PART 2

318 57 0
                                    

"Jangan bikin masalah lagi. Kamu ngerepotin Bagas sama Ayu."

Harvi mengangguk lalu keluar dari mobil yang dikemudikan oleh ibunya.

Dia berdiri di depan rumah sampai mobil Mey pergi. Setelah mobil itu menjauh, helaan napas panjang keluar.

Pundaknya memutar lunglai. Menarik pagar rumah.

Harvi meminta Mey untuk tinggal sedikit lebih lama, tapi Mey selalu saja terburu-buru, dengan alibi: semua yang dia lakukan untuk Harvi, agar Harvi tetap aman dari endusan paparazzi yang haus akan sensasi.

Mendiang ayah Harvi adalah lawan main Mey dalam sinetron yang sedang booming pada masanya dulu, dan tidak ada yang tahu kalau Mey dengan pria itu diam-diam berhubungan sampai melakukan kekhilafan yang akhirnya menumbuhkan Harvi. Saat akan bertanggung jawab--berniat cepat-cepat mempersunting Mey agar kesalahan mereka tertutupi, naasnya kekasih diam-diamnya itu ditemukan tidak bernyawa di pagi hari--mengembuskan napas terakhir dalam tidurnya.

Setelah kejadian tidak terduga itu Mey memutuskan untuk menghilang.

Dia baru kembali lagi ke dunia hiburan di tiga tahun kemudian, setelah Harvi lepas ASI dan Mey juga sedikit sembuh dari rasa sakit kehilangannya.

Harvi mirip dengan ayahnya, lambat laun orang-orang pasti akan tahu kebenarannya sekalipun Mey bilang anak itu adalah keponakannya atau sanak saudaranya, karena itu Mey lebih memilih untuk menyembunyikannya saja, bermaksud untuk menjauhkan Harvi-nya dari cemoohan banyak orang.

-

Harvi melihat Bagas yang sedang berduaan dengan Ayu di sofa ruang keluarga. Kakinya mengayun ke arah sana. Kemudian tanpa suara dia duduk di sisi kosong samping Bagas, meletakan kepalanya di pundak Bagas dan menggaet lengan omnya itu--melakukan hal yang sama persis dengan yang tengah dilakukan oleh Ayu yang berada di sisi kanan Bagas.

Bagas mendesah.

Ahelah, bocah tua.

"Lo kok gak tidur di rumah?!" tanyanya dengan nada kesal yang keceplosan keluar.

Ayu melirik Harvi dan dia hanya terkekeh saat mendengar nada suara Bagas yang jelas menunjukkan kalau dia terganggu. Ya, jelas terganggu karena Bagas sedang menikmati moment menonton film berdua dengan Sang Istri, eh, tiba-tiba ada makhluk ke-tiga yang menempel begitu saja.

"Emang pernah Mey tidur di rumah?"

Harvi membalas pertanyaan Bagas dengan pertanyaan, yang diucap lirih dan sendu, jadinya mengundang empati.

"Puter filmnya Mey dong, Om. Gue masih pengen liat Mey," tambah Harvi dengan nada sendunya tanpa melonggarkan tubuhnya yang sangat menempel pada Bagas.

Tambah empati lah. Mau terus kesal pun tidak akan sampai hati kalau begini keadaannya.

Bagas menghela napas.

Sepertinya dia harus lebih menegaskan pada Mey, tak akan jadi masalah jika memberikan sedikit waktu lebih untuk bocah tuanya yang kekurangan belaian darinya itu sampai jadinya selalu nempel kepada Bagas, dan sering kali mengganggu waktu romantis Bagas dengan Ayu.

-
-

"Bang, lo kemaren ke mana? Gak balik lagi ke sekolah."

"Gue kecyduk polisi lagi maen remi sama bapak-bapak."

Temannya... ah, bukan temannya sih, mereka juga lebih ke menganggap Harvi adalah 'bangkiber': abang kita bersama.

Yang berkulit gelap yang sekarang sedang mengerutkan kening itu dipanggil Mono.

BoTuDiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang