Episode 13

32 23 16
                                    

"Terserah! Aku sudah menyerah."

______

Langkah kaki Gwen menyusuri halaman sekolah dengan tenang. Bersama dengan siswa lain yang berjalan tenang menuju kelas masing-masing. Pagi ini terasa sangat sejuk. Dedaunan tampak basah akibat embun pagi. Sang surya juga mulai menampakkan diri, menyapa para manusia yang sudah memulai aktivitasnya.

Di pagi ini, kelas Rora menjadi tujuan utama Gwen. Ia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting pada Rora.

Setelah lima menit berjalan, Gwen akhirnya sampai di depan kelas Rora. Sebelum masuk, Gwen lebih dulu mengintip dari luar jendela. Memeriksa apakah Rora sudah berangkat atau belum.

Beruntung, kondisi kelas Rora masih sepi. Hanya ada lima sampai sepuluh siswa yang baru berangkat. Saat netra Gwen melihat ke arah bangku ke dua dari depan, di situlah Gwen dapat melihat Rora tengah asik berkutat dengan ponselnya.

Karena malas memanggilnya, Gwen segera merogoh sakunya. Mengambil benda pipih miliknya. Membuka benda tersebut dan mencari kontak Rora. Kemudian menekan tombol telefon di layarnya. Sambungan itu pun dibalas oleh Rora.

"Keluar bentar! Gua nunggu lo di depan kelas," sahut Gwen dalam panggilan.

Rora yang mendengar itu kemudian melihat ke arah luar. Benar saja, ia mendapati Gwen tangah menengoknya dari luar jendela. Segera Rora bangkit dari duduknya. Sambungan tadi sudah Gwen matikan secara sepihak.

"Ada apa, Gwen?" tanya Rora begitu sudah berhadapan dengan Gwen.

"Soal ekstrakurikuler dance, kayaknya buat kedepannya gua ga bisa mimpin lo sama yang lain lagi. Lo mau ga, gantiin gua sebagai kapten tim?" jelas Gwen langsung pada topik.

Rora tampak terdiam sejenak. Raut wajahnya terlihat terkejut. Tidak menyangka Gwen akan mengatakan hal ini setelah beberapa hari yang lalu dapat memenangkan perlombaan.

"Lo keluar? Tapi apa alasannya?" tanya Rora.

"Gua ga bisa kasih tahu alasannya, Ra. Gua cuman butuh jawaban lo. Mau atau enggak?"

Rora berpikir. Ia sebenarnya tidak menginginkannya. Sebab ia tahu betapa beratnya posisi kapten tim.

"Gua mohon, Ra. Cuman lo anggota yang bisa gua percaya," papar Gwen.

Karena tidak tega melihat Gwen. Rora akhirnya meng-iyakan nya.

Gwen tampak senang mendengarnya. Senyumnya merekah. Namun, tidak dapat dipungkiri, perasaan sedih serta tidak rela di dalam hatinya masih ada.

Gwen sebenarnya tidak benar-benar ingin melepas hal tersebut. Namun, Gwen teringat akan janjinya pada sang Ayah waktu itu. Maka dari itu, ia terpaksa melepas semuanya. Melepas segala hal berhubungan dengan mimpinya.

"Yaudah kalau gitu gua ke kelas dulu, ya. Lo balik masuk lagi sana!" pamit Gwen pada Rora.

Rora mengangguk dan berbalik, kemudian masuk ke dalam kelasnya. Disusul dengan Gwen yang juga pergi menuju kelasnya.

Dalam perjalanan menuju kelas, Gwen merasa seperti kehilangan separuh nyawanya. Langkah yang tadi normal menjadi semakin berat. Hati Gwen masih tidak ikhlas dengan keputusan yang Gwen ambil.

***

Bel berbunyi nyaring memenuhi ruangan koridor. Saatnya istirahat tiba. Siswa-siswi mulai bergerombol keluar dari kelasnya masing-masing menuju tempat favorite mereka, yakni kantin.

A Gwen's Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang