FM

149 24 3
                                    

Daou menghembuskan napas berat. Mencoba berpikir mengapa managernya begitu tidak menyukai Offroad. Offroad tidak melakukan apa pun yang membuat karier Daou terancam, jika itu memang alasannya. Masalah akun Nubdao yang sering menyulut gosip tentangnya dan Offroad pun tak bisa dikatakan bahwa itu salah Offroad, kan? Dalam hal ini, Offroad tidak salah apa pun. Lalu, siapa yang salah? Daou menunjuk dirinya sendiri. Mungkin memang dia yang terlalu agresif untuk bisa dekat dengan Offroad dan berharap berteman baik dengannya. Daou mengingat lagi, bukankah sang manager memblokir akun Offroad ketika Daou berusaha menjauhi penyanyi itu? Jadi, apa yang harus Daou lakukan agar bisa menyenangkan managernya? Semua yang dia lakukan seolah salah saat ini.

"Aaaaarg!!!"

###

Pertemuan dilakukan di sebuah restoran Jepang. Tuan Max sengaja memesan tempat privat agar mereka dapat membahas bisnis dengan tenang. Tuan Max tidak didampingi asistennya. Dia memang terbiasa sendiri. Hanya beberapa kali Offroad maupun Nun melihat Tuan Max didampingi asisten atau bodyguard-nya.

Nun duduk dengan tidak nyaman. Tuan Max menyapanya dengan ramah dan mempersilakan duduk. Memesan makanan dan mulai berbasa-basi. Offroad sendiri menyapa dengan canggung. Pond yang di sampingnya ikut bingung. Suasana sangat tidak nyaman. Terkecuali untuk Tuan Max tentunya.

"Jadi ini konsep FM yang akan kita adakan. Sutradara dan penanggung jawab dari tim kreatifku yang membuatnya. Kalian bisa mempelajarinya," Tuan Max menunjukkan layar laptopnya pada Nun dan Offroad. Pond ikut penasaran. Meski di sini statusnya hanya manager bayangan Offroad, dia merasa berhak tau juga.

"Nanti aku akan mengirim filenya pada kalian agar bisa dipelajari lebih lanjut," Tuan Max menampilkan presentasi di laptopnya dengan cepat.

"Aku tidak keberatan," Offroad menyambar. Kali ini tanpa pikir panjang. Padahal, bisanya dia yang paling perhitungan. Bahkan, bisa dibilang, dia belum melihat secara jeli isi konsepnya. Pond menjadi was-was.

"Offroad," Pond menarik lengan Offroad. Berusaha berbisik untuk memikirkan lagi keputusannya.

"Oh, senang sekali kau bisa menerima konsep ini," Tuan Max sama terkejutnya.

"Aku akan mempelajarinya lebih dulu. Jika ada hal-hal yang aku keberatan, bisa kan kita bicarakan lebih lanjut Tuan Max?" itu Nun. Tak kalah terkejutnya dengan keputusan Offroad yang begitu cepat. Hal itu sontak membuatnya lebih mawas. Berpikir tentang apa yang Offroad rencanakan sebenarnya.

"Jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, aku akan pamit lebih dulu," Offroad siap beranjak.

"Eh, makanlah dulu. Kenapa harus terburu-buru. Kita bisa bahas tentang persiapan dan hal lainnya, kan?" Tuan Max terkekeh. Jadi, alasan Offroad sesimpel itu? Hanya ingin segera pergi?

Jujur, bertemu dengan Nun saat ini membuat Offroad salah tingkah. Tentu saja ini ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi. Semua ucapan Nun masih berputar-putar di kepala Offroad. Belum lagi tatapan Nun saat ini.

"Aku sudah makan, terima kasih. Aku buru-buru karena ada hal yang harus aku kerjakan. Aku akan menemui Anda lagi setelah semua urusanku selesai," Offroad beranjak secepat yang dia bisa karna dia tau bahwa Tuan Max tidak akan melepaskannya dengan mudah.

"Baiklah, aku tunggu kabar darimu," di luar dugaan, Tuan Max melepaskannya begitu saja.

###

"Maaf, Phi terlambat menjemputmu. Tuan Max bicara panjang lebar soal FM," Nun menghampiri Daou yang duduk bosan di lobi gedung tempat dia melakukan pemotretan.

"Phi, apa Phi Nun tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku?" wajah Daou serius. Ini pertama kali Nun melihat Daou dengan ekspresi seperti itu.

"Menjelaskan soal FM? Tentu saja aku akan menjelaskannya," Nun memberi kode agar Daou segera masuk ke mobil. Hari sudah makin sore. Nun lelah. Begitu pun dengan Daou.

