Konfrontasi

1.2K 113 14
                                    

•••Happyy readinggg ♡_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Happyy readinggg ♡
_____________________________________

Tap tap tap.

Langkah kaki seseorang terdengar menuruni tangga. Jason melihat di meja makan hanya ada seorang wanita paruh baya yang menopangkan dagunya di telapak tangan. Ia menghentikan langkah dan menghela napas, lalu segera menghampiri wanita itu.

Diana, ibu kandung Jason, menoleh dan tersenyum pada putranya.
"Selamat malam, sayang. Ayo kita makan. Maaf ya, malam ini Papa nggak bisa ikut makan bareng. Jadi, malam ini kamu sama Mama aja, ya." Diana dengan cekatan mengambil nasi dan lauk untuk Jason yang sudah duduk di hadapannya.

"Bukan cuma malam ini aja, Ma. Sebelumnya juga Papa nggak pernah makan bareng kita, kan? Lain kali nggak usah masak banyak. Capek-capek badan aja, tahu nggak?" kata Jason dengan nada datar.

Diana menatap putranya dan tersenyum sendu, dalam hati merutuki dirinya yang gagal mengajak sang suami untuk makan bersama anaknya.

"Udah, ayo kita makan. Selamat makan, kesayangan Mama," ucap Diana lembut.

Keduanya mulai makan. Sesekali, Jason melirik ibunya, seakan ingin memastikan apakah sang ibu baik-baik saja.

Anton, kepala keluarga di rumah itu, jarang berada di rumah. Entah apa yang membuatnya begitu sibuk di kantor, hingga seolah menelantarkan istri dan anaknya. Jason pernah mencari tahu kegiatan ayahnya, khawatir jika Anton bermain di belakang Diana. Tapi yang ia temukan hanya pertemuan Anton dengan rekan-rekan kerjanya semua laki-laki. Jason bahkan jarang melihat ada rekan perempuan di sekitar ayahnya.

Ibunya pernah bercerita bahwa dulu, saat masih pacaran dan di awal pernikahan, Anton sangat bucin terhadap Diana, sampai-sampai tidak bisa berjauhan darinya. Entah apa yang berubah hingga sekarang Anton jarang di rumah. Jason merasa kasihan pada ibunya. Selain ditinggal suaminya, ia sendiri pun jarang di rumah, sering menginap di markas gengnya atau di rumah teman. Ia sadar betul bahwa perilakunya terhadap Diana buruk.

Beberapa kali Jason memergoki ibunya menangis diam-diam di kamar. Ingin rasanya ia memeluk dan menenangkan Diana, tapi ia tahu dirinya tak jauh beda dari ayahnya, sama-sama membuat ibunya kesepian.

"Habis ini kamu mau langsung tidur atau keluar?" tanya Diana.

Jason menatap ibunya dan terdiam sejenak. Diana tahu betul kebiasaan putranya yang jarang di rumah.

"Kamar," jawab Jason singkat.

Diana tersenyum lega. Setidaknya malam ini, Jason tidak akan meninggalkannya sendiri di rumah besar yang hanya dihuni beberapa pembantu.

Jason berdiri dan mulai melangkah menuju kamarnya, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara Diana.

"Mama minta maaf..."

Itu selalu terjadi. Setiap kali selesai makan malam, Diana selalu mengucapkan kata maaf. Ada rasa penyesalan dalam diri Jason yang membiarkan ibunya terus merasa kesepian.

Different ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang