PART 5

373 62 1
                                    


Tiba di jam yang telah ditetapkan oleh Mey--jam di mana dia bisa dihubungi, Bagas langsung menghubungi kakaknya itu.

Tapi malah dimatikan.

Lalu masuk sebuah pesan.

Mey

Gas sebentar lagi di mobil.

Bagas kembali menunggu sembari memandangi anaknya Mey yang sudah tertidur setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan diberikan obat.

Bagas sudah berpindah duduk ke sofa, berbaring dan mulai mengantuk saat Mey akhirnya menelepon.

"Gas, gimana Harvi?"

Tanpa basa-basi kakaknya itu bertanya dengan nada suara cemas.

"Gue udah bilangin dia jangan sekolah, tapi ya gitu anak lo, susah banget dibilangin. Balik-balik, ngeluh ada rasa gak nyaman di dada, gue bawa aja ke rumah sakit. Masalah di katup mitral-nya butuh tindakan, Mey, kalo dibiarin bisa jadi kebocoran jantung."

Bukan hal yang mengejutkan.

Kelainan otot jantungnya yang lambat laut kembali menebal walaupun sebelumnya telah dihilangkan melalui operasi, itu berefek juga pada salah satu katup jantungnya, yang akan membuatnya tidak bisa menutup dengan sempurna karena otot jantung yang menebal dapat meninggalkan ruang yang lebih kecil untuk darah mengalir, menyebabkan darah mengalir dengan terburu-buru melewati katup jantung, sehingga alirannya menjadi lebih cepat dan kuat. Kekuatan yang meningkat itu tidak bisa diimbangi oleh kinerja katup, membuat katup antara atrium kiri jantung dan ventrikel kiri (katup mitral) tidak menutup dengan benar.

Masalah katup mitral itu sudah diwanti-wanti dari lama dan akhirnya terdeteksi di pemeriksaan terakhir--bulan lalu.

"Operasi?"

"Nggak. Kata Dokter bisa dengan pemasangan klip, dimasukin lewat pangkal paha, gak usah sampe operasi terbuka kayak waktu itu."

"Berapa biayanya? Nanti gue transfer. Lakuin secepatnya, Gas, lo wali Harvi, setuju aja sama semua kata dokter selama itu baik buat Harvi, jangan nunggu persetujuan dari gue."

"Lo gak akan ke sini, Mey?"

Mey tidak menyahut.

"Jadwal padet? Gak bisa curi-curi waktu?" tebak Bagas.

"Harvi nanyain, gak?" Mey bertanya.

"Belum, atau mungkin dia gak berani, soalnya baru kemarin dia bikin lo pulang."

"Sekarang Harvi lagi apa?"

"Tidur."

Bagas melirik keponakannya yang sedang tertidur nyenyak.

"Mey... gue kadang takut kalo liat anak lo tidur pake masker oksigen gitu, bikin gue sadar kalo dia sakit dan bisa aja tiba-tiba pergi."

Bagas membiarkan jeda hening berlalu sampai beberapa detik.

Mey di sebrang sana pasti langsung kepikiran.

"Gue bakal sempetin ke rumah sakit nanti malem," ucap Mey kemudian.

Bagas menerbitkan senyumnya. Harus dibegitukan dulu.

-

Tindakan untuk pemasangan klip pada katup jantungnya yang bermasalah tidak bisa dilakukan langsung karena ada obat yang biasa Harvi minum harus dihentikan dulu dan ada juga obat yang harus dia konsumsi beberapa hari sebelum tindakan dilakukan.

Berada di rumah sakit, Harvi malah terlihat lebih tidak bertenaga, sejak bangun tidur punggungnya tidak sedikit pun lepas dari ranjang.

Se-sebal-sebalnya Bagas pada keponakannya yang sering membuat repot itu, tapi melihatnya tidak bertenaga seperti itu membuatnya sedih.

BoTuDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang