Part 45 (Belanja)

6 3 0
                                    

۞﷽۞

☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎

An-nisa sedang berjalan menuju ke ndalem. Untuk menuju ke ndalem, ia harus melewati lapangan pesantren. Di lapangan pesantren terdapat para santriwan yang sedang bermain sepak bola.

An-nisa terus berjalan dengan menunduk, ia sama sekali tidak melirik ke arah lapangan.
"Ukhti awaaas!" teriak salah satu santriwan yang bermain bola di lapangan. An-nisa pun menoleh ke asal suara. Ia melihat sebuah bola sedang mengarah kepadanya, "Aaaa." An-nisa berteriak sambil menutup wajahnya dengan menyilangkan tangannya.

Bugh!

Merasa tubuhnya tidak terkena bola, An-nisa membuka matanya dan menurunkan tangannya. Alangkah terkejutnya dia melihat ada seorang laki laki di hadapannya yang telah melindunginya dari bola. "Astaghfirullah," ucap An-nisa, "ustadz Syam tidak apa apa?"

"Ana tidak apa-apa kok."

Seluruh santriwan yang bermain sepak bola di lapangan mendekati mereka berdua. Salah satu di antara mereka mewakilkan untuk meminta maaf, "Kami minta maaf ustadz, kami tidak sengaja."

Syam tersenyum kepada seluruh santriwan yang bermain sepak bola di lapangan tadi. "Na'am, lain kali jika bermain bola hati-hati ya."

"Syukron ustadz."

"Afwan."

Seluruh santriwan tersebut kembali ke lapangan dan melanjutkan permainan sepak bola mereka.

"Ustadz benaran tidak apa-apa?" tanya An-nisa.

"Ana tidak apa-apa, anti tidak perlu khawatir."

"Benaran nih ustadz? Tidak ada yang sakit?"

"Benaran."

"Syukron ya ustadz, karena telah melindungi ana dari bola tadi."

"Afwan, lain kali nanti hati-hati."

"Na'am ustadz."

"Kalau begitu ana izin pamit ya ustadz."

"Na'am."

"Assalamu'alaikum." An-nisa melanjutkan perjalanannya menuju ndalem dan meninggalkan Syam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Syam yang masih dapat didengar oleh An-nisa.

Sepanjang perjalanannya menuju ndalem, An-nisa tidak henti hentinya senyum karena terus mengingat kejadian barusan.
"Ana tidak mimpikan?" bathinnya.

"Beneran tadi ustadz Syam melindungi ana dari bola."

"Seneng banget. Rasanya pengen terbang sampai ke langit."

•••

Sesampai di ndalem, An-nisa di sambut oleh Ummk Rafizah dengan sangat baik. An-nisa mencium punggung tangan Ummi Rafizah. "Assalamu'alaikum mi."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Afwan mi, ummi memanggil ana kemari ada apa?"

"Ummi boleh minta tolong tidak?"

An-nisa tersenyum. "Boleh, ummi mau minta tolong apa?"

"Anti mau tidak temanin ustadzah Farah belanja ke pasar?"

Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang