Nun

163 27 2
                                    

“Nanti,” Offroad menjeda ucapannya. Daou menunggu dengan sabar. “Mungkin suatu hari nanti aku bisa percaya padamu.”

.

.

.

Dengan berat hati Daou membiarkan Offroad pergi. Offroad itu keras kepala. Hatinya tak mudah terbuka. Apalagi oleh seseorang yang baru dia kenal dalam beberapa bulan dengan interaksi yang sangat minim. Offroad tidak tau apa visi misi seorang Daou begitu ramah padanya. Offroad telanjur sulit untuk didekati. Sulit untuk diambil hatinya. Telanjur sulit memberikan kepercayaannya.

Bukit itu sepi. Tak ada kendaraan umum melintas di sana. Daou hanya mengantar hingga halte terdekat. Setelah itu, harus rela melihat Offroad meninggalkannya.

Bus yang dinaiki Offroad sudah beranjak sekitar 30 menit yang lalu. Namun, Daou masih diam di situ. Di halte yang cat kursinya mulai memudar. Duduk dengan pikiran yang kosong. Dia tidak tau mengapa Offroad seperti begitu menjaga jarak dengannya. Membangun dinding tinggi di antara mereka. Bahkan, pintu yang coba Daou bangun di tengahnya pun dihancurkan begitu saja. Lalu, mengapa yang lain bisa? Mengapa yang lain boleh? Joong, Dunk, bahkan Lego. Daou merasa Offroad tak adil padanya.

Daou mencoba mengingat, adakah kesalahannya di masa lalu yang tidak bisa diampuni sehingga kemudian karma menimpanya saat ini? Dia berusaha keras untuk mengingat. Seingatnya, dia selalu menolak gadis-gadis yang menyatakan suka padanya selalu dengan cara yang baik-baik. Seingatnya, dia menyukai seorang teman laki-laki di sekolahnya dulu juga dengan cara yang baik. Bahkan, dia rela memendam perasaannya hanya agar laki-laki itu tak terganggu oleh kehadirannya. Lalu, apakah dia juga harus melakukan hal yang sama pada Offroad?

“Hey, siapa bilang aku menyukainya!” tiba-tiba Daou berteriak. Dua orang ibu-ibu yang duduk di halte yang sama menoleh ke arahnya. Bersamaan. Daou meringis. Untung ibu-ibu itu tak ada yang mengenalnya.

Tak ada yang tau bahwa dia seorang selebritis yang tengah naik daun.

.

.

.

Postingan akun Nubdao itu akhirnya sampai juga pada Nun. Tadinya, Nun disibukkan dengan urusan keluarganya hingga tak fokus dengan ponsel apalagi media sosial. Nun begitu percaya pada Daou. Percaya bahwa bocah itu akan menjaga janjinya. Faktanya, anak didiknya satu itu memang tak pernah membuatnya tenang.

Berkali-kali Nun menghubungi Daou, tapi tak ada jawaban. Pesan-pesannya juga tak berbalas. Nun cemas. Kemana kira-kira Daou dan penyanyi itu pergi? Jelas mobil yang platnya diblurkan itu adalah mobil Daou. Jelas pula bahwa akun itu menandai akun Daou dan si penyanyi itu. Nun mengacak rambutnya kasar saat menemui jalan buntu. Nun tak bisa berpikir dengan baik.

Nun yakin Daou tak akan membawa penyanyi itu ke tempat karaoke, restoran, atau tempat umum lainnya. Meski terkadang ceroboh dan menyebalkan, anak itu takkan melakukan hal sebodoh itu, kan?

###

Daou merebahkan tubuhnya di ranjang. Kepalanya pusing. Untung saja, saat menyetir dia masih bisa menahan sakitnya. Daou menyentuh dadanya. Jantungnya berdetak normal. Namun, ada yang terasa ngilu di sana. Daou baru tau kalau sakit di kepala bisa merambat sampai ke dada. Apalagi, jika ia ingat kalau Offroad bilang belum bisa percaya padanya.

Sebenarnya Daou juga tau kalau itu masuk akal. Offroad belum mengenalnya dengan baik. Jadi, wajar jika belum bisa mempercayainya. Toh, Daou juga tidak yakin bahwa Joong dan Dunk tau tentang Offroad dengan baik. Atau, Daou harus bertanya sendiri untuk memastikan itu? Tiba-tiba dia merasa takut jika dugaannya meleset.

Daou menutup wajahnya dengan bantal. Membuat dirinya sendiri sulit bernafas.

Penyanyi itu... kenapa membuatnya begitu berantakan?

Shipper (DaouOffroad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang