Bab 5 - Bunga Alosha

10 4 0
                                    

Bahkan di siang hari, mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang. Penduduk Edor terus mengejar mereka, baik siang maupun malam, tanpa memedulikan waktu. Meski mereka terus bertarung, prioritas utama adalah menjaga kuda mereka agar tidak mati kelelahan. Jadi, mereka hanya berhenti sejenak untuk mengistirahatkan kuda sebelum bergegas kembali melarikan diri.

Mereka tiba di Ravlen menjelang fajar. Melihat tembok Ravlen yang familiar membuat Kay hampir menangis karena terharu. Pantatnya yang terasa mau copot setelah dua hari berkuda akhirnya terbebas. Ia juga bisa berpisah dengan Zigril yang terus menempel dan melecehkan dirinya.

Kay melompat dari kuda, melirik tembok yang tampak lebih cerah dari biasanya. Gerbang utama tertutup rapat. Seharusnya sudah hampir waktu buka, tapi tembok itu tetap sunyi. Jack, yang pantatnya juga sakit, melompat dari kudanya, memegang tali kekang, dan mengikuti Kay.

Kay mengetuk pintu kecil di samping gerbang besar. Biasanya akan langsung ada yang keluar, tapi pintu itu tak terbuka. Ia mendengar suara berderit dari dalam dan menunggu, tapi tetap tak ada jawaban.

Kay mengetuk lebih keras dan berkata,

"Ada orang di sana?"

Mustahil semua orang tertidur pada jam ini. Ketika Kay mulai kesal, Zigril mendekat.

"Sepertinya tempat ini juga diserang." ujarnya sambil menyoroti gerbang dan tembok dengan obornya. Bekas darah dan kerusakan yang tak terlihat karena gelap, kini terlihat jelas di bawah cahaya obor. Kay mengerutkan kening, merasa khawatir. Apakah tempat ini sudah diserang ghoul? Dia mengetuk pintu lebih keras, dan kali ini terdengar suara dari dalam.

"―Apakah itu Wakil Komandan?"

Suaranya familiar.

"Leon? Apa itu kau?"

Kay memanggil nama asistennya, lalu pintu sedikit terbuka. Cahaya menyelinap dari celah pintu yang sedikit terbuka. Leon, dengan perban di dahinya, menyambut Kay dengan gembira.

"Wakil Komandan!"

"Leon? Apa yang terjadi di sini?"

"Wakil Komandan! Anda masih hidup!"

Wajah Leon tampak lebih pucat daripada Kay, tapi ia sangat gembira melihat Kay masih hidup dan langsung memeluknya. Lalu ia langsung terjatuh. Kay menoleh ke Zigril, yang tampaknya dengan sengaja mendorong Leon menjauh. Wajah Zigril tampak sangat kesal. Sungguh aneh dia tidak langsung mencabut pedangnya. Kay bertanya pada Zigril sambil melihat Leon yang meringis kesakitan di tanah.

"Apa masalahmu?"

"apa maksudnya?" Zigril menjawab sambil tersenyum, bersikap seolah-olah tidak tahu.

"Mengapa kau mendorong bawahanku seperti itu?"

"Kau membelanya di depanku?"

Zigril bertanya dengan senyum licik, membuat Kay kembali mengeraskan wajah. Meskipun sudah beberapa hari bersama Zigril, Kay masih belum terbiasa dengan cara bicara Zigril yang seolah-olah dia adalah suami yang menuduh istrinya selingkuh. Sikap Zigril membuat Kay kehilangan semangat untuk memprotes.

Leon, yang kini bangun kembali, melihat situasi tersebut lalu buru-buru berkata, "Ayo masuk. Ini masih subuh, ghoul mungkin akan menyerang kapan saja."

***

Seperti kata Zigril, benteng itu memang diserang ghoul selama dua hari terakhir. Hari pertama masih bisa bertahan, tapi tadi malam, pintu yang mereka lewati hancur, dan tiga ghoul masuk, membunuh empat penjaga dan melukai sebelas lainnya, kata Leon sambil berjalan ke dalam.

Saat Zigril, Schuman, dan Jack menemui Count, Kay menuju kamarnya untuk menurunkan barang bawaan dan bertemu dengan Komandan. Komandan Kuboren, pria yang tampak liar, kini terlihat lebih liar dari biasanya.

ALOSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang