***
"Jennie, siapkan tiket untuk tim purchasing, mereka mau pergi ke Wolmido untuk melakukan negoisasi dengan vendor."
"Oke, kirimkan identitas ke e-mail, ya?"
Staff itu mengangguk. "Hm. Tiket paling awal, ya!"
"Siap." Jennie tersenyum, sebelum kembali fokus ke komputernya. Namun, tidak lama, staff lain datang ke mejanya.
"Jennie, siapkan ruangan untuk timku, ya, satu jam lagi kami rapat."
Jennie mengangguk. "Oke, lantai 4 D kosong. Aku akan menyiapkannya."
Pekerjaan demi pekerjaan silih berganti, hingga malam pun tiba, dirinya masih ada di ruangannya, mengontrol perbaikan ruangan meeting yang mengalami kebocoran AC.
Gadis itu memang terbiasa pulang lebih akhir, mengingat pekerjaannya sebagai staff terbawah, bagian administrasi yang harus selalu menyiapkan segalanya sempurna, dan memastikan tetap sempurna di akhir hari.
Sebenarnya, di hati terdalam, ia merasa lelah. Bekerja di sebuah pekerjaan pasti memiliki tekanannya sendiri, dan bagi Jennie, ini benar-benar melelahkan. Ada kalanya, di kesendiriannya, ingin sekali ia melayangkan pengunduran diri, dan mencari pekerjaan lain yang santai. Namun, ia sudah terlanjur berada di sini.
"Sudah, Nona."
Laporan itu melenyapkan lamunan Jennie. Wanita itu pun mengangguk, memastikan dengan melakukan pengecekan sendiri. "Hm, terima kasih, ya."
"Sama-sama, Nona.."
Jennie bernapas lega, lantas kembali ke mejanya. Oh, tidak ada seorangpun di ruangannya. Gadis itu pun merapikan mejanya, sebelum keluar dari kantornya.
**
Baru saja Jennie memasuki lift, ponselnya berdering. Nama Jongin tertera, membuatnya segera mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Kamu sudah pulang?"
"Aku baru saja memasuki lift." Jawab Jennie, sembari menekan tombol menuju lantai dasar, "capek sekali.. kamu ada di parkiran?"
Helaan napas terdengar dari seberang. "Ah, maafkan aku.. tadi, ada undangan makan malam, aku lupa mengabarimu.. kalau kamu pulang sendiri tidak apa, kan?"
Memejamkan mata, Jennie berdecak pelan. Lagi-lagi, Jongin mengingkari janji. Awal berkencan, Jongin memang sering menjemputnya. Namun, beberapa waktu terakhir, pria itu beberapa kali mengingkari janji, membuatnya kesal.
"Apa aku bilang? Tahu begitu, aku bawa mobilku sendiri." protes Jennie menahan kesal.
Helaan napas Jongin kembali terdengar. "Siapa yang bisa menebak acara mendadak seperti ini, hum? Kamu naik taksi saja, aku akan membayarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐌𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓
Fanfiction"Andai saja kamu tidak lumpuh! Seseorang tidak akan menghinamu, dan melukaiku seperti ini.." erang Jennie, meremas erat kaos polo yang dikenakan Taehyung. Mendengar ucapan itu, tanpa sadar, air mata Taehyung pun menetes. Andai saja ia tidak lumpuh...