Bab 5 - Bunga Alosha

13 4 0
                                    

Kay merasa linglung. Bagaimana mereka bisa menemukannya secepat ini? Seharusnya mereka harus lebih menderita dan bekerja lebih keras sebelum menemukannya. Karena terlalu lelah secara fisik dan mental, berbagai pikiran melintas di benaknya. Mungkin karena ia membuka lorong rahasia di ruang bawah tanah, hutan di samping pondok itu tampak seluruhnya mati layu, berbeda dari pagi tadi. Kay belum pernah melihat pemandangan seperti itu sebelumnya, dan ia baru menyadari betapa mengerikannya kekuatan sihir itu. Andai ia tidak berada di samping Zigril, mungkin ia juga akan mati seperti itu.

Kay menelan ludahnya dan melirik Zigril. Laki-laki yang sangat buruk perangainya ini malah melindunginya dari kekuatan sihir. Itu sungguh mengejutkan. Schuman, yang memanggul beban berat di pundaknya, menggerutu.

"Sekarang kita harus kembali ke rumah baron dan segera menenangkan kuda-kuda, lalu pergi dari desa ini."

Schuman berbicara seolah-olah kuda-kuda itu sudah disiapkan. Zigril mengangguk tanpa ekspresi. Melihat mereka bersiap-siap pergi ke rumah baron, Kay melihat ke arah pria-pria yang sedang menyekop salju di seberang.

"Setidaknya kita harus memberi tahu mereka bahwa kita sudah menemukan bunga Alosha," ujar Kay.

"Kalau sudah memberitahu Baron, dia akan mengurusnya sendiri."

jawab Zigril sambil mengangkat bahunya. Kay menatap para pria itu sekali lagi, lalu melihat ke arah Schuman dan mengangguk. Jika Schuman harus membawa beban itu lebih lama lagi, dia mungkin akan marah besar.

"Apa kau butuh bantuan untuk membawa itu?" tawar Kay.

"Tidak perlu."

Schuman mengatakan bahwa ia tidak ingin beban di pundaknya berkurang. Kay berpikir bahwa ia mungkin bisa beradaptasi dengan Zigril, tetapi tidak mungkin bisa akrab dengan Schuman. Ia mengangguk pura-pura biasa saja. Saat Kay menoleh dan mulai berjalan, seseorang berjalan ke arah mereka dari kejauhan.

"Ibu!"

Baroness muncul dengan wajah penuh amarah, diikuti oleh putranya yang ketiga, Jack, yang terlihat bingung. Begitu Jack melihat Zigril, wajahnya langsung berubah gugup.

"Yang Mulia!"

Baroness berlari menghampiri mereka dengan suara marah. Kay yang terkejut menoleh ke arah Zgril. Apakah Zigril terlihat lemah di matanya? Dari mana pun dia melihatnya, Zigril sama sekali tidak terlihat lemah. namun Baroness berani berbicara dengan nada tinggi seperti itu padanya. Kay membelalakkan matanya menatap Baroness.

"Ibu!!"

Jack, yang sepertinya berpikiran sama dengan Kay, terkejut dan mencoba menghentikan ibunya. Kay, mewakili Schuman yang sedang kesulitan membawa beban berat, bertanya.

"Ada apa?"

"Maafkan saya, Ibu saya...,"

Sebelum Jack menyelesaikan kalimatnya, Baroness berteriak pada Jack, "Bisakah kau diam?!" lalu menunjuk Kay dengan marah.

"Ada apa? Ada apa katamu? Kau benar-benar tidak tahu?"

Kay terkejut dengan kemarahan Baroness dan sedikit mundur. Zigril menggaruk telinganya dengan ekspresi kesal.

"Apa lagi sekarang?" tanya Zigril.

"Apa? Aku ibu dari Helena yang hidupnya hancur karena Yang Mulia! Bagaimana bisa Anda membuat wajah anak saya jadi seperti itu? Apa yang sebenarnya Anda benci dari dia sampai tega melakukan itu?!" teriaknya.

Baroness tidak hanya terlihat ingin memukul Kay, dia bahkan hampir menampar Zigril. Kay terdiam sejenak, bertanya-tanya apakah wanita ini benar-benar tidak takut pada Zigril. Zigril menatapnya sebentar, lalu dengan malas melambai pada Jack yang terlihat canggung dan berkata,

ALOSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang