Bab 5

319 218 11
                                    

Semua langsung kembali ke tempat duduk masing-masing, bersiap menghadapi pelajaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua langsung kembali ke tempat duduk masing-masing, bersiap menghadapi pelajaran. Pak Bima, guru matematika mereka yang terkenal disiplin, masuk ke dalam kelas dengan tatapan serius.

"Eh, kalian jangan ganggu kita dulu ya, ada pak Bima," kata Mella sambil menyeringai. "Nanti aja ngobrolnya."

Grandy mengangguk, sementara Arbani cuma tersenyum kecil. "Yaudah, sampai nanti ya, Mel."

Semua siswa segera duduk dengan rapi, dan kelas pun dimulai dengan suasana yang lebih formal.

Pak Bima mulai berbicara dengan suara lantang, "Selamat siang, kelas! hari ini kita akan membahas topik baru. harap semua fokus!"

Pak Bima melanjutkan, "Jadi, minggu depan kita akan ada ulangan harian. semua materi yang telah kita bahas sebelumnya, termasuk yang kita pelajari minggu ini, akan keluar. jadi, pastikan kalian belajar dengan baik."

Mella langsung menoleh ke Azkina, bergumam, "Mampus, ulangan. gue masih belum ngerti juga nih materi."

Azkina hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Santai aja, Mel. Kita bisa belajar bareng kok. gue juga agak lupa-lupa ingat, tapi masih bisa diatasi."

Mella ngomong kepada azkina " lo enak udah pinter."

Azkina tersenyum mendengar keluhan Mella. "Haha, pinter juga ngga  banget, Mel. gue juga masih belajar kok," jawabnya dengan santai.

Mella menggulung ujung pensilnya dengan frustasi. "Gue tuh udah belajar, Kin, tapi tetep aja bingung. lo enak, semua materi kayaknya gampang banget buat lo."

Azkina mengangguk dengan penuh pengertian. "Gue ngerti kok, Mel. emang kadang materi bisa bikin bingung, apalagi kalau nggak langsung ngerti. Tapi yang penting lo jangan nyerah, kita bisa bareng-bareng belajar, jadi nggak usah khawatir."

Mella mendesah pelan, lalu menjatuhkan kepalanya ke meja. "Tetep aja, gue yang bakal pusing duluan."

Azkina menepuk pundak Mella ringan. "Udah, jangan drama. nanti pulang kita belajar bareng di rumah gue, gimana?"

Mella mengangkat kepalanya sedikit, menatap Azkina dengan mata berbinar. "Serius? Jangan nyesel ya ngajarin gue. gue tuh kalau belajar bisa tiba-tiba ngelantur ngomongin hal random."

Azkina terkekeh. "Nggak masalah. selama lo nggak tiba-tiba ngajakin bahas teori konspirasi alien, gue masih bisa sabar."

Mella pura-pura berpikir, lalu menyeringai. "Hmm..  gimana kalau kita mulai dari teori bahwa ulangan ini sebenarnya konspirasi guru-guru buat nyiksa kita?"

Azkina hanya menggeleng sambil tertawa. "Udah, ayo fokus! nanti kita atur strategi belajarnya."

Grandy yang duduk di depan mereka, mendengar percakapan pak bima, "Ulangan ya? waduh, gue juga nggak siap nih," ujarnya dengan wajah cemas.

Pak Bima menatap seluruh kelas dan bertanya, "Apakah kalian sudah siap untuk minggu depan mengikuti ulangan harian?"

Alexia mengangguk sambil berkata"Insyaallah siap, Pak."

Renata pun ikut menyahut, "Baik, Pak."

Pak Bima mengangguk puas melihat beberapa murid yang tampak siap, sementara yang lain terlihat cemas. "Baik, jangan lupa belajar. bapak harap kalian bisa menguasai materi dengan baik," katanya, lalu memulai pelajaran hari itu.

Pak Bima menatap seluruh kelas dengan mata tajam, memastikan tidak ada yang mengabaikan pesannya. "Kalian benar-benar nggak keberatan, ya? Kalau masih ada yang bingung, jangan sungkan untuk bertanya," ujarnya dengan serius,

Grandy yang duduk di belakang Mella, tiba-tiba bersuara dengan nada keras, "Keberatan!" Semua murid di kelas langsung tertawa, menyadari bahwa Grandy selalu punya cara untuk meramaikan suasana.

Pak Bima menatapnya dengan bingung. "Suara siapa itu?" tanyanya, mencoba mencari tahu.

Grandy, Pak, yang ngomong," jawab Fachry sambil tertawa kecil.


Grandy yang merasa sudah terpojok hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. "Eh, bukan saya  Pak... Fachry tuh"

Seluruh kelas pun tertawa, beberapa murid menggodanya, sementara Pak Bima hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi tak habis pikir. "Ngeles aja, ya? Ya sudah, Grandy. Sering ngeles, nanti malah jadi kebiasaan," ujar Pak Bima sambil tersenyum, mencoba melanjutkan suasana yang lebih ringan.

Murid-murid kembali fokus pada pelajaran setelah gelak tawa mereda,  Grandy dengan senyum kecil, berusaha menahan tawa, sementara Azkina yang baru saja keluar dari kelas menuju rapat OSIS tak ada untuk ikut ambil bagian dalam keributan kecil tersebut.

Pak Bima kembali ke depan kelas dan melanjutkan materi dengan serius. "Baiklah, kita lanjutkan pelajaran hari ini. Siapkan buku catatan kalian!" ujar Pak Bima, menegaskan agar siswa kembali pada pelajaran. Kelas pun kembali tenang, meskipun beberapa masih tertawa kecil mengenang kejadian barusan.

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang