II. PEMAKSAAN

29 13 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Notifikasi pesan masuk membuyarkan lamunan Karin. Ia melirik ke sumber suara sambil bertanya-tanya dalam hatinya.

"Siapa sih pagi-pagi ? Gak mungkin Leon, kan ?"

Ia meraih handphone dari atas nakasnya. Terdengar helaan napas, ketika yang tertera di layar handphone adalah pesan obrolan grup dari sahabatnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


....

Karin keluar kamar, menyeret kopernya dengan malas. Menuruni anak tangga satu per satu, membuat suara hempasan kopernya terdengar jelas.

Sedangkan di taman depan rumah, Leon sedang berbincang dengan kedua orang tua Karin. Meskipun pandangannya ke depan, Leon tetap bisa merasakan gadis itu berjalan mendekat ke arahnya.

Leon masih berbincang dengan ramah dan penuh senyum, sebelum beberapa saat raut wajahnya kembali berubah dingin saat menatap Karin.

Membuat Karin berdecak kesal melihat perubahan wajah Leon yang sangat cepat, seperti berkepribadian ganda. Gadis itu memperhatikan Leon dari atas hingga ke bawah.

"Dia apa gak punya baju warna lain ? Kemarin hitam, hari ini hitam. Dia bilang hidupku gak menarik ? Ternyata hidup dia yang gak menarik" batin Karin.

Seketika gadis itu mengalihkan pandangannya, secara tiba-tiba mata Leon menangkap tatapan Karin.

Harris, ayah Karin menyikut lengan anaknya dan terkekeh pelan. Seakan memahami tingkah laku anak tunggalnya yang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya di hadapan Leon.

Je T'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang