PART 4

908 102 0
                                    

Beberapa minggu ini--sudah lebih dari satu bulan sepertinya, hidup Bagas aman tenteram sekali karena si bocah tua tidak lagi membuat masalah yang melibatkan dirinya.

Bagas menuruni tangga, baru saja selesai mandi di Minggu pagi yang cerah ini. Helaan napasnya lolos begitu melihat si bocah tua yang tengah tiduran di dekat Ayu, anteng banget sambil nonton TV karena rambutnya dielus-elus oleh Ayu. Dia suka banget kalau digituin, persis kucing; anteng kalo dielus-elus.

Hari Minggu itu harusnya jadi jatah quality time-nya Bagas dengan Sang Istri tercinta karena di hari Sabtu seringnya dia masuk kantor--lembur.

"Vi, gue kasih duit deh, lo jajan sana yang jauh," usir Bagas tanpa segan.

"Duit gue lebih banyak dari lo, Om," Harvi menyahut dengan santai.

Bagas mendecak. Mau menyangkal, tapi iya lagi; uang jajan Harvi satu bulan memang setara dengan gaji Bagas setiap bulannya yang sudah dihitung lembur, jika lemburnya full itu pun baru setara.

"Sana, Vi, ah. Perasaan Nayla aja hari Minggu punya kegiatan, hang out sama temen-temennya, masa lo nggak," kesal Bagas.

Putri sulungnya tergolong cuek, bukan tipe clingy kepada ibunya, jadi tidak pernah mengganggu keromantisan orang tuanya. Eh, tapi malah si keponakan yang selalu nempel banget sama Ayu--istri Bagas tercinta, sering mengganggu keromantisan rumah tangganya.

"Gue tuh lagi sakit tahu, Om. Coba pegang jidat gue nih, anget tahu," ungkap Harvi.

Bagas menyentuh kening Harvi.

Iya, si bocah tua demam.

"Kelamaan gak dipegang Mey lo mah," kata Bagas.

Memang kebiasaan Harvi kalau sudah rindu tak tertahan kepada Mey, dia biasanya sakit, flu, demam, atau apa saja, segala macam rupa penyakit bisa muncul secara tiba-tiba.

"Lo suruh Mey balik dong, Om," titah Harvi.

Bagas mengedikan bahu. "Sama lo aja, lo yang mau dia cepet balik."

Harvi mengembuskan napas panjang.

"Sibuk banget dah, Mey," keluhnya, sendu.

Ayu tersenyum tipis sembari terus mengelus-elus rambut Harvi yang semerbak harum shampo.

"Mey, kan, kerja buat kamu, Vi," kata Ayu.

"Iya. Makanya malu nyuruh-nyuruh pulang, tar kesannya aku rewel. Udah tua masa rewel."

"Nah, itu tahu," Bagas nyeletuk sambil kemudian duduk di salah satu sofa.

Harvi tidak menggubris omnya.

Bagas menonton televisi untuk beberapa saat, tapi kemudian kembali melirik Harvi diikuti decakan.

"Vi, maen sana!" dia mengusir lagi dengan lebih menekankan nada memaksanya.

Harvi bangun.

"Ganggu aja emang lo, Om. Minjem bentar Kak Ayu, gak boleh banget," gerutunya sembari menatap Bagas dengan kesal.

"Sini lagi, tidur lagi aja, Vi, biarin Bagas mah," Ayu memihak.

Harvi masih memberikan tatapan kesal kepada omnya.

"Mau tidur di kamar aja, Kak," putusnya lalu bangkit, pergi meninggalkan ruang keluarga.

Bagas tersenyum lebar setelah keponakannya pergi menuju kamarnya yang berada di lantai satu.

"Kamu, Pa, kasian tahu Harvi lagi kangen sama Mey."

"Ya, aku juga kangen sama kamuuu.... "

Bagas berpindah duduk ke samping Ayu, merengek dengan nada manjanya.

BoTuDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang