"Tenanglah.."
Jongin menarik bahu Jennie, memeluknya supaya bersandar pada pelukannya. Ia terus mengusap punggung gadis itu, menenangkannya yang menangis tersedu, akibat menonton film di bioskop.
Menarik napas panjangnya, dadanya masih terasa sesak, mengingat tokoh yang meninggal dengan mengenaskan di akhir cerita. Oh, hatinya yang sensitif tidak bisa melupakan adegan menyedihkan itu.
Sementara itu, Jongin mengulum senyumnya, menertawakan wajah Jennie, yang justru terlihat sangat lucu saat menangis seperti ini. Hidungnya memerah, dan matanya masih berlinangan air mata.
"Kenapa melihatku begitu?"
Jennie menyadari tatapan Jongin yang tidak biasa, tentu saja ia malu. Bagaimana kalau matanya bengkak? Bagaimana kalau make upnya berantakan? Oh, betapa memalukannya itu!
"Tidak apa." Jongin tertawa pelan, "kamu terlihat lucu kalau menangis.. lihatlah, orang-orang yang keluar dari theater sudah membuang tisunya, tapi, kamu masih tersedu seperti ini?" ejeknya menggoda.
Kesal, Jennie pun mencubit lengan pria itu, menutupi malunya karena diperhatikan. "Kamu tidak berperasaan, ya? Tidakkah kamu melihat betapa menyedihkannya tokoh tadi?"
Jongin pun tergelak, mengangguk. Ia menepuk pelan kepala Jennie. "Ya, ya.. aku mengerti.. aku juga sedih, tapi, melihatmu, rasanya ingin tertawa saja.."
"Jongin.." erang Jennie kesal.
Jari tangan Jongin pun terangkat, mengulurkan telunjuk dan jari tengahnya, membentuk 'peace'.
"Oke, oke.. maafkan aku.." ucap pria itu akhirnya, ia pun mengulurkan tangannya, mengusap sisa air mata Jennie di pipinya, "sudah, jangan menangis.. tidakkah kamu malu dilihat anak-anak kecil yang berlalu lalang, hum?"
Kedekatan ini membuat Jennie tertegun sejenak. Namun, dengan segera ia mengambil sikap, mengusap sendiri sisa air mata yang menempel di pipinya.
Jongin pun hanya tertawa. "Sudah?"
Jennie mengangguk. "Ke mana kita sekarang?"
"Mm.." Jongin mengetukkan dagunya dengan jari, "bagaimana kalau Momoyama?"
Mata Jennie membulat. "Japanese food?"
Jongin mengangguk, seraya tersenyum. "Mau?"
"That's my favorite food!"
Tertawa, Jongin pun menggenggam tangan Jennie, membuat gadis itu menegang sejenak. Namun, pria itu seolah mengabaikanya, dan tetap menggandengnya. "Ayo, kita ke sana!"
**
Berada tidak jauh dari bioskop, mobil pun berhenti di basemen Lotte Hotel. Dua orang itupun mulai memasuki resto terkenal itu.
Akan tetapi, sungguh tidak terduga! Saat mereka berada di pintu masuk, mereka justru bertemu dengan sekelompok teman kantor.
"Jennie? Jongin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐌𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓
Fanfiction"Andai saja kamu tidak lumpuh! Seseorang tidak akan menghinamu, dan melukaiku seperti ini.." erang Jennie, meremas erat kaos polo yang dikenakan Taehyung. Mendengar ucapan itu, tanpa sadar, air mata Taehyung pun menetes. Andai saja ia tidak lumpuh...