Diana

621 105 30
                                    

•••Happyy readinggg ♡_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Happyy readinggg ♡
_____________________________________

Hanya suara dentingan sendok yang memecah keheningan di rumah itu. Diana sesekali melirik ke arah suami dan putranya secara bergantian, lalu menghela napas gusar, diulanginya hal itu berkali-kali sampai Jason menyadar.

Namun, Jason tetap menjadi "Jason", sosok keras yang hidup dengan perasaan datar, tak terpengaruh oleh apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia hanya menatap ibunya sekilas dengan tatapan acuh, lalu kembali melanjutkan makannya.

"Nanti malam saya akan ke Singapura," ujar Anton tiba-tiba, memecah keheningan.

Diana mengerjapkan matanya perlahan, menatap suaminya yang sedang mengelap bibir dengan tisu. "Tapi, Mas, kamu baru saja pulang. Apa nggak bisa minggu depan atau lusa saja?"

"Enggak bisa, Diana. Tolong mengerti sekali-sekali. Ini juga untuk kamu dan Jason. Jangan egois."

Diana terdiam, mengangguk pelan dengan kepala tertunduk. Suara gesekan kursi terdengar saat Anton berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Diana kembali menghela napas, lelah. Menyadari masih ada Jason di depannya, Diana mencoba tersenyum untuk putranya, kesayangan satu-satunya.

"Kamu ma-"

"Enggak usah senyum."

Kata-katanya terpotong oleh suara sarkas dari Jason, membuat Diana terdiam kaku. Meskipun Jason seringkali menyakitinya, Diana masih merasakan kasih sayang mendalam terhadap anaknya. Perlahan, ia tersenyum kembali dan menggeleng pelan.

"Kamu mau langsung ke kamar atau keluar?"

"Keluar."

Diana menatap nanar putranya. Apakah Jason dan suaminya benar-benar tidak ingat bahwa hari ini adalah ulang tahunnya? Diana berharap bisa berkumpul bersama mereka, berbincang, tidak perlu kado, hanya kebersamaan yang ia inginkan.

Sebelum Jason pergi, Diana mengulurkan tangannya, menyisir lembut rambut anaknya. "Kalau Mama minta sesuatu, apa kamu bakal turutin permintaan Mama?" Jason terdiam, mencengkeram gelas air di tangannya.

"Hm."

"Nanti malam, bisa kamu luangkan waktu untuk Mama?" Jason menatap ibunya, mata hitam legam yang selalu menenangkan hatinya.

"Enggak janji," jawab Jason akhirnya. Diana tersenyum lembut, tangannya menurun untuk mengelus pipi anaknya.

"Anak Mama sudah besar, sudah dewasa, dan tampan," ucapnya disertai tawa kecil. "Kamu tahu, Nak? Mama sangat beruntung bisa punya anak seperti kamu. Mama bersyukur bisa mengandung dan melahirkan kamu, bonusnya Tuhan beri kesempatan untuk merawatmu sampai sekarang."

"Mama selalu berdoa untuk keselamatanmu, hidupmu, bahkan jodohmu nanti. Mama enggak akan pernah putus berdoa untuk kamu. Selalu ada doa di setiap langkahmu untuk Mama. Mama nggak akan pernah putus berdoa untuk anak semata wayang Mama."

Different ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang