin dia coba untuk terpejam, pikirannya malah melanglangbuana semakin jauh. Sangat jauh hingga ke Indonesia, tepatnya pada sesosok lelaki yang bernama Zayn. Seharian ini, Rangga terus memepet dirinya, lelaki itu juga terlihat sangat berusaha untuk bersikap baik atau mungkin mengambil hatinya.

Tunggu. Mengambil hatinya? Dia tidak berlebihan kan kalau merasa seperti itu? Rangga terus-terusan mengumandangkan kata-kata cinta kepadanya tanpa malu-malu. Dia masih sama seperti dulu, sangat berani dan percaya diri. Kadang hal itu menjadi poin plus buat dirinya. Lelaki yang percaya diri selalu terlihat menarik, bukan?

Setelah seharian membersamai Rangga, tanpa bisa mengelak, Meta merasa kalau lelaki itu masih sama seperti dulu. Walau tingkahnya nyeleneh dan kadang menyebalkan, tapi dia cerdas. Terbukti dari semua pertanyaan-pertanyaan dari Meta yang bisa lelaki itu jawab dengan asik. Tidak terkesan menggurui apalagi kesal. Dia menjelaskan dengan cara yang menyenangkan. Biasanya, tugas untuk menjelaskan tentang banyak hal, adalah peran Meta dalam lingkaran pertemanannya. Dia selalu menjadi si 'google berjalan' yang tahu dan update akan banyak hal. Tapi dengan Rangga, Meta berubah menjadi seorang gadis yang haus ilmu. Dia jadi ingin tahu tentang basket, otomotif, bisnis tembakau dan masih banyak lagi yang ternyata bisa dijawab oleh Rangga dengan seru. Seharian ini bersama sang mantan, rasanya seperti kembali ke masa SMA tapi versi lebih matang.

"Berbeda sekali dengan Zayn.." Ucap gadis itu dalam hati. Lalu sedetik kemudian Meta mulai menyesali celetukannya yang sungguh sembarangan itu. "Astaga! Bego! Kenapa gw malah bandingin Rangga sama Zayn? Bego!" Dia memaki dirinya sendiri. Jelas saja membandingkan Zayn dangan lelaki lain adalah suatu hal yang sangat tidak adil. Zayn begitu sempurna sebagai seorang calon suami bukan? Apa yang kurang dari Zayn? Bersama lelaki dengan pembawaan dewasa itu, rumah tangganya pasti akan lebih damai dan langgeng.

LeonidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang