PART 10

718 94 3
                                    

Di Minggu berikutnya, Mey sudah kembali mengambil pekerjaan. Tapi bukan syuting yang panjang-panjang, paling hanya syuting iklan, undangan jadi bintang tamu, dan lain-lain; kerjaan yang tidak membutuhkan waktu lama.

Harvi sekolah juga jadi tidak banyak tingkah kalau Mey sudah rutin pulang ke rumah. Bagus juga untuk Bagas karena hidupnya lebih tenteram, tidak ada lagi panggilan dari sekolah ataupun kantor polisi.

.

"Cowok ini, Kak? Keliatan dari apanya? Titidnya gak keliatan."

"Sama lo gak keliatan, dokter mah bisa liat," Bagas menyahut pertanyaan Harvi yang sedang menilik foto USG kehamilan Ayu yang baru saja ketahuan jenis kelaminnya.

"Oh, ya, Kak, saran aja sih, jangan sampe yang kasih nama itu Om Bagas, nanti aneh-aneh. Dikasih nama anggota Avengers lagi belakangnya. Suka ngada-ngada, sekenanya ngasih nama orang."

"Apa sih, Parker, berisik amat."

Harvi mendelik.

Dari arah tangga putri sulung Bagas baru turun, gadis itu menghampiri ruang keluarga, tempat orang rumah sedang berkumpul.

"Nay, udah ada loh foto adeknya," kata Ayu.

"Mana?"

Nayla melebarkan mata, meneruskan langkah dengan antusias.

Harvi memberikan lembar kertas foto yang dia pegang.

"Lucu banget, gak sabar mau cepet lahir," ucap Nayla.

Bagas dan Ayu tersenyum.

"Nay mau punya adek vibes-nya keliatan banget, jadi dewasa. Kemaren aja masih suka rengek-rengek sama Papa, sekarang udah gak pernah," Bagas mengeluarkan keluh kesah positifnya pada pertumbuhan si anak gadis yang dirasa terlalu cepat, rasanya belum siap melihat putrinya dewasa.

"Iya, dong, Pa. Nay, kan, mau jadi kakak, harus bisa jadi contoh yang bener. Jadi, sikap Nay yang jelek-jelek, coba Nay perbaiki."

Ayu tersenyum bangga pada putri sulungnya itu. Bagas juga. Agak sedih tapi. Rasanya baru kemarin dia gendong Nayla yang nangis-nangis minta dibeliin segala rupa jajanan.

"Berarti sepupu kamu juga harus punya adek, ya, Nay, supaya sikap dia yang jelek-jelek ilang, jadi sepenuhnya dewasa gitu, nggak kayak bocah tua."

Nayla tersenyum sembari melirik Harvi yang dimaksud papanya, siapa lagi sepupunya dari pihak Papa kalau bukan Harvi.

Sedangkan Harvi, acuh saja dia, seolah tidak mendengar sindiran Bagas.

"Pura-pura gak punya telinga dia, Nay."

Harvi menoleh. "Apa?"

"Nggaakk, ini anak gue pasti cakep banget kayak gue, ya, gak?"

"Nay aja cakep karena mirip Kak Ayu," sahut Harvi dengan suara dan tampang datar.

Nayla terkekeh melihat ekspresi papanya yang langsung tampak seperti ingin melahap hidup-hidup sepupunya.

"Ma, Papa tuh udah kayak mau nelen Bang Harvi," adu Nayla kepada mamanya.

"Giliran Harvi gak ada ditanya-tanyain," sindir Ayu.

"Emang gitu Papa mah sama anak sulung," kata Harvi.

Bagas otomatis mendelik. "Amit-amit punya anak sulung kek elu," tekannya.

"Ih, Bang Harvi emang abang aku," bela Nayla.

Ayu tersenyum. "Iya, anak bujang Mama juga," tambahnya, "sini, Vi."

Harvi memeletkan lidah kepada Bagas yang berada di sampingnya lalu menggeser tubuh untuk mendekat pada Ayu yang duduk di ujung sofa.

BoTuDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang