Udara di kamar hotel sore itu terasa berat dengan ketegangan yang tak terucapkan. Gorden beludru yang mewah terjuntai menutupi ruangan, menyelimuti kamar dalam kegelapan yang menyesakkan, hanya diselingi oleh cahaya lampu tidur yang berkedip-kedip.
Leon, CEO dari kerajaan Food and Beverage, adalah pria yang selalu bertindak terencana, meskipun sedikit sulit mengendalikan emosinya. Ia terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya, dan perjodohan yang diatur ini tidak terkecuali. Namun, wanita yang masih berada dalam dekapannya, Karin, bukanlah calon istri yang patuh dan penurut seperti yang dia harapkan.
Leon lepas!" Karin berusaha meronta, meminta Leon melepaskan dekapannya yang sangat erat. "Aku tidak suka kamu menyentuhku!"
"Sejak perjodohan ini direncanakan, kamu sudah menjadi milik saya. Jadi berhenti melawan!" bisik Leon di telinga Karin dan mengecup lembut cuping telinga gadis itu.
"Aku bilang, aku nggak akan pernah mau dan nggak akan pernah setuju dengan perjodohan ini! Jadi, tolong berhenti memaksaku!" kata Karin, sekuat tenaga mencoba melepaskan tangan laki-laki itu. Karin refleks menghujam perut Leon dengan sikutnya yang tajam.
Leon melenguh dan menggeram. Ia menguatkan dekapannya. Karin seolah membangkitkan amarah Leon yang sudah mati-matian ia tahan.
"Kenapa kamu begitu keras menolak perjodohan dengan saya?" tanya Leon, dengan suara penuh amarah.
Perdebatan dengan Leon yang tiada hentinya mengenai perjodohan ini. Terlebih, sosok Leon bukanlah laki-laki yang lemah lembut bagi Karin.
Padahal, sebelumnya Karin sudah merasa baik-baik saja bersama Leon setelah acara perjamuan dengan klien. Begitu cepat sifatnya berubah. Leon memang manusia yang sangat cepat berubah suasana hatinya. Semakin Karin merasa dirinya tidak akan pernah menaruh hati kepada laki-laki yang sangat susah ditebak pikirannya, seperti Leon.
"Kamu nggak akan ngerti" kata Karin, suaranya diwarnai keputusasaan yang teredam. "Ini bukan tentang aku yang keras kepala. Ini tentang hidup, mimpi, dan masa depanku."
Leon semakin mendekatkan bibirnya pada telinga Karin. Deru napas laki-laki itu membuat Karin menjauhkan wajahnya.
"Masa depanmu akan aman. Pernikahan ini akan memperkuat bisnis keluarga kita, membangun warisan. Ini adalah situasi yang menguntungkan semua pihak" kata Leon, dengan suaranya yang berat. Leon mencoba meredam emosinya pada gadis itu. Namun, ia juga berharap Karin tidak selalu berusaha melawannya.
Tatapan Karin tertuju pada pemandangan kota di luar jendela. "Situasi yang menguntungkan bagimu?" Karin membalas, suaranya meninggi. "Tapi bagaimana denganku ?"
Leon membalikkan tubuh Karin secara paksa, matanya menatap gadis itu tajam. "Perjodohan ini bukan membatasi dirimu".
"Kamu pikir aku nggak tahu apa yang terjadi? Ini tentang kontrol, tentang kekuasaan, tentang dua keluarga yang menggabungkan kerajaan mereka" ucap Karin dengan air mata yang semakin menggenang di pelupuk matanya.
Amarah Leon berdesir di bawah permukaan. "Ini bukan tentang kontrol! Ini tentang keluarga, tentang membangun masa depan bersama."
"Masa depan yang ditentukan oleh orang lain?" Karin membalas, suaranya gemetar. "Masa depan di mana mimpiku dikorbankan demi ambisi keluarga?"
Leon mendorong kasar tubuh Karin ke dinding dan menghimpitnya tanpa menyisakan jarak sedikitpun. "Kamu bersikap tidak rasional! Ini adalah sesuatu yang akan menguntungkan kedua keluarga kita".
"Menguntungkan?" Karin tertawa, tawa yang hampa dan tanpa kegembiraan. "Kamu sebut ini keuntungan? Kamu pikir aku bisa menikah kalau tidak ada rasa cinta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime
Romance"Kamu harus tahu saya tidak menyukai hal-hal kasar, tetapi dalam beberapa situasi saya tidak akan memberikanmu pilihan" ~ Leon Alexander Barnard ~ .... REMINDER ADEGAN DEWASA ‼️‼️🔞‼️‼️ YANG DIBAWAH UMUR, DOSA TANGGUNG MASING2 🤸🤸