15. Happy Life

571 114 35
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tiga hari berlalu, sejak Jennie benar-benar berada di rumah ini. Tidak ada lagi kata sepi, karena Jennie mengisi keheningan dengan candaan dan manjanya. Eomma dan Appa seperti memiliki gadis kecilnya lagi, setelah beberapa bulan berpisah.

Jennie pun merasa senang, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, keharmonisan keluarga yang membuatnya merasa aman. Sesekali, ia menyesal karena meninggalkan kedua orang tuanya dulu. Karena ternyata, dimanja seperti ini jauh lebih menyenangkan.

Keluarga ini termasuk keluarga berkecukupan di daerahnya. Appa bekerja sebagai dokter radiologi, yang bekerja di rumah sakit daerah, dan memiliki kliniknya sendiri. Sementara sang Eomma, dulunya adalah seorang akuntan. Namun, memutuskan berhenti bekerja, karena kondisinya yang sering drop karena kelelahan.

Maka, kehidupan Jennie cukup terjamin, jadi, kedua orang tuanya tidak menuntut banyak pada putrinya itu. Mereka tetap bisa menghidupinya, meskipun putrinya tidak bekerja.

Akan tetapi, sesuai dengan permintaan Jennie, gadis itu ingin membangun bisnis, alih-alih bekerja di perusahaan. Pengalaman tiga bulan membuatnya trauma, mungkin, ia tidak cocok dengan jenis pekerjaan itu.

Maka, sejak kemarin, gadis itu tidak berhenti bergelut di dapur, dengan ipad senantiasa berada di meja, yang menunjukkan tutorial masak-memasak.

Kini, pagi-pagi sekali, gadis itu juga baru saja menyajikan makanan di meja, hasil masakannya sendiri. Pujian kagum pun ia terima, dari kedua orang tuanya.

"Hmm.. aromanya sudah tercium.. sepertinya sangat nikmat." puji Appa.

Jennie tersenyum jumawa. "Ya, cobalah Appa.. lalu, nilailah!"

"Kamu akan meringankan tugas pembantu.." ucap Eomma, sembari tersenyum bangga, "Eomma lebih suka masakanmu."

Jennie tertawa, melipat tangan di depan dada, menunggu kedua orang tuanya mencicipi masakannya.

"Mm! Enak!" puji Appa.

Eomma pun mengangguk setuju.

Jennie pun menarik kursi, dan bergabung di meja makan itu. "Aku berencana membuat menu itu sebagai menu utamaku. Appa, jadi membuat kedai untukku?"

Appa mengangguk, lantas mengusap rambut putrinya penuh sayang. "Ya. Kamu bisa mendatangi kedai itu dan mengatur desainnya."

Mata Jennie berbinar senang. "Really?"

"Ya." jawab Appa, tertawa, "lokasinya dekat jalan utama. Di sekitarnya juga ada toko-toko besar, jadi, itu sangat strategis.. kamu harus mengatur logo yang mampu menarik perhatian pembeli."

Jennie mengangguk antusias. "Aku mengerti!"

Appa tersenyum. "Juga, kamu tidak perlu seperti dulu lagi, mengantar banyak pesanan. Tautkan kedaimu dengan beberapa pemesanan instan, jadi, biarkan kurir mengantarnya."

𝐈𝐌𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang