Orang Ketiga

172 28 6
                                    

Saat Offroad menatapnya, laki-laki itu sedang memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Masih cengiran khas seperti yang terakhir Offroad ingat. Tiba-tiba, ada semilir angin yang tanpa malu merogoh jantung Offroad. Dingin di tubuhnya, kini merasuk ingin membekukan jantungnya pula. Offroad tidak tau, kalau sepersekian detik dia tanpa sengaja menahan nafas.

Ini bukan pertemuan pertama mereka. Bahkan, seingatnya pertemuan pertama tak membuatnya menggigil seperti ini. Offroad linglung sesaat. Sampai jemari lentik Lego menyentuh bahunya.

Hasyiiiim...!

Offroad terkejut oleh bersinnya sendiri. Secepat angin yang berlalu lalang di sana, Daou mendekat dan melepas jaketnya untuk menangkup tubuh mungil Offroad. Gigilan itu makin gila.

Jarak mereka terlalu dekat.

Ya, Daou! Kau terlalu dekat.

Tapi, ini juga bukan yang pertama, bukan?

"Sudah masuk musim dingin. Pakai baju yang tebal," Daou mulai mengoceh. Merekatkan jaketnya dan tanpa tau diri mengusap lengan Offroad. Bodohnya, Offroad diam saja.

Menerima saja.

Di sana, hanya Lego yang tak terlihat. Berubah menjadi kasat mata dan berbaur dengan angin yang berkelana.

"Jadi, fungsiku di sini apa?" Lego mencebik. Hampir menangis. Dia juga kedinginan. Bajunya juga tipis. Bahkan, hatinya juga dingin setelah dicampakkan pacarnya yang tiada kabar.

Bedanya dia tidak bersin. Itu saja.

Offroad mendorong Daou. Ringan. Alhasil, bukan Daou, justru Offroad yang mundur selangkah ke belakang.

Melepas jaket Daou dan berniat menolaknya. Meski itu terlambat. Lagi pula, baru terlepas satu lengan, Daou sudah mengeratkannya lagi.

"Jangan dilepas. Nanti kau kedinginan," Daou protes. Tak peduli bahwa ada yang geram di sampingnya.

Entah bagaimana Offroad lebih lunak. Bukan Offroad yang biasanya. Yang anti dan kaku pada orang lain. Yang asing.

Itu hanya Daou, kan?

"Daou, kau ke sini menjemputku. Aku hanya ingin mengingatkan," Lego tidak tahan dengan ketidaktaudirian Daou. "Aku menunggumu meski aku tau kau hanya menjemput naik taksi dan berharap aku yang bawa mobil."

Daou akhirnya menoleh. Menatap Lego yang sudah berkacak pinggang. Hidung laki-laki mungil itu memerah. Tampak jelas di kulit cerahnya.

Sama dengan Offroad yang kini juga tengah mengusap-usap hidung tomatnya.

"Lego, aku tau kau kuat," Daou bicara meyakinkan. Membuat dua laki-laki di depannya itu menatap tajam ke arahnya.

Sama-sama tak terima.

Satu tak dihiraukan, satu merasa dianggap lemah.

Lalu, tangan Lego menyambar kepala Daou.

Plak!

"Lego! Bukan berarti kau harus menunjukkan kekuatanmu, kan?" Daou kesal. Dua lainnya lebih kesal. Bagaimana bisa laki-laki paling bonsor di antara mereka itu sedikit pun tak merasa malu dan bersalah.

"Kau itu!" Lego bersungut. Tapi, kehilangan kata.

"Sudah malam. Jadi, bagaimana?" Offroad memotong. Lelah juga.

"Ehm, aku bisa mengantar kalian berdua," Daou kembali tersenyum. Lalu, satu jitakan kembali melayang.

"Daou! Kau bahkan tak membawa mobil!" Lego berteriak. Tak peduli jika lalu lalang melihat mereka bak konflik cinta segitiga.

Shipper (DaouOffroad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang