Block

267 36 9
                                    

Daou masih menatap layar ponselnya. Lampu tidurnya sudah menyala sejak Nun pulang sejam yang lalu. Suasana kamar yang temaram membuat matanya sakit terpapar cahaya ponselnya yang tajam. Daou tidak peduli. Justru, dia berharap dengan makin perih matanya, maka akan berkurang perih di hatinya.

Ini pertama kali Daou melihat Nun begitu marah dan kecewa. Nun memang sering mengomel, tapi tak pernah seperti ini. Daou kepalang janji bahwa dia akan menuruti semua yang Nun minta.

Termasuk, media sosialnya.

Daou sudah tidak bisa berpikir lagi. Dia mulai menghapus semua chat-nya bersama penyanyi itu. Daou jelas tau, penyanyi itu satu-satunya penyebab managernya bisa semurka itu. Jadi, menghindarinya adalah satu-satunya pilihan.

Tadinya, Daou ingin mengirim pesan perpisahan, tapi kemudian dia menertawai dirinya sendiri.

"Bodoh! Tentu saja dia akan senang jika aku tak mengganggunya lagi," lalu bergumam seorang diri. Menampik perasaan tak nyaman yang bersarang di hatinya.

Daou meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidurnya. Lalu, berusaha memejamkan mata. Dia tak perlu khawatir. Selama ini, penyanyi itu tak pernah mengirim pesan lebih dulu padanya. Bahkan, kadang dia harus menunggu begitu lama untuk sebuah balasan. Jadi, Daou pikir tidak akan masalah jika media sosialnya diberikan pada managernya. Toh, dia merasa tak membutuhkannya lagi. Justru, itu akan membantunya untuk tak lagi tau apa pun tentang penyanyi itu.

Iya, sepertinya itu keputusan yang tepat.

Sepertinya.

# # #

"Offroad, kau salah lagi. Liriknya bukan begitu," Pond menghela nafas panjang. "Sepertinya kau lelah. Oke, kita istirahat dulu."

"Tidak. Kita akan lanjutkan. Aku hanya sedikit tidak fokus. Aku minta maaf," Offroad kembali meminta teman band-nya untuk tetap berlatih.

"Tapi, Offroad," Pond hendak protes.

"Waktu kita tidak banyak," Offroad tanpa sadar meninggikan suaranya. Yang lain tak berani bicara. Pond pun berhenti membantah. Jika sudah begini, tak akan ada yang bisa menghentikan Offroad.

.

.

.

Offroad membalas pesan dari Tuan Max yang sudah dikirim sejak 3 jam lalu. Tuan Max mengajak bertemu untuk membahas pekerjaan. Offroad benar-benar sedang tidak mood. Dia takut pertemuannya dengan Tuan Max justru membuat perasaannya semakin memburuk. Offroad menjadikan latihan sebagai alasan lagi untuk kesibukannya.

Tak seperti biasa, Tuan Max menyerah begitu cepat. Tapi, bukankah itu bagus?

Offroad memijat pelipisnya. Kepalanya kembali sakit. Sakit yang sama dengan sakit-sakit sebelumnya.

Ada hal yang aneh di sini. Di otaknya. Dia terus saja berpikir ada yang tidak benar.

Hari ini tepat satu minggu dari terakhir dia bertemu dengan model itu. Keesokan hari setelah mereka kabur bersama, media sosialnya dibanjiri banyak komentar. Seperti biasa, akun Nubdao itu yang menjadi biangnya. Bahkan, pemilik akun itu memotret mobil model itu saat mereka ke luar dari kantor Tuan Max. Offroad menjadi khawatir, apakah pemilik akun itu juga membuntuti mereka sampai ke bukit?

Banyak pertanyaan yang menyerang Offroad. Mulai dari yang baik hingga yang terlalu buruk. Berhari-hari Offroad menutup media sosialnya. Berusaha menulikan diri dan membiarkan mereka semua berspekulasi. Yang dia tau, model itu pun tak memberi klarifikasi apa pun. Jadi, kenapa Offroad harus memikirkan semuanya terlalu berlebihan saat model itu pun tak mau tau.

Tiba-tiba Offroad menjadi marah. Entah bagaimana dia merasa model itu sangat tidak bertanggung jawab. Offroad sendiri bingung, tanggung jawab seperti apa yang dia harapkan?

Offroad kembali berkutat dengan ponselnya. Memberanikan diri untuk membuka media sosialnya. Sepertinya kehebohan itu sudah meredam. Bahkan, banyak fans yang mulai merindukan update-annya.

Sedikit melihat-lihat, Offroad mencoba membuka akun model itu. Rupanya, model itu juga sudah lama tak memposting apa pun.

Offroad bingung dengan perasaannya. Di satu sisi, dia marah dengan model itu. Tapi, di sisi lainnya dia juga khawatir. Dia masih ingat bagaimana ekspresi model itu ketika terakhir mereka bertemu. Offroad menjadi merasa sedikit bersalah. Mungkin selama ini dia hanya berlebihan. Model itu mungkin hanya ingin berteman dekat dengannya. Tak ada maksud buruk apa pun. Seperti halnya Joong atau lainnya. Lalu, kenapa dia harus sebegitu menjaga jarak? Dia tau ini ada hubungannya dengan akun Nubdao itu. Namun, model itu pun tak bersalah dalam hal ini.

"Aaargh," Offroad mengacak rambutnya.

# # #

totogaback mulai mengikuti Anda. 10 menit

Pantas saja fans kembali heboh. Rupa-rupanya karna hal ini. Nun tidak tau kenapa penyanyi itu harus memfollback akun Daou saat ini. Kenapa tidak saat itu juga setelah Daou memfollownya. Atau, kalau perlu tak usah difollback selamanya. Penyanyi itu jelas tau ini akan menjadi heboh. Apalagi setelah dia dan Daou terciduk sedang pergi berdua. Lalu, hal itu baru saja redam. Kini, penyanyi itu justru kembali menyulut api. Nun mulai membenci ini.

"Sepertinya..., kau sengaja. Apa ini caramu untuk kembali meraih kepopuleranmu?" Nun menggumam. Dia sedang berada di ruang tunggu seorang diri. Menanti Daou dan Lego yang sedang pemotretan untuk sebuah majalah.

Daou tidak akan tau bahwa penyanyi itu memfollbacknya. Karna sejak Daou menyerahkan akunnya pada Nun, dia tak lagi sedikit pun berkeinginan melihat media sosialnya. Semua urusan fans, postingan, dan apa pun yang berhubungan dengan media sosial sudah dia pasrahkan pada Nun. Dia tak lagi peduli. Toh, dia tak benar-benar punya teman dekat selama ini. Kalau pun ada hal penting, orang lain akan menghubungi nomor pribadinya.

Daou memang tidak tau tentang Offroad yang memfollbacknya. Dan Nun, akan membuatnya tidak tau untuk selamanya.

Penyanyi itu ingin kembali menyulut api, kan? Maka, Nun akan memberikannya.

.

.

.

Blokir totogaback?

Blokir.

.

.

.

To be continue....

Shipper (DaouOffroad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang