Part 46 (Rambutan)

4 2 2
                                    

۞﷽۞

☼︎ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ☼︎

   Mirza sedang berjalan menuju asrama santriwan. Tiba-tiba langkahnya terhenti akibat kepalanya terkena jatuhan buah rambutan.

"Astaghfirullah," ucapnya. Ia pun mengambil buah rambutan yang mengenai kepalanya tadi.

"Kok bisa jatuh sama tangkainya? Kalau buahnya jatuh tidak mungkin sama tangkainya dan tidak mungkin buahnya jatuh sekaligus setangkai," heran Mirza.

   Karena penasaran, ia pun mendongakkan kepalanya ke atas. Ternyata ada seorang santriwati di atas pohon yang sedang mengambil buah rambutan. "Astaghfirullah," ucapnya.

"Anti yang turun sekarang juga!" perintahnya.

   Santriwati yang di atas pohon tadi pun menoleh ke bawah, "Gawat, ada gus Mirza," bathinnya.

"Astaghfirullah, ternyata anti An-nisa."

"Turun sekarang juga!" perintah Mirza.

"Sebentar lagi gus, baru sedikit dapat buahnya."

"Turun sekarang juga!"

"Nanti saja gus." An-nisa pun melanjutkan memetik buah buah rambutan yang sudah merah.

"Anti kok susah banget sih di bilangin. Turun sekarang juga!"

"Atau mau ana hukum."

"Jangan di hukum dong gus," jawab An-nisa.

"Kalau tidak mau di hukum makanya turun sekarang juga."

"Sebentar lagi gus."

"Ana hitung sampai lima, jika anati tidak turun juga anti bersihkan kamar mandi asrama santriwati selama seminggu."

   Mirza pun mulai menghitung, "Satu."

"Dua."

   An-nisa pun seketika buru-buru turun dari pohon rambutan. "Na'am gus, ini ana turun."

"Tiga," lanjut Mirza menghitung.

"Empat."

   Merasa jarak dirinya ke bawah lumayan dekat, An-nisa pun melompat. "Nah, ana sudah turun sebelum hitungan ke lima. Jadi jangan hukum ana ya gus."

"Anti tetap ana hukum."

"Loh kok di tetap di hukum sih gus?"

"Anti itu dari tadi ana suruh turun tapi tidak turun-turun juga. Anti sudah tidak mendengarkan ucapan ana, jadi anti ana hukum. Karena anti turun sebelum hitungan ke lima, maka hukumannya tidak jadi mebersihkan kamar mandi santriwati."

"Ih kok gitu sih gus."

"Siapa suruh tidak mau turun tadi?"

   An-nisa terdiam membisu di situ.

"Sudah minta izin belum tadi ambil rambutannya?" tanya Mirza.

Takdirku Di Pesantren [BERSAMBUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang