Pertemuan

228 26 0
                                    

Daou merenggangkan ototnya. Melirik ke arah jendela, dia tau bahwa dia bangun terlalu siang. Sudah lama Daou tidak menikmati tidur yang begitu lama. Hari libur kerja dan tidak ada jam kuliah. Itu sempurna.

Sambil bergerak malas, Daou mengambil ponselnya. Tak ada pesan maupun panggilan dari manager kesayangannya. Nun benar-benar serius memberikan hari libur untuknya. Meski begitu, masih saja ada pesan dan panggilan dari nomor baru yang Daou yakini itu dari sponsor atau sutradara-sutradara yang menginginkannya bergabung dengan projek mereka. Takut tergoda, Daou sengaja menghapus pesannya sebelum dibaca. Dia akan menjadi penurut. Akan mengikuti apa kata manajernya. Karna Daou yakin, manajernya tau apa yang terbaik untuk kariernya.

Beranjak dari ranjangnya yang nyaman, Daou menuju kamar mandi. Sambil berendam, Daou memikirkan akan kemana dia hari ini. Sangat sayang untuk menghabiskan hari libur dengan berdiam diri di apartemen sendirian. Ingin keluar, Daou memikirkan siapa yang akan dia ajak. Teman? Sejak sibuk di dunia model, Daou kehilangan banyak teman di dunia nyata. Pacar? Pacar yang mana? Bahkan dia sampai lupa untuk menyatakan perasaannya pada laki-laki manis yang dia sukai sejak awal masuk SMA. Sekarang, Daou tidak tau keberadaan laki-laki itu. Sendiri? Pergi sendiri tak pernah asik baginya.

.

.

.

Daou sudah mencoba menghubungi beberapa teman model yang dia kenal. Semua sibuk. Pada akhirnya, dia berujung pada Nun, managernya. Awalnya Nun menolak dan bahkan mengomel, memintanya beristirahat saja. Tapi, bukan Daou namanya jika tidak merengek dan mengancam akan pergi sendiri dan tidak peduli jika dia pergi ke tempat yang memungkinkan di sana ada banyak fans-nya. Sudah tentu Nun kalang kabut. Mengingat karakter Daou, dia yakin bahwa Daou serius dengan ancamannya. Jika sampai Daou pergi ke tempat keramaian yang memungkin ada banyak fans-nya di sana, Nun sendirilah yang nantinya akan mendapat masalah. Akhirnya, Nun terpaksa menemani anak asuhnya yang kekanak-kanakan itu.

Itu tempat karaoke. Daou bilang ingin bernyanyi. Menurutnya, menyanyi dapat menghilangkan stres. Nun hanya memutar bola matanya. Jika hanya ingin bernyanyi saja, harusnya Daou bisa melakukannya di kantor mereka. Gedung kantor mewahnya dilengkapi studio musik kedap suara. Meski hanya ruang kecil, itu hampir sama dengan ruang tempat karaoke yang mereka datangi ini. Namun, Daou tetaplah Daou. Bocah yang suka beralasan ini mengatakan bahwa studio di kantor hanya akan mengingatkannya dengan pekerjaan. Itu bukan liburan. Lagi-lagi, Nun hanya bisa mengelus dadanya untuk bersabar.

Daou memaksa managernya untuk ikut bernyanyi. Bergerak-gerak tidak jelas seperti yang dia lakukan. Nun tau bahwa Daou terlalu sibuk dengan kegiatannya yang padat. Mungkin, diam-diam bocah itu memang menyembunyikan stres-nya. Memberikan bocah itu libur adalah keputusan tepat. Nun sedikit tenang melihat Daou dapat kembali tertawa lepas seperti awal mereka bertemu.

Sekitar 2 jam mereka menikmati tempat karaoke itu. Selesai bernyanyi, Daou mulai lapar. Keluar dari ruangan, mereka berencana pergi ke restoran terdekat. Sebuah kebetulan ketika mereka secara tidak sengaja melihat seorang penyanyi terkenal di sana.

.

.

.

“Bukankah itu Offroad?” Nun menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang berbincang dengan beberapa orang di dekat pintu masuk. Daou melihat ke arah yang ditunjuk oleh Nun. Lalu mengangguk.

“Ini pertama kalinya aku melihatnya secara langsung,” Daou bergumam. Nun panik. Dia tidak ingin ketidaksengajaan ini akan disalahgunakan lagi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membuat gosip.

“Kita harus segera pergi. Tidak ada yang boleh tau bahwa kalian tidak sengaja bertemu di sini. Apalagi sampai ada yang mengambil foto kalian,” Nun berbisik. Daou hanya menunjukkan wajah bingung.

Shipper (DaouOffroad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang