Zayden

878 106 1
                                    

•••Happyy readinggg ♡_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Happyy readinggg ♡
_____________________________________

Suasana dalam UKS saat ini sangat mencekam bagi Moana. Jason duduk di sampingnya dengan tatapan yang tak lepas sama sekali darinya, masih menyiratkan kemarahan akibat kejadian tadi. Di sisi lain, pria yang tadi kurang ajar menyentuh Moana kini duduk di sofa, menatapnya dengan pandangan tajam—dan sedikit kelembutan, mungkin? Di kanan-kirinya ada Noah dan Aidan, sedangkan di samping Aidan, Tristan duduk diam.

Keheningan yang berlangsung selama 15 menit terasa begitu menekan. Moana merasa sekolah sudah mulai sepi, hanya menyisakan beberapa siswa dan siswi yang mungkin masih sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler. Canggung dan merinding, itulah yang Moana rasakan sekarang.

Sesekali, matanya melirik ke arah Jason, lalu ke Noah, kemudian beralih pada pria tadi, dan terakhir ke Aidan dan Tristan, yang menatap pria itu penuh kewaspadaan—kecuali Jason. Ada apa sebenarnya? Dan satu pertanyaan yang membuatnya semakin penasaran: Siapa pria itu?

Moana ingin tahu. Atau lebih tepatnya, sangat ingin tahu siapa sebenarnya pria asing di hadapannya. Apakah dia mengenal Moana, atau mungkin sebaliknya? Namun, Moana yang kini bukanlah Moana asli. Angel, yang kini ada di tubuh Moana, hanya tahu sedikit tentang latar belakang figuran dalam novel yang saat ini ia tempati.

Sebenarnya, Moana ingin memecah keheningan ini, tapi suasananya terlalu mencekam. Apalagi melihat tatapan Noah yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Aish, bagaimana ini? Moana benar-benar tak kuat di sini. Di mana Rania? Bukankah dia bilang akan ke UKS setelah pelajaran selesai? Kenapa belum juga muncul? Apa dia nyasar? Tidak mungkin, kan?

Ekspresi tak nyaman Moana rupanya tak luput dari perhatian Jason. Dengan tatapannya yang masih terfokus padanya, Jason bertanya kepada pria di sofa. "Ngapain?"

Moana menoleh ke arahnya, mata bulatnya menyiratkan ucapan terima kasih.

Pria itu mengerutkan kening, tak paham. "Ha?"

Aidan yang melihat itu hampir tak bisa menahan tawa, tapi ia berusaha menjaga citranya.

"Ha-ho, ha-ho, kayak keong lo!" Aidan mencibir, "Ngapain lo di sini? Sok-sokan pegang-pegang Si Kecil! Tangan lo kan kapalan megang bola mulu."

Moana menoleh bingung. Bola? Ha? Apa maksudnya? Kalimat itu terdengar ambigu.

Pria itu menatap Aidan dingin. "Gue mau nengok Moana, dan masih hak gue megang-megang cewek gue. Lagian, lo masih dendam karena kalah dari gue, ya? Perkataan lo cupu banget."

Moana tertegun melihat perubahan ekspresi Aidan—berbeda dari playboy yang biasa ia kenal. Satu kata, "seram."

"Si anjing!" geram Aidan. "Kalau lo nggak curang, gue nggak bakal kalah! Semua orang tahu lo curang. Kita udah sepakat main 20 menit, tapi lo tambahin jadi 50 menit! Jangan kira gue nggak tahu lo pernah dikeluarin dari tim basket."

Different ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang