Happy Reading all💚
Dean DevandraMalam ini cuaca terasa begitu dingin mungkin karena hujan deras siang tadi, Dean sedang duduk di sisi ranjangnya sesuai ucapan Darren tadi maka Dean tidak akan turun untuk makan biarlah perutnya terus berbunyi karena lapar.
"Gue laper banget, tadi di sekolah sengaja ga beli makan biar bisa naik angkutan umum, eh malah ga dapet angkutan umum," kesal Dean pada dirinya sendiri.
Beberapa menit terdiam dengan rasa lapar dirinya baru ingat bahwa ia belum belajar sedangkan besok akan ada ulangan, habislah dia jika tidak belajar, tubuhnya mulai berdiri tegak dan mulai berjalan menuju meja belajarnya. Beberapa jari tangannya mulai mengambil beberapa buku dengan pulpen.
Dean berusaha fokus saat ini, tapi sepertinya takdir sedang tidak bersamanya saat ini suara hujan yang kembali turun begitu deras dengan suara bising dari arah bawah membuatnya benar-benar tidak fokus. "Ck, kenapa ga fokus gini?" keluhnya dengan menatap beberapa kertas yang ada di depannya.
Tidak butuh waktu lama pintu kamarnya terbuka dengan kasar yang menampilkan Arsha dibalik pintu itu. "Turun lo! beresin bekas-bekas piring habis makan," ucap Arsha namun Dean hanya terdiam.
"Lo budek apa gimana?" sentak Arsha yang membuat Dean terkejut.
"Iya, bentar gue beresin ini dulu, lo turun duluan aja," kata Dean, Arsha yang mendengar itu hanya memutar bola matanya acuh dan berlalu pergi meninggalkan kamar Dean dengan keadaan pintu kamar Dean masih terbuka.
Kini Dean sudah berada di meja makan menatap banyak piring-piring dan bekas makanan di piring tersebut. Dean menunduk menatap perutnya yang tiba-tiba kembali berbunyi, lapar sangat lapar bahkan matanya terus menatap sisa makanan di depannya. "Gue nyuruh lo turun buat beresin tu bekas makanan bukan malah liatin sisa makanan itu," kata Arsha yang duduk di depan televisi.
"Ini bekas makanannya gue boleh..." belum sempat Dean berucap Arsha lebih dulu menyelanya.
"Apa? lo mau minta?" tanya Arsha dengan nada sedikit tinggi, Dean segera mengangguk kaku dengan hal itu.
"Siapa yang nyuruh? lo ga ingat hukuman yang gue kasih tadi? ga boleh makan, GA BOLEH MAKAN," ucap Darren penuh penekanan, Dean tidak menjawab lagi, dirinya lebih memilih mengambil piring-piring yang ada di atas meja itu dengan pelan.
Bahkan hanya sekedar sisinya saja ia tetep tidak mendapatkannya, sungguh dirinya serasa pelayan di rumah ini, tapi mungkin saja pelayan lebih beruntung daripada dirinya.
Dean mulai mulai membersihkan piring-piring itu dengan beberapa sisa makanan yang tadi ia buang di dalam tong sampah, terlihat sayang jika di buang, namun bagaimana lagi? jika dimakan saja tidak boleh.
Usai Dean membersihkan semuanya dirinya mulai berjalan menuju ke dalam kamarnya melewati ruang televisi dimana ketiga saudaranya sedang bersantai menikmati suara hujan dan candaan mereka, Dean berusaha agar tidak memperdulikan mereka semua, ia lebih memilih melanjutkan jalannya. "Tidak sopan," ucapan yang dilontarkan oleh Darren membuat Dean memberhentikan langkah kakinya di salah satu anak tangga.
Dean menatap Darren sebentar setelahnya dirinya lebih memilih melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya dengan sedikit berlari hal itu membuat suara tangga yang bergetar, namun tidak terlalu jelas karena suara hujan yang turun.
Sorry for typo
See you next chapter all
Janlup komen and vote, thank you💗💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean Devandra
Teen Fiction"Bunda ga ada itu karena lo, dan Ayah pergi itu karena lo juga!" Rayyan Arshaka. "Gue benci ketika harus anggap lo sebagai adik gue sekaligus bagian dari keluarga ini." Darren Rarendra. "Gue benci lo juga, tapi hati gue nyuruh buat ga benci lo, sorr...