Mendengar suara bel, Azkina segera bangkit dan mendengar panggilan ibunya. "Iya, Bun!" jawab Azkina dengan semangat, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya. Ternyata yang datang adalah ayahnya, Davin.
"Ayah!" seru Azkina dengan senyum lebar, senang melihat ayahnya datang.
Davin tersenyum balik, merasa senang melihat putrinya "Halo, sayang! Ayah pulang," katanya dengan lembut sambil melangkah masuk ke rumah.
Davin menengok ke arah ruang tamu dan melihat seorang perempuan sedang menulis di meja lalu bertanya kepada putri tunggalnya"Ada siapa, nak, dalam?"
Azkina melihat ke dalam rumah sejenak, lalu menjawab dengan senyum ceria, "Ada Mella, Ayah, lagi ngerjain tugas bareng aku" ujarnya dengan semangat.
Davin mengangguk dan tersenyum melihat semangat anaknya. "Oh rupanya Mella di kira ayah siapa , baguslah kalau bisa saling bantu," kata Davin sambil melangkah lebih jauh masuk ke rumah.
Mella, yang sedang duduk di meja dengan buku terbuka, menoleh dan menyapa. "Halo, om Davin! om baru pulang, ya?" tanyanya dengan ramah.
Davin mengangguk dan tersenyum. "Iya, Mella, Om baru pulang kerja. Lagi ngapain nih, kalian?" tanya Davin, memperhatikan keduanya yang sedang serius mengerjakan tugas.
Mella mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Om Davin. Lagi ngerjain matematika," jawab Mella dengan semangat.
Davin mengangguk dengan senyum hangat. "Oh, baguslah kalau bisa fokus. Semangat ya, jangan sampai kebablasan," ujarnya dengan suara lembut, memberikan dukungan pada Mella dan Azkina.
"Yang pinter belajarnya, nak," ucap Davin, ayahnya Azkina.
"Kina udah pinter, yah," jawab Azkina kepada ayahnya.
Davin tersenyum mendengar Azkina menjawab. "Iya, Kina sudah pintar. Tapi tetap semangat ya, nak. Belajar itu terus-menerus," kata Davin dengan bangga, memberikan semangat kepada Azkina.
Mella memperhatikan Azkina yang sedang berbincang-bincang bersama ayahnya, dan dalam hati ia berkata, "Andai ayah gue kayak Kina."
Mella merasa kekurangan kasih sayang dari ayahnya sendiri.
Azkina mendengar perkataan Mella dengan penuh perhatian, dan langsung merasakan bahwa temannya sedang merasa kesepian. "Mella, Ayah kamu pasti sayang sama kamu kok, cuma mungkin ada hal-hal yang nggak bisa dia tunjukkan dengan cara yang kamu harapkan," kata Azkina dengan lembut, mencoba memberi pengertian.
Amanda menyambut suaminya dengan senyuman hangat. "Mas Davin, udah pulang ya?" ucap Amanda, sambil mendekat untuk menyambutnya.
"Mau dibuatin teh nggak, mas?" tanya Amanda.
Davin tersenyum lebar mendengar tawaran Amanda. "Boleh banget, sayang. Teh hangat pasti enak setelah seharian kerja," jawabnya dengan lembut, merasa senang dengan perhatian istrinya.
Amanda mengangguk dan langsung bergerak ke dapur, "Sebentar ya, mas. Bentar lagi teh-nya jadi."
"Mas, ganti dulu bajunya," ucap Amanda.
Davin mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan Amanda. "Iya, sayang. Aku ganti baju dulu," jawab Davin.
Davin tersenyum hangat kepada Azkina dan Amanda sebelum melangkah menuju kamar untuk mengganti bajunya. "Ayah ke kamar dulu, sayang," ucapnya lembut.
Azkina mengangguk dengan semangat, "Iya, yah!" jawabnya, sambil melanjutkan pekerjaannya. Ia merasa senang melihat ayahnya pulang dan ingin memberinya waktu untuk beristirahat.
Davin mengulangi dengan lembut, "Mari, nak Mella," sambil tersenyum.
Mella, yang merasa sedikit canggung tapi juga senang dengan perhatian dari ayah Azkina, mengangguk dan menjawab, "Iya, Om Davin," sambil berjalan mendekat ke arah Davin.