⚠️⚠️⚠️
Setelah perdebatan kecil dengan Gyuvin perkara pamit, Dohoon benar-benar datang ke kediaman lamanya dengan Shinyu meski hanya mengenakan pakaian tidurnya. Ia tidak peduli, toh ia pikir kawannya itu hanya butuh untuk ditemani.
"Kak.." ucapnya seraya membuka pintu kamar mereka dulu. Shinyu terlihat sibuk berkutat dengan gitarnya. "Kak?" panggil Dohoon lagi. Kali ini, Shinyu mendongak.
"Eh.. kok nggak bilang kalo udah sampe?" ujarnya tersenyum.
"Gue masih pegang akses, kak. Lo tumben main gitar lagi?"
"Duduk situ. I have something to say," pinta Shinyu. Senyum itu semakin terkembang di wajahnya.
Dohoon pun mendudukkan diri di kasurnya. Ia menatap Shinyu dengan matanya yang sedikit sayu karena mengantuk.
🎶🎵I'm lying alone with my head on the phone
Thinking of you till it hurts
I know you hurt too but what else can we do
Tormented and torn apart
I wish I could carry your smile and my heart
For times when my life seems so low
It would make me believe what tomorrow could bring
When today doesn't really know, doesn't really knowI'm all out of love, I'm so lost without you
I know you were right believing for so long
I'm all out of love, what am I without you
I can't be too late to say that I was so wrong🎵🎶...dan Shinyu pun meletakkan gitarnya di dekat jendela, di tempatnya semula. Lalu didudukkannya dirinya di sisi Dohoon yang termenung, melipat kedua kakinya di depan dada.
"Ddo.." ujar Shinyu seraya memberinya pelukan pada leher jenjangnya. "Lo denger gue 'kan tadi?" lirihnya.
Mau tak mau, Dohoon mengangguk.
"I've said it all. I'm so sorry. It took me too long realize.." Shinyu menangkup kedua pipi tirus Dohoon, memaksa pemuda itu untuk menatapnya.
"Kak.. jangan kayak gini. Youngjae gimana.." cicit Dohoon. "Lagian.. gue mau serius nyari pacar kak. Gue udah bosen sendiri terus..."
"Cuma gue yang pantes sama lo," desak Shinyu. Ia semakin mendekatkan wajahnya pada Dohoon.
Dohoon pun menggeleng ribut.
"You're not on your right sense. I can smell alcohol in your breath.."
"I'm not drunk."
Dohoon mengernyitkan hidungnya, ia benci bau alkohol yang menyengat dan menguar dari hembusan nafas Shinyu.
"Gue cuma minum sedikit, supaya gue berani bilang ini," ujar Shinyu lagi. "Dengerin gue. You are reserved. Don't you dare to hit on anyone. Please wait for me a little longer. Maafin gue yang selama ini bodoh dan selalu ngeremehin lo. Gue pikir lo akan selalu ada. Tapi setelah kita berpisah kayak gini... sakit. Sakit banget. Gue nggak kuat.. gue butuh lo.."
"Stop it. You're only making it worse for yourself. I don't even feel that way about you. We're merely brothers, and it should stay that way."
'Cup'
Shinyu memberi kecupan pada bibir mungil Dohoon, dengan ibu jari yang menekan dagu lelaki itu.
"Ayo. Bilang sama gue kalo ciuman tadi nggak ada artinya buat lo. Bilang.."
Dohoon menundukkan kepalanya, air matanya ia biarkan lolos.
"Gue mau pulang. Udah 'kan? Udah selesai? You've said it all? Gue nggak mau lagi denger omong kosong itu. Jangan bikin gue benci sama lo kak.." ujarnya dengan memohon.
Alih-alih menjawab, Shinyu menarik tengkuk Dohoon dan memberinya ciuman yang lebih panjang. Kalau sudah begini, Dohoon tentu saja kalah telak. Ia pasrah saat lelaki berperawakan mirip dengannya itu membawanya berbaring di atas kasur lamanya dan mengukungnya.
"You know what? I've always been yours since the day we got here. I was just too blind to see it.." Shinyu berkata di sela-sela ciuman mereka. Kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Dohoon di samping kepalanya. Dalam sekejap, hanya suara berkecipak nyaring yang terdengar. Pertanda bahwa yang lebih muda telah berhenti melakukan perlawanannya.
Lima menit. Hanya lima menit yang dibutuhkan hingga kancing-kancing itu terlepas dan kedua manik Dohoon kembali meloloskan kesedihannya.
Tiga belas menit dan bercak-bercak kemerahan telah memenuhi bagian tubuh atas Dohoon, namun tidak pada lehernya. Yang lebih tua tidak sebodoh itu untuk meninggalkan tanda yang nampak.
Delapan belas menit terlewat, dan kedua anak adam itu benar-benar menyatu. Hanya decitan kasur disertai desahan dan isak yang sesekali terdengar mengisi ruang itu.
- - -
Keesokan paginya, Dohoon yang terbangun lebih dulu. Ia telah kembali berpakaian lengkap, dengan Shinyu yang memeluknya erat dari belakang. Ia meraih ponselnya di nakas, dan ia sama sekali tidak heran mendapati banyaknya panggilan masuk yang terlewat.
"Untung libur.." ujarnya seraya menghembuskan nafas lega.
"Hei.. kok udah bangun?" bisik Shinyu disertai kecupan ringan pada cuping telinganya. Dengan mudah, lelaki itu memindahkan Dohoon ke pangkuannya.
Dohoon menoleh ke arah cermin besar di lemari Shinyu, dan wajahnya pun memerah hingga ke telinga saat ia menyadari betapa berantakannya mereka. Shinyu tidak mengenakan atasannya, dan otot perut yang selama ini hanya bisa ia lihat dengan samar itu, kini terpampang begitu saja. Ia malu, meski ia telah menyaksikan semuanya beberapa jam silam.
"Gue mau pulang.." gumam Dohoon.
"Gue anter ya?" tawar Shinyu.
"Nggak usah, kak. Gue boleh pinjem baju lo lagi? The one I'm wearing is no longer decent."
"Ambil aja lo mau yang mana. Nggak usah repot-repot juga dibalikin, apa yang gue punya 'kan punya lo juga."
.....tbc
—————
A/N : gimana? Apakah ini akhir buat Nidjae? Awal buat Nitdo?
Oh tentu belum~~ belum ribut belum seru👍🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PHOTOGRAPHER (Shindo / Nitdo, Nidjae ft Binhao, Gunvin)
Fanfiction"Being on set is not the only thing I'm GOOD at." - bxb - semi-baku - twitter AU style - Top!Shinyu & Bot!Dohoon, Bot!Youngjae