Daou masuk mobil tanpa kata. Diam selama perjalanan. Juga tidak memainkan game di ponselnya seperti biasa.

"Kau kenapa? Apa fotografer itu membentakmu?" Nun bingung dengan sikap Daou yang aneh. Sedang Daou hanya menggeleng sebagai jawaban. "Jika kau diam saja, mana bisa Phi tau apa yang kau pikirkan?"

"Phi, apa kau melakukan sesuatu tanpa seizinku?" bibir Daou akhirnya terbuka. Meski, tak sedikit pun dia memandang ke arah managernya itu. Pandangannya fokus ke arah luar jendela mobil.

"Apa hal yang harus aku lakukan dengan seizinmu?" Nun terbawa serius.

"Memblokir ig Offroad misalnya," Daou tepat ke inti pembicaraan. Nun tampak tak terkejut.

"Kenapa aku harus meminta izinmu?" dan tidak merasa bersalah.

Daou menoleh. Lalu, melihat ke arah manager yang telah menemaninya sejak dia bukan siapa-siapa.

"Phi, itu ig-ku," tanpa sadar, Daou sedikit memekik.

"Kau yang bilang aku bisa melakukan apa pun dengan itu. Kau lupa?" Nun menampar Daou dengan kenyataan. Iya, Daou lupa. Lupa pernah mengatakan hal bodoh itu.

"Aku tidak tau Phi akan melakukan sejauh itu," suara Daou hampir seperti cicitan.

"Sejauh itu? Bahkan itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang kalian lakukan semalaman di apartemenmu!" kali ini Nun yang berteriak. Sopir di depan bahkan ikut terkejut. Membuat mobil yang mereka kendarai hampir berbelok di luar kendali.

"Kami tidak melakukan apa pun, Phi. Dia hanya menginap. Itu pun aku yang memaksa. Aku melakukannya karna...," Nun memotong sebelum Daou lebih banyak bicara.

"Aku tidak peduli. Aku tidak peduli apa pun alasanmu atau pun alasannya. Yang jelas, aku tidak ingin membahasnya lagi. Setelah ini, kau tidur cepat. Besok pagi aku akan menjemputmu seperti biasa," Nun menutup pembicaraan secara sepihak. Selanjutnya, perjalanan kembali hening.

.

.

.

Daou merebahkan tubuhnya di sofa. Punggungnya terasa sakit. Juga kepalanya. Banyak hal berputar di otaknya. Namun, Daou tidak tau bagaimana cara mengatasinya.

Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Lego.

"Apa, Lego? Aku sedang lelah. Jangan mengajakku nonton konser apa pun," Daou tidak memberi Lego kesempatan untuk menyapa.

"Ckckck, siapa juga yang mau mengajakmu nonton konser? Sudah cukup kau mempermalukanku di depan Offroad kemarin," Daou bisa membayangkan wajah Lego yang mencebik di seberang sana.

"Lalu?" Daou memaksa tubuhnya untuk bangun. Melangkah ke arah dapur untuk mengambil minum.

"Aku hanya ingin bilang, apa kau sudah dapat konsep FM dari Tuan Max?" suara Lego kembali ceria seperti biasanya.

"Belum, Phi Nun baru akan mengirimnya nanti malam. Kenapa?" Daou meneguk segelas air dingin yang dia ambil dari kulkas.

"Apa kau tau ada yang aneh dengan konsepnya? Di sana dijelaskan bahwa ada adegan kau bermesraan dengan Offroad," Daou menyemburkan air di mulutnya. Lalu, tersedak. "Hey, kau baik-baik saja?"

"A-apa? Kau bilang apa barusan?"

###

"Cepat masuk dan tidur. Jangan memikirkan apa pun," Pond melambai dari dalam mobil dan mengintip Offroad dari jendela kaca yang terbuka.

"Hanya orang mati yang tidak memikirkan apa pun," Offroad masih sempat menjawab dan membuat Pond terkekeh. Setelahnya, masuk ke dalam apartemen bahkan sebelum Pond menjalankan mobilnya.

.

.

.

Usai mandi, Offroad bersiap untuk tidur. Seperti halnya rutinitas sebelum tidur, Offroad mengecek ponselnya. Baru saja akan mengecek media sosialnya, sebuah pesan dari nomor baru mencuri perhatiannya.

Dari (+66) xxxxxxx

Malam. Kau sudah tidur?

_Daou_

.

.

.

To be continue....

Shipper (DaouOffroad Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang