۞﷽۞
☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎
"Na'am gus," jawab An-nisa.
"Ya allah, ternyata anti anak Pak Rahman dan Buk Faisyah."
"Hehehe, na'am gus."
"Apa kabar Pak Rahman dan Buk Faisyah?"
"Alhamdulillah ayah dan bunda sehat."
"Alhamdulillah."
"Semoga betah di pondok ini ya."
"In syaa allah gus ana akan betah di sini."
"Kira-kira kapan ayah dan bundamu kemari? Ana sudah lama sekali tidak berjumpa dengan mereka."
"Ana kurang tahu soal itu, karena ayah dan bunda kemari apabila ayah sedang tidak sibuk. Kalau kakak sering ke sini, karena temannya ada yang ngajar di sini."
"Ouh." Zabir pun meneruskan memetik buah rambutannya.
Merasa rambutan yang di petik telah lumayan banyak, Zabir pun berhenti memetiknya. "Sudah cukup belum?" tanyanya kepada An-nisa.
"Sudah lebih dari cukup pun gus, syukron ya."
"Afwan."
An-nisa pun mengasingkan sebagian rambutan dan memberikannya kepada Afiqa. "Kak, ini rambutannya buat Ummi, kakak, gus Zabir, dan gus Mirza."
"Eh banyak sekali." Afiqa memberikan separuh rambutan tersebut kepada An-nila lagi. Tetapi An-nisa menolaknya, "Tidak apa-apa kak."
"Nanti anti mau bagi-bagi lagi dengan kamar asarma, apa cukup segitu nanti?"
"Ini lebih dari cukup pun kak."
"Ya sudah kalau begitu."
"Hm, alat pemetiknya kak?"
"Anti tidak perlu khawatir, alat pemetiknya ana aja yang balikkan," jawab Zabir.
"Tapi ana yang minjam gus, berarti ana yang harus balikkan."
"Sudah tidak apa-apa, ana saja yang bawa alatnya. Alatnya ini lumayan berat, anti tidak akan sanggup membawanya sampai ke ndalem."
"Syukron gus."
"Sekarang anti balik saja ke asrama, nikamati karunia Allah itu bersama-sama."
"Beneran nih ana tidak apa-apa langsung balik ke asrama?"
"Tidak apa-apa, sudah sana balik ke asrama."
"Na'am gus."
"Kalau begitu ana pamit ya gus, kak. Assalamu'alaikum," ucap An-nisa.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Afiqa dan Zabir serentak. An-nisa pun pergi kembali ke asrama.
Zabir pun membawa alat pemetik tersebut kembali ke ndalem, dan di ikuti Afiqa di sampingnya.
"Afiqa," sahut Zabir."Na'am bang, kenapa?"
"Abang mau nanya, teman kamu yang ustadzah Farah itu masih ngajar di sini?" tanya Zabir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]
Подростковая литератураMenceritakan kisah seorang gadis yang di masukkan oleh kedua orang tuanya di sebuah pesantren milik suami sahabat bundanya. Gadis itu bernama An-Nisa Shalihah Masturina yang memiliki paras cantik, pintar, dan berprestasi. Bagaimana kisah selanju...