Bab 6 - Bunga Alosha

13 4 1
                                    

Aku akan pergi ke Ravlen, aku akan segera kembali, jadi tetaplah disini, Kay.

Kay merasa seperti ada seseorang yang berbisik di telinganya.

Angin berhembus lembut. Kay membuka mata, menekan kepalanya yang terasa pusing. Di depannya, kain berwarna krem muda berkibar-kibar. Kepalanya masih terasa sakit. Dengan mata yang masih sayu, dia menatap kain yang berayun-ayun itu tanpa berkedip. Setelah beberapa saat, barulah dia berpikir, di mana ini? Sprei nya terasa empuk, selimutnya ringan dan hangat seperti bulu angsa. Kain yang berayun-ayun hingga ke depan matanya itu ternyata tirai ranjang yang menjuntai dari langit-langit yang sangat tinggi. Kay menggaruk kepalanya dan bangkit duduk. Di mana ini? Ranjangnya selebar rumahnya sendiri, dan kamar tempat ranjang itu berada begitu luas hingga kata "kamar" terasa kurang tepat. Di sampingnya, angin berhembus masuk, dan di bawah tangga yang terbuat dari marmer, terlihat air biru jernih. Pantulan sinar matahari membuatnya berkilauan, tampak sangat tidak nyata. Aroma harum memenuhi ruangan.

Di mana ini? Kay kembali bertanya dalam hati, lalu mengingat kapan ingatannya terputus. Di tempat ilalang rendah, hanya beralaskan jubah, dia melakukan seks seperti binatang dengan Zigril. Begitu dia sedikit bergerak, sensasi perih itu kembali terasa jelas. Kay memegangi kepalanya. Ini lebih memalukan daripada saat dia mabuk dan tidur dengan putri bungsu bangsawan.

"...Aku tidak tahan, sungguh."

Dia tidak tahu apa yang dicampurkan ke dalam makanannya, tapi dia merasakannya begitu kuat hingga tubuhnya bergidik. Dia seperti ditusuk dari bawah, dipaksa merasakan kenikmatan bagai siksaan. Kay meringis, menutupi mulutnya dengan tangan, wajahnya memerah. Dia memang merasakan kenikmatan yang luar biasa, tapi jika disuruh mengulanginya, dia tidak akan sanggup. Meskipun penis sebesar itu masuk ke dalam dirinya, dia menangis bukan karena sakit, tapi karena nikmat, sehingga dampak psikologisnya sangat besar. Rasa malu dan kebencian terhadap Zigril bercampur aduk. Apakah ini balas dendam karena dia menolaknya? Kay mengingat kembali bagaimana Zigril menggerakkannya dengan kasar dari belakang. Dia bahkan tidak ingat jelas betapa berantakannya seks itu. Yang jelas, dia pingsan saat itu, tapi dia benar-benar tidak tahu di mana dia berada sekarang.

Kay perlahan bangkit dan turun dari ranjang. Begitu kakinya menyentuh lantai, pinggangnya terasa nyeri.

"......"

Melihat ini sudah pagi, jelas Kay tidur lebih dari sehari, tapi dinding lubangnya masih terasa perih seakan-akan penisnya masih ada di sana. Ini bukan hanya sekali. Namun kali ini setidaknya Kay tidak terbangun dengan punggung masih menghadapnya atau penisnya yang masih di mulut Kay. Dengan mengutuk dalam hati, Kay menyangga pinggangnya dan berjalan ke arah pintu besar. Kemana Zigril pergi? Jangan-jangan dia melakukan itu lalu meninggalkannya begitu saja.... Sebenarnya, mengingat Zigril, dia memang mungkin melakukan hal seperti itu, Kay pun melihat sekeliling lebih teliti.

Kay mungkin tidur selama satu atau dua hari dan belum sampai di ibukota. Tempat yang memiliki kamar semewah ini.... mungkin ini adalah villa Zigril, pikir Kay walaupun ragu.

Kay mendekati pintu besar di sebelah kiri tempat tidur dan membukanya sedikit. Begitu pintu terbuka, terdengar suara berceloteh. Seorang gadis yang tampak seperti pelayan sedang mengobrol dengan seorang penjaga. Melihat Kay mengintip, gadis itu tampak gembira.

"Oh! Anda sudah bangun!"

Suaranya sangat tinggi sampai Kay terkejut dan mundur. Gadis itu, yang suaranya dua nada lebih tinggi dari orang lain, menatap Kay dengan mata berbinar.

"Apa anda tidur dengan nyenyak? Dokter bilang Anda akan bangun sekitar besok, tapi... sepertinya Anda sangat sehat!"

Suara nyaring yang menggema di telinganya membuat Kay tersenyum canggung dan mundur lebih jauh. Jika ia mendengarkannya lebih lama lagi, kepalanya akan terasa sakit. Kay diam-diam menutup satu telinganya sambil bertanya.

ALOSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